Will you betray me?

271 63 2
                                    

"Jadi mereka belum tau tentang Solar, itu artinya masih ada waktu untuknya menyelesaikan penelitian sebelum Profesor Ace menjalankan rencana keduanya"

"Dong ding", tanggap sang sahabat menanggapi tebakan Amato. Ia sedikit mengerutkan alis atas tanggapan itu.

"Jadi itu benar?"

"Salah. Justru sebaliknya Amato. Mereka itu kumpulan profesor yang tidak akan hidup tenang jika diliputi ketidaktahuan. Jika mereka sudah menemukan elemental yang lain, justru Solar tidak akan bisa bernafas lega lagi sekarang, karena bahaya sudah ada dimana-mana dan kapanpun bisa menghancurkannya"

Amato terdiam. Syok. Manik coklatnya terpaut dengan manik hitam seorang lelaki yang terlihat sedikit lebih tua darinya. Jas putih selutut yang ia pakai menari kecil seraya angin malam tepi danau mempermainkannya. Kontras dengan Amato yang masih menggunakan setelan kemeja putih dengan jas dan celana hitam berhias sepatu phantofel ala pebisnis, lelaki itu jutru memancarkan aura ilmuwan yang kental dengan pakaiannya.

"Jadi..apakah Solar sudah siap untuk itu?", tanya Amato akhirnya. Namun yang ia dapatkan dari pertanyaan itu hanyalah sebuah senyuman.

"Menurutmu?"

"Solar pasti sudah lebih dulu menyadari situasi ini. Setidaknya kurasa penelitiannya sudah hampir selesai"

"Ding dong. Seratus untukmu". Untuk beberapa alasan, sedikit keheningan membuat mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Kedua orang itu menatap lurus, riak air kecil didanau menjadi teman mereka saat ini.

"Solar adalah orang paling jenus yang pernah kutemui setelah Mara. Sebagai rekan dan teman yang sudah bersama Mara sejak lama, aku tau Solar memiliki ambisi dan potensi yang hampir 100% mirib dengan ibunya. Sudah lebih dari setahun Solar mengerjakan penelitian itu, aku yakin dia sudah lebih dari siap untuk misinya yang akan datang"

"Kau jangan khawatir Amato, putraku akan selalu membantunya untuk menyempurnakan misi. Biarkan mereka yang bertindak, kita hanya bisa mendorong mereka dari belakang. Kau sudah sampai tahap ini saja sudah hebat, tidak mudah bagi orang biasa untuk mengerti masalah serumit ini"

Amato tak menjawab. Pikirannya sedikit bingung, iapun masih berusaha mencerna seberapa serius masalah yang tengah terjadi. Namun pikiran itu harus tertunda, saat bahunya disentuh oleh orang yang sangat ia percaya. Nad tersenyum, "Kubilang jangan khawatir. Solar ada dalam lindunganku, kau percaya padaku kan?"

Refleks, sahabatnya mengangguk. "Ya, aku percaya padamu", ucapnya. Akhirnya suasanya menjadi sedikit cair, Tak lama, Amato memutuskan untuk menghela nafas panjang dan mengangguk kecil.

"Aku percayakan putraku padamu ya". Permintaan itu dibalas dengan anggukan oleh sang ilmuwan. "Siap tuan", jawab Nad bercanda, diikuti oleh tawanya yang ringan membuat Amatopun ikut tersenyum untuknya.

"Ngomong-ngomong, bagaimana kehidupanmu dan keluargamu? apakah menjadi lebih baik daripada dulu?"

"Ya begitulah. Menjadi orang biasa tidak membuatku mencapai hal yang berarti, tapi kehidupanku jauh lebih tenang sekarang. Keluargaku juga aman, jauh dari kerakusan para ilmuwan dan penguasa negara. Aku menikmatinya", jawab Nad.

"Terdengar menyenangkan. Aku jadi iri", tanggap Amato. Sorot matanya tak menunjukkan kebohongan, sepertinya ia juga ingin merasakan kehidupan yang Nad jalani saat ini.

"Putra-putraku juga bertumbuh jadi orang yang berguna. Terutama Dave. Ya walaupun dia hanya manusia buatan, tapi melihat pertumbuhannya yang alami membuatku semakin hari semakin bangga. Setidaknya aku tidak sepenuhnya gagal, setidaknya ada keberhasilan yang bisa kucapai"

"Berhenti menyalahkan dirimu Nad"

Nad tersenyum, "Aku belum bilang tentang seorang senior yang gagal menyelamatkan juniornya, kau sudah menebak dengan baik maksudku"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang