Ace, the villain

586 75 72
                                    

"Profesor. Dia bukan orang yang kita cari. Saya akan berusaha menemukan banyak informasi darinya, tolong beri kami sedikit waktu lagi. Profesor bisa beristirahat dulu di ruangan anda"

Kalimat itu tak sama sekali dapat mencuri perhatian lelaki berkemeja hitam yang tengah menatap pemuda dihadapannya lekat. Seakan ia tengah melihat sebuah benda berharga yang telah lama ia nantikan.

Hingga berlalu beberapa menit tanpa mengatakan apapun setelah kalimat pertamanya, tiba-tiba, sebuah senyuman terukir di wajah lelaki itu. Menciptakan rasa bigung pada sang pemilik manik ruby, dan entah kenapa, senyuman dan aura dari orang itu membuat Hali sedikit..khawatir.

"..lama tidak bertemu..Halilintar"

Hali sedikit terkejut saat namanya disebut. Siapa sebenarnya dia? apakah dia mengenalnya? ah tidak penting! yang seharusnya ia tanyakan adalah, apakah dia adalah pemimpin dari mereka? otak dari penculikan yang dilakukan padanya?

"Apa yang kau mau dariku? untuk apa kau melakukan sampai sejauh ini?", tanya Hali akhirnya.

Lelaki itu tersenyum, menatap wajah yang begitu dekat dengan wajahnya,. "Sebelum kau bertanya tentang apa yang kumau darimu, bukankah seharusnya kau bertanya tentang siapa aku Halilintar?"

"Aku tidak peduli siapa kau. Katakan padaku apa yang kau mau dan biarkan aku keluar dari tempat sialan ini"

"Kau pemimpin mereka kan? apa kau tidak dengar kalau mereka sudah salah menangkap orang? aku tidak ada hubungannya dengan kalian. Aku tidak mengerti dengan semua yang kalian katakan tentang gen, professor Mara atau apapun itu", ucap Hali lagi. Nadanya tegas, seakan berusaha menyakinkan lelaki yang sepertinya seumuran sang ayah.

Namun walaupun dengan ucapan meyakinkannya, tawa sinis yang singkat tetap terdengar kali ini. Profesor Ace mengangkat tangannya, mengelus rambut Hali yang sedikit berantakan.

"Siapa bilang kami salah tangkap?"

"..justru kita sudah menangkap otak dari tujuh elemental". Semua orang terdiam mendengar kalimat itu.

"justru kita sudah menangkap pemimpin mereka, pemimpin dari putra Mara yang bisa sangat merepotkan. Sama seperti Ibu mereka yang seorang penghianat itu", ucapnya penuh kebencian. Seakan dengan melihat Hali, ia tengah melihat sosok wanita yang telah hampir menggagalkan semua rencana besar yang telah ia rakit dari awal.

Ia tersenyum lagi. Rasa puas menyelimutinya saat sang ruby tertegun dengan apa yang baru saja ia dengar. "Sekarang katakan padaku, apakah dari keenam adikmu, ada yang mirib dengan Mara?", tanya Profesor Ace seraya mempererat genggaman dirambut Hali.

Hali refleks menggeleng. "Ibuku memang Mara. Tapi kurasa dia bukan Mara yang kau kenal. Ibuku adalah orang biasa, dia bukan seorang professor. Dia sama sekali tidak pernah bertemu dengan orang seperti kalian"

"Bohong"

"Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku lebih mengenal ibuku daripada kalian--", ucapan Hali terpotong saat tawa sini lagi-lagi terdengar.

Profesor Ace kini melonggarkan dasi yang sedari tadi melingkar dilehernya agar membuatnya lebih leluasa untuk menertawakan kalimat lelucon yang baru saja dia dengar. Lalu ia menghela nafas sedikit panjang sebelum melirik pada kelima anak buahnya yang tak berani bersuara sedikitpun.

"Hm, benar juga. Informasi tentang semua ilmuwan yang bergabung dalam organisasi sudah dirahasiakan sejak dulu. Tapi apa mungkin, bahkan putra si penghianat itu tidak tau siapa dia yang sebenarnya?"

Hali tak menjawab.

"Tapi ya, mungkin saja. Wanita itu memang bukan orang yang mudah dibaca pergerakannya. Kalau begitu akan kuubah pertanyaanku"

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang