Tuan jenius

649 89 24
                                    

"Solar". Sebuah panggilan memecah keheningan di meja makan seraya semua mata keluarga itu tertuju pada pemilik manik silver yang hanya membatu sambil memegang sendok tanpa bergerak sedikitpun.

"Solar!"

"Ah iya?", akhirnya Solar tersadar dari lamunannya setelah Dave menggoyang bahunya.

Baru ia tau jika dirinya telah menjadi pusat perhatian saat ini, mulai dari Paman Nad, Bibi Maria, Danil, Dave, juga Nathan sedang menatapnya heran.

"Kau kenapa sih? dari tadi seperti batu tidak bergerak begitu?", tanya Dave mengerutkan alisnya.

Ada sedikit keheningan saat Solar kembali hanyut dalam pikirannya namun kemudian ia menyadarkan diri sendiri dengan mengukir sebuah senyum pada keluarga itu.

"Maaf, aku...sedikit mengantuk", jawabnya senatural mungkin.

Jangan tanya kenapa Solar tiba-tiba menjadi pemurung seperti ini, pikirannya dipenuhi banyak hal yang tak mau ia ingat lagi. Tentang kejadian itu, perlakuan buruk para saudaranya, semua seakan mendapat sinyal untuk lalu lalang dikepala pemilik manik silver.

Dan fakta jika segala kenangan lama kembali terlintas adalah karena kedatangan sang kakak kemarin membuat Solar semakin gelisah. Bagaimana tidak? jika Taufan tau rumahnya maka bisa saja para elemental juga akan tau bukan? bagaimana jika mereka datang untuk kembali menjadikan Solar pelampiasan akan amarah dan rasa benci mereka?

Ia tidak mau mengalami semua itu, sungguh, ia tidak mau.

Tangannya sedikit bergetar saat rangkaian adegan penuh hinaan dan cacian terngiang di telinganya, membayangkan jika ia harus kembali menghadapi keenam pria itu, ia takut. Sangat takut.

"Solar?", sebuah panggilan kembali menyadarkan pemilik manik silver. Kali ini paman Nad yang memanggilnya membuat Solar menoleh pada lelaki itu.

"Paman dengar kakakmu datang kemarin, apa terjadi sesuatu?", tanya paman Nad. Raut wajahnya menunjukan sedikit kekhawatiran pada Solar.

"Ah tidak kok. Dia hanya datang untuk memeriksa dokumen kuliah, karena ayah masih diluar negeri jadi dia akan menjadi waliku"

Semua orang refleks mengangguk mendengar penjelasan Solar. Namun entah apa yang paman Nad pikirkan, tangannya mengarah pada remaja bervisor yang kebetulan duduk disebelahnya itu. Remaja yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri dan kini ia tau betul jika Solar menyembunyikan sesuatu.

Solar menoleh lagi saat merasakan tangan lelaki itu bertengger di bahunya.

"...apa kau akur dengan saudaramu Solar?"

Solar tertegun, lalu tersenyum berusaha menutupi perasaan sebenarnya. "Ya, aku akur kok dengan mereka"

"Iya Yah, mereka baik-baik saja aku lihat kemarin. Kakaknya Solar baik sekali dan tebak, mereka benar-benar mirib", ujar Dave dengan semangatnya.

"Kenapa kau tidak memanggilku sih? aku kan juga mau ketemu kakaknya Solar", kali ini Danil ikut menimpali selagi kekesalan tersirat jelas diwajahnya pada Dave.

"Eh kau ini dasar tidak peka ya, aku kan hanya memberikan waktu pada mereka berdua. Sejak pindah kesini Solar tidak pernah bertemu keluarganya, hanya dikelilingi oleh orang tolol sepertimu setiap hari pasti dia merasa tertekan"

Dalam sekejap telinga Dave dipelintir oleh kakak tersayangnya itu sampai pemilik manik hitam sedikit berjinjit untuk mencegah telinganya putus oleh jeweran Danil.

"ADUH!! sakit bang!! woy lepasin!!", rontanya mencoba melepaskan diri walaupun sia-sia saja karena telinganya hanya akan semakin menderita jika ia terus bergerak.

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang