Amber, Safir, dan Ruby

813 96 22
                                    

Halilintar menaruh gelas dalam pegangannya kasar, dalam sekejap pemuda dihadapannya melakukan tugas dengan menuangkan cairan berwarna bening keemasan untuk yang kesekian kalinya.

Suara bising dari keramaian bar tak mampu membuat sang manik ruby terganggu, tidak seperti biasanya dimana ia akan menghindar dari suara sekecil apapun yang tidak bermanfaat.

Hali meneguk wine putih ditangannya tanpa jeda, sudah beberapa botol wine yang kosong karenanya hingga wajah dibalik surai hitam dengan sedikit warna putih itu memerah menandakan sang tuan telah mabuk berat saat ini.

"Mohon maaf tuan, anda sudah terlalu banyak minum. Saya tidak bisa memberikan minuman lagi", ucap seorang bartender yang dari tadi melayani Hali, sudah bukan satu atau dua kali ia memperingatkan lelaki itu namun tetap nihil tak bisa mencegahnya terus meneguk alkohol.

"Bukan urusanmu, cepat tuangkan lagi"

"Maaf tuan tapi saya tidak bisa melakukannya. Seharusnya anda sudah berhenti dari tadi, tolong anda mengerti dengan standar bar kami tuan"

"Kubilang bukan urusanmu!! tugasmu hanya memberiku minum, apa kau sudah tidak ingin uang hah?!", bentak Hali membuat pemuda itu bergindik ngeri. Namun karena bentakan itu seorang pria berjas hitam datang menghampiri mereka untuk memastikan bahwa tidak ada keributan di tempat miliknya.

"Ada apa ini?", tanya pria itu.

"Pak, tuan ini tidak mau berhenti. Sudah empat botol white wine yang dia habiskan, saya sudah memperingatkannya dari tadi tapi dia tetap bersikeras ingin melanjutkan pak", lapor sang bartender.

Pria itu kini menatap Hali. Kemeja putih dengan dasi longgar dan lengan dilipat, sebagai orang yang telah bekerja di dunia bar sangat lama, pria itu tau Hali sedang mengalami stress berat karena perangainya. Tanpa izin sang manik ruby, ia merogoh jas hitam yang Hali taruh di meja untuk menemukan ponselnya.

Setelah mendapat ponsel bercasing hitam, ia membuka dan mendial nomor bertanda 'Ice' dilayarnya sebagai orang terakhir yang sang customer panggil sebelum datang kesana.

"Halo kak?", bunyi orang disebrang.

"Selamat malam, saya adalah pemilik bar di daerah circle S"

"..."

"Saya ingin menginformasikan jika tuan pemilik ponsel ini tengah mabuk berat pak, jadi bisakah anda menjemputnya? beliau terus memaksa karyawan saya untuk memberinya minum, saya khawatir dia tidak akan bisa mengemudi", jelas pria berjas pada Ice yang sedang mendengarkan.

Ada sedikit keheningan tanpa suara dari Ice dalam beberapa saat membuat pria itu ditinggal tanpa kepastian.

"Halo pak?"

"...kirim lokasinya ke nomor ini, saya akan kesana"

"Baik, akan segera saya kirim"

.

.

.

Tok tok tok

Pintu terbuka tanpa izin dari pemilik kamar menampakan sang tuan yang masih terbaring. Pria bermanik emas itu melangkah masuk seraya membawa nampan berisi sarapan dan minuman teh jahe hangat untuk sang kakak.

Hali membuka matanya yang terasa berat sertakan kepala yang berkunang-kunang akibat efek minum, berusaha bangkit hingga mendapat atensi Gempa.

"Kak Hali? kakak sudah bangun?", ucap Gempa membantu sang kakak duduk. Hali mengangguk.

"Siapa yang membawaku pulang?", tanyanya. Seingatnya ia memasuki sebuah bar dan minum disana, hanya itu dan ia tak ingat bagaimana ia bisa ada dirumah seperti sekarang.

Boboiboy Solar_You Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang