Tidak adil

3.4K 161 36
                                    

Remaja berseragam putih dengan tas hanya digantung di bahu kanan itu menghentikan langkahnya sejenak. Terdiam dan menatap pintu yang tak pernah menyambutnya lagi.

Ia sedang mempersiapkan mental akan hal tak mengenakkan yang akan ia dengar atau terima, apalagi firasatnya sejak tadi seakan meminta untuk didengar walau sekali saja.

Manik berlian yang tertutupi visor itu merenung, setelah beberapa saat memantapkan niat seperti yang biasa ia lakukan sebelum memasuki tempat itu, kini tangan kanannya memegang gagang pintu kayu bertuliskan "Elemental" di atasnya.

...

"Eh Solar sudah pulang ya?", tak seperti yang ia duga, sebuah sambutan yang cukup layak terdengar dari seseorang bermanik amber.

Gempa, remaja berwajah teduh itu tersenyum hangat sambil menghampiri adiknya yang baru muncul.

"Ada nasi goreng dan kari di meja, kau pasti belum makan kan? Kakak mau ke supermarket sebentar untuk membeli bahan makanan, kau makan dulu ya sebelum belajar", ucapnya

" Iya, terima kasih", jawab Solar singkat

Tak ada keinginan untuk memulai topik lain, yang ia ingin hanya segera menyudahi percakapan dan kembali dalam kesendirian yang mulai terbiasa ia rasakan. Raut wajahnya yang datar membuat Gempa sedikit enggan untuk sekedar bertanya tentang kabar.

Sebuah senyum kembali terukir di wajah penyuka warna coklat itu, "Jangan lupa istirahat ya"

"Terima kasih", jawab Solar sambil memberikan anggukan kecil

"Gempa, siapa yang datang?"

Degg

Suara itu membuat Solar menelan ludah, baru saja ia sedikit lega karena hanya bertemu Gempa tapi kini ia menyesali berdiri terlalu lama di depan pintu.

Iris berliannya teralih seraya iris rubi langsung menatap tajam akan kedatangannya. Ia berusaha terlihat tenang namun otaknya terus berputar agar ia bisa cepat naik ke kamar atau menyingkir dari situasi ini.

...

"Masih berani pulang kau?", suara bernada sinis menjadi sambutan kedua yang tak ia harapkan.

Solar terdiam

"Gempa pergi ke pasar dulu ya kak", sementara kakak yang tadi menyapanya beranjak keluar, tentu saja untuk menghindari pertunjukan yang sering terjadi di rumah.

" Ada tugas kelompok, jadi aku menginap semalam"

"Dan? Kau pikir aku peduli?"

"Sekalian saja kau pergi dan menghilang dari dunia ini aku juga tidak akan pernah peduli!"

Kata-kata itu seperti ribuan jarum yang menusuk jantung, tapi entah sudah kebal akan hinaan sang kakak atau ia terlalu lelah dengan tugas semalaman kemarin, Solar tak ingin memperpanjang masalah.

Ia hendak melangkah menuju tangga namun tangan dingin Hali menarik bahunya hingga mereka kembali berhadapan.

"Dimana kartu kreditmu?", tanya Hali tiba-tiba membuat Solar mengerutkan alis

"Untuk apa?"

"Kau tidak pantas memegangnya! cepat berikan!"

"T-tapi aku butuh ini untuk keperluan sekolahku"

"Heh, kau pikir aku tidak bisa lihat kau hanya membeli bahan eksperimen tidak berguna itu?!"

"Tapi kan aku membelinya dari uang jajanku"

"Aku bilang berikan padaku!"

"Tidak! aku membutuhkannya dan ini memang bagianku, kakak tidak bisa mengambilnya begitu saja"

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang