Maybe, this is the end

886 113 125
                                    

BUGHH!!

Sebuah pukulan melayang kearah Solar, tepat di wajahnya. Membuat pemuda itu sekali lagi tersungkur dengan darah yang kembali mengucur dari hidungnya.

"Jangan berikan dia ampun!! lakukan sesuka kalian!!", perintah berapi-api dari Revan menggema di seluruh penjuru teras.

Dalam sekejap semua senior itu melayangkan tongkat mereka ke arah Solar seakan mereka tengah memukul hewan buruan, sementara Solar, ia dengan tak berdaya berusaha melindungi kepalanya sendiri.

Mungkin karena hari ini adalah hari terakhir mereka mengospek Solar, karena itu mereka benar-benar tak memiliki belas kasihan pada junior mereka itu. Mereka tak peduli jika tubuh Solar seketika mendapat banyak luka terbuka dari setiap pukulan yang melayang padanya.

"Habis kau junior!!!"

"Mati saja kau!!!"

Teriakan demi teriakan terdengar menggema antara teriakan penuh semangat masa muda dan teriakan penuh kesakitan Solar.

Dapat ia rasakan beberapa tulangnya patah, perdarahan luar dan dalampun terjadi, namun ia tak berdaya untuk menghindar atau melawan karena rasa sakit Solar benar-benar sudah hampir tak tertahankan, darah bahkan sudah mengucur dari mulutnya akibat luka dalam yang terjadi terus-menerus.

Sebuah pukulan tiba-tiba mendarat dibelakang kepala pemilik manik silver itu.

"ARGGHH!!!"

Seketika, darah mengalir hingga membasahi teras berbahan granit dibawah kaki mereka. Solar memegangi kepalanya yang sudah mengeluarkan banyak sekali darah, namun para senior itu bahkan tak memberi kesempatan untuk Solar menyadari lukanya.

Ya, tongkat baseball berukuran cukup besar jika digunakan untuk memukul orang itu, kini secara bergantian memukul setiap bagian tubuh Solar dengan beringasnya.

Kini dapat Solar rasakan kaki kirinya mengeluarkan bunyi 'krekk' yang cukup keras untuk ia dengar. Air mata yang tadinya mengalir kini semakin deras akibat rasa sakit luar biasa yang pemuda itu rasakan.

20 menit.

30...

40 menit berlalu.

Keringat membanjir diseluruh tubuh para mahasiswa tingkat dua dan tiga sekaligus senior Solar. Mereka tersenyum dan tertawa puas, seakan hewan buruan mereka telah dapat dilumpuhkan dan hanya menunggu untuk disantap.

Sang ketuapun kini dengan nafas terengah menjatuhkan tongkat miliknya yang telah berlumuran darah segar, menatap tubuh sekarat dihadapannya dalam rasa menang dan puas.

Kesadaran pemilik manik silver sudah hampir tak bisa dipertahankan. Namun ditengah dirinya yang tengah berjuang untuk sekedar memberi sedikit oksigen pada paru-parunya, nampak Revan mendekat dan langsung menendang bahunya hingga posisi Solar kini berhadapan dengan langit berawan diatas sana.

Bahkan untuk meringis akibat tulang bahunya yang patah dan langsung ditendangpun Solar tidak mampu. Ia tidak tau rasa sakit luar biasa yang ia rasakan berasal darimana, karena luka yang ia alami terlalu banyak. Yang bisa ia lakukan sekarang, hanyalah tetap bernafas walau terasa menyakitkan dan perih.

Revan tertawa penuh ejekan seraya berjongkok disamping sang junior, "Solar Solar.."

"Apakah rasanya sakit?", tanyanya. Mengusap santai visor oranye Solar yang sudah retak dari noda darah sang tuan.

Melihat keadaan Solar itu tak membuat Revan iba sedikitpun, justru pandangannya malah semakin beringas. "Apa kau mau aku mengakhiri rasa sakitmu? tentu saja aku akan membantumu Solar", ucapnya lagi.

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang