The Villain

681 89 41
                                    

Kedua pria itu tersenyum simpul pada pria di yang membelakangi mereka, dengan bangga mengeluarkan berlembar-lembar cetakan foto dan menyebarnya di meja.

"Kami sudah menemukan mereka", ucap salah satu lelaki. Terdapat bekas luka gores di pipinya, rambut yang disisir rapi ke belakang membawa aura kuat ditambah sorot mata tajam seperti seorang pembunuh.

Orang di hadapan mereka berbalik dan langsung menatap lembaran cetakan foto berisi gambar pria seiras namun memiliki kharisma berbeda. Tak lupa warna mata dan penampilan yang mewakili satu warna membuat ketujuh laku-laki berambut hitam kecoklatan dengan sedikit surai putih di depan nampak mudah dibedakan walau pada dasarnya wajah mereka memang sangat identik.

Lelaki berpostur tegap tinggi itu mengambil salah satu lembaran, terdapat foto pria bermanik coklat madu tertera dalam kertas sedang tersenyum sambil menoleh pada kamera.

"Kembar tujuh. Apa kalian yakin mereka orangnya?", tanya pria itu. Nada tenang dan berat, namun kedua anak buahnya itu sudah terbiasa akan suasana mencekam dari atasan mereka yang kini memasukkan satu tangan di celana hitamnya hingga menyibak kemeja hitam dengan lengan digulung setengah membuat dirinya terlihat lebih berwibawa.

"Benar tuan, merekalah orangnya. Sudah sekitar 1 bulan kami menemukan bahwa mereka adalah kembar, walaupun jarak umur berbeda satu dan dua tahun tapi bisa dipastikan mereka memiliki orang tua yang sama", jelas anak buahnya yang lain. Kali ini adalah seorang pemuda berambut agak pirang coklat berwarna gelap.

Atasan mereka mengangguk, lalu menatap foto ditangannya.

"Siapa yang mewarisi kemampuan Mara?"

"Apakah anak ini?", tanyanya lagi seraya menatap gambar pria bermanik coklat.

Kedua anak buahnya mengambil sedikit jeda sebelum saling bertatapan dan menggeleng, "Menurut data yang kami dapat, sepertinya bukan, tuan"

"Lalu?"

Pria berambut pirang gelap mengambil salah satu foto dan memberinya pada sang tuan dengan sopan.

"Kami rasa hanya satu orang yang memiliki kemampuan seperti profesor Mara. Dari penyelidikan kami, besar kemungkinan jika dialah orangnya", ucap laki-laki bermanik kebiruan itu.

Sementara sang tuan mengambil foto berisikan pemuda bertubuh tinggi yang tengah berjalan tanpa sadar jika ada seseorang yang memfotonya diam-diam, lelaki berwajah garang dengan sorot mata tajam mengangguk setuju pada rekannya.

"Benar tuan. Izinkan saya menjelaskan tentang data dirinya"

"Jelaskan", jawab bos mereka itu datar namun penuh afeksi mendapat anggukan lagi dari anak buahnya.

Sedikit sunyi sebentar, lalu helaan nafas terdengar dari sang anak buah.

"Boboiboy Halilintar. Anak tertua dari Amato. Selain sedang menjalani kuliah di bidang bisnis, ia juga telah memimpin perusahaan yang bergerak di bidang produk Pendidikan dan fashion di usia 20 tahun"

"Dibandingkan dengan adik-adiknya, hanya dia yang terekspos berbagai media tentang kesuksesannya di dunia bisnis. Kami rasa kemampuan profesor Mara ada padanya, tapi dia lebih memilih bidang lain dibandingkan sains, tuan", lanjut pria itu menjelaskan.

"Apa kalian mencari informasi tentang ibu mereka?"

"Iya tuan. Ibu mereka diketahui sudah meninggal persis seperti petunjuk yang tuan berikan pada kami"

Pria berkemeja hitam itu mengangguk, "Baiklah. Bawakan aku sampel rambut pemuda ini, aku akan mengetes DNA miliknya"

"Baik tuan"

Sementara kini sebuah senyum penuh arti terukir di wajah sang tuan yang samar dibawah lampu remang di langit-langit ruangan. Raut wajahnya terlihat puas seakan telah menemukan harta karun di pedalaman samudra luas yang hampir tak mungkin dijangkau.

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang