Dua sekawan

592 95 44
                                    

"Selamat pagi Bi", Solar memasuki rumah itu tanpa ragu dan langsung menuju sebuah kamar yang ingin ia tuju.

"Pagi Solar, nah baguslah kau sudah datang. Anak itu susah sekali dibangunkan, siram saja pakai air kalau perlu", perintah bibi Maria santai seraya tangannya masih sibuk menyiapkan sarapan di dapur.

Sang manik silver itu membuka pintu yang langsung menampakan kawannya tertidur pulas memeluk bantal guling dengan damainya tak peduli jika matahari sudah bersinar terang di luar sana. Helaan nafas terdengar dari Solar selagi kakinya melangkah masuk.

Setelah memperjelas kerongkongannya, Solar mendekatkan kepala ke telinga Dave dan...

"BANGUN WOY!!", teriaknya yang tentu saja membuat sang tuan refleks terduduk karena terkejut. Sensasi berdengung dan sedikit pusing menjadi hadiah pagi hari yang biasa ia dapatkan sekarang.

Tak bisa dipungkiri suara Solar memang cukup menggelegar untuk membuat Dave mengakhiri mimpi indahnya tadi, sementara teman bervisornya menyilangkan tangan di dada menunggunya mengumpulkan nyawa, Dave menggaruk kepalanya malas menatap sekeliling.

Sebuah uapan keluar dari mulut Dave, "Solar, bisakah kau tidak berteriak di telingaku? suaramu itu seperti bom kau tau?"

"Kau lupa ya siapa yang membuat rencana untuk bangun pagi? ayo bangun! kau bilang kita mau ke sungai"

"Ini masih pagi buta loh Lar, lima menit lagi ya", ucap Dave menjatuhkan diri lagi ke kasur dan membalikkan badan membelakangi Solar.

Solar yang melihatnya kini menghela nafas lagi, dengan santai ia meraih sebuah mainan rakitan di meja belajar Dave. Sepertinya mainan itu belum selesai dikerjakan oleh sang tuan, jadi tanpa rasa bersalah Solar mengocok mainan besi itu seperti bayi yang baru saja menemukan benda menarik.

"Rakitan baru ya? sepertinya menarik untuk dicuci dengan cairan asamku", ucapnya. Tak butuh waktu lama, Dave tersentak dan langsung duduk dengan mata terbuka sepenuhnya mengetahui Solar menyentuh mainan rakitannya.

"Eh kembalikan! jangan sentuh mainan-mainanku dasar kau ilmuwan amatir!", ejek Dave berusaha mengambil benda itu dari tangan Solar walau tentu saja pemilik manik silver menjauhkannya.

"Makanya kau mandi dulu sekarang, keburu panas diluar baru tau rasa"

"Iya iya, tapi taruh dulu benda itu kalau tidak--"

"Kalau tidak apa?". Manik Dave membelalak saat Solar memutar-mutar bagian tengah mainan berbentuk kotak seperti rubik dengan kepala dan tangan itu. Raut wajah kesal tidak bisa ia sembunyikan menghadapi kejahilan Solar yang sangat kejam, ia tau Solar tidak akan ragu merusak percobaannya kalau ia tetap duduk disana.

Dave segera bangkit dan mengambil handuk yang digantung di tembok, "Iya tuan muda Solar, aku akan mandi sekarang. Jadi kau tolonglah taruh benda itu dengan aman okay?", ucapnya sebelum membuka pintu kamar mandi meninggalkan Solar yang tersenyum penuh kemenangan.

Sudah 3 bulan semenjak ia pindah dan menjadi tetangga keluarga pak Nad. Entah sejak kapan juga sosok Dave dan keluarganya telah menjadi peran penting bagi Solar. Ia bersyukur, seakan memang disinilah ia ditakdirkan sejak awal, ditempat dimana ada orang yang menghargai dan menganggap keberadaannya.

Walau tak sepenuhnya namun keluarga ini telah mampu membuat Solar melewati masa sulit, masa dimana ia mungkin akan kembali mencoba bunuh diri karena keputusasaannya. Karena rasa bersalah dan ketidakmampuannya, namun berkat keluarga ini, Solar mendapatkan kembali tekadnya untuk lebih memilih memperbaiki daripada meninggalkan.

Ia tersenyum, menaruh mainan rakitan milik sang kawan di meja lalu membereskan tempat tidur Dave sambil menunggunya selesai mandi.

°°°

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang