Hujan dan Petir

737 96 26
                                    

Pintu berbahan kayu mahoni itu terbuka dengan kasarnya, membuat remaja yang tadi begitu fokus tersentak hingga hampir menjatuhkan botol reagen berisi bahan penelitian yang belum selesai.

Nampak sosok Wanita yang begitu menakutkan diambang pintu sana. Ia mengepalkan tangannya seraya tersenyum maut pada bocah bervisor oranye beralat pelindung diri lengkap di laboratorium pribadi di rumah itu.

"Ibu bilang makan..apa kau benar-benar tidak akan turun?..", nada penuh penekanan dan aura iblis terdengar.

Solar langsung berkeringat dingin dan secara refleks melangkah mundur menjauhi sosok terkuat semuka bumi dihadapannya. "I-Ibu..aku--aku lapar--mau turun", gugupnya.

Orang itu dengan gesit meraih kerah baju Solar dan menariknya agar mendekat, "Makan. Kalau tidak akan Ibu hancurkan laboratorium ini beserta kau juga didalamnya, kau mengerti?.."

"Iya iya. Me-mengerti bu. Aku makan sekarang ya..". Ucap Solar mencoba melepas tangan sang Ibu dengan lembut. Namun belum terlepas saat manik tajam Mara terpaut pada silver putranya yang ketakutan.

Ia langsung mendorong Solar seakan memberi pengampunan, "Cepat turun!! dasar anak bandel!! Ibu panggil-panggil dari tadi kau malah asik sendiri disini!!"

"Ck iya bu. Ini eksperimenku bentar lagi pasti berhasil, Ibu malah ganggu aja", ucap Solar mengeluh, pipinya digembungkan seperti anak kecil.

Terdengar tawa yang sangat lembut, tapi bedanya Mara mengepalkan tangan dan meninjukannya ketelapak tangannya yang sebelah. "Jadi kau menganggap Ibu pengganggu?"

Glekk

Solar tertawa gugup dan menggeleng. "Ibu cantik, Wanita paling cantik di dunia ini. Ibu pokonya gak pernah ganggu, Ibu terkeren seeedunia", ucapnya sambil memberi gestur melebarkan tangan.

"Makan..atau Ibu geretakkan tulang-tulangmu nak?"

"Makan bu, hehe.."

"..."

"KABURR!! ada monster!!!!"

Wanita itu hanya menghela nafas panjang lelah dengan kelakuan anak bungsu bervisor itu yang kini berlari menuruni tangga. Entah sudah berapa kali ia mengeluarkan aura pembunuh dan tenaga ekstra hanya untuk 'mengkalemkan' semua pangeran hari ini.

Ia beranjak mengecek bahan dan peralatan lab Solar agar tidak ada yang membahayakan saat ditinggal. Namun manik ambernya langsung terpaku pada tabung reaksi berwarna hijau dan biru yang sama sama mengeluarkan gelembung.

Hanya dengan melihat warna ketiga cairan itu saja sudah membuatnya tersenyum penuh arti. Ia menghela nafas pelan.

"Dasar bodoh...percobaannya gagal lagi", ucap Mara bermonolog. Mengejek sang putra yang sudah bersusah payah selama lebih dari dua minggu namun tetap gagal dipercobaannya kali ini.

Diambilnya selembar masker dan sepasang sarung tangan latex putih sebelum ia kenakan sebagai prosedur mengambil bahan Kimia. Lalu ia mengambil satu botol transparan kosong dan mengisinya dengan seperempat Amonium Hidroksida.

Setelah itu, tangannya dengan santai mengambil dan membuka botol Benzena dan menuang sedikit pada botol berisi Amonium tadi. Ia mengocok pelan botol ditangannya sampai kedua cairan menyatu dan membentuk reaksi berupa gelembung kecil yang timbul dengan cepat.

Tak butuh Waktu lama, cairan itu kini berubah menjadi warna ungu, mengeluarkan sedikit asap gelap. Sepertinya kurang aman karena Mara langsung menjauhkan wajahnya selagi menuang cairan buatannya ke botol reagen milik Solar.

Ia tunggu sebentar. Lalu ia tersenyum lagi saat melihat reaksi akhir dari eksperimen sang putra yang baru saja ia selamatkan.

Ia lalu melangkah pergi. Keluar dari ruangan itu.

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang