Bab 05 . Ganendra Rajasa

13.2K 527 7
                                    

Ganendra POV

Aku sedang berkutat dengan dokument dimejaku saat mendengar suara keributan didepan ruanganku.

Brak..

Terdengar suara pintu dibuka dengan paksa. Tapi aku tau ulah siapa itu. Aku menatap sosok itu dengan malas.

" Bu, tolong keluar Bu... Ibu harus tidak bisa masuk sembarang " larang seorang pria muda.

" Siapa kamu berani melarangku. Atau saya suruh calon suamiku untuk memecatmu " ancamnya wanita itu marah.

" Sayang kamu kenapa sih, bahkan anak buah kamu pun kurang ajar semuanya " adu Wanita itu manja padaku.

Awalnya aku ingin mengabaikannya, namun aku berubah pikiran. Aku harus menyeselesaikan sekarang juga meskipun sudah berkali-kali aku menolaknya.

" Tinggalkan kami berdua Des, " pintaku kepada sekertarisku. Sinta tersenyum penuh kemenangan kearah Desta, namun tidak diindahkan oleh pria itu.

" Kalau saya permisi Pak " pamitnya setelah mendapat persetujuanku,

" Biarkan pintunya terbuka lebar " peringatku. Aku tidak mau lagi mendapatkan skandal lagi setelah kasus perceraianku karena berselingkuh.

Kini aku beralih kepada wanita yang sempat membuatku jatuh bertekuk lutut, Sinta. Mantan kekasihku. Aku meletakkan pulpen diatas mejaku, lalu menatapnya lekat.

" Katakan apa keperluanmu datang kemari " tanyaku datar.

" Kamu itu kenapa, sudah lima tahun aku menunggu kamu untuk kembali padamu. Kamu semakin menjauhiku setelah perceraian kalian. Bukankah kita saling mencintai ? " ucap Sinta berapi-api.

" Aku tidak pernah menyuruhku masih menunggu. Bukankah aku sudah memberikan jawabanku. Mengakhiri hubungan kita setelah skandal itu mencuat. Aku memberimu kebebasan. Hidupku bahkan sudah hancur. Aku dijauhi oleh keluargaku. Lalu apa lagi yang kamu inginkan ? " ucapku tajam.

" Aku ingin kita kembali. Selama ini apa salahku. Kita saling mencintai sebelum kamu menikah dengan Arini. Atau jangan-jangan kamu mencintai Arini ? " tanya Sinta emosi.

Aku terdiam, merenungi ucapan Sinta. Benarkah aku sudah jatuh hati kepada Arini? Mantan istriku ?. entahlah, aku tidak pernah tahu. Aku hanya tahu aku merasakan perasaan bersalah dan kehilangan amat sangat. Aku hancur dan tidak terbiasa hidup tanpa dirinya. Bahkan selama lima tahun ini, aku diam-diam mencari jejaknya. Namun tak kunjung aku temukan. Tanpa Arini aku seperti kelingan arah.

" Ahh... ternyata benar. Aku tidak terima semua perbuatan mu Ganendra, kamu membuangku setelah kamu tidak membutuhkanku. " ucap sinta emosi.

" Sepertinya kamu Benar, aku sudah jatuh cinta kepada Arini, perasan cinta yang berbeda yang kurasakan padamu. Aku hanya terobsesi padamu. Bukan cinta " ucapnya akhirnya sadar. Tapi kenapa setelah lima tahun berpisah. Aku sungguh lelaki yang bodoh.

" Kamu bohong. Kamu hanya ingin membuangku " ucap sinta tak mau percaya.

" Terserah apapun yang kamu pikirkan. Bagiku hubungan kita sudah selesai lima tahun lalu. Sekarang silahkan keluar dari ruangnanku sebelum aku memanggilkan satpam " usirku.

Sinta keluar dari ruanganku dengan membanting pintu marah. Namun tidak aku perdulikan.

Desta datang dan berdiri didepan ruanganku dengan tergopoh-gopoh.

" Bapak gak papa? Seperti wanita gila itu tidak kambuh gilanya. Buktinya ruangan Bapak tidak hancur berantakan. " ucapnya Desta tanpa sadar sedikit menyindirku.

" Hemm " aku berdehem,

Desta tersadar dari kekeliruannya lantas memukul pelan mulutnya sendiri.

" Maaf Pak, keceplosan. Lagian kok bisa sih Bapak memilih bercerai dari Ibu yang sudah pasti cantik dan anggun, daripada selingkuhan Bapak yang modelnya saja begitu. Cantik sih tapi gila " ledek Desta sambil pura-pura bergidik ngeri.

" Sepertinya kamu ingin gajimu dipotong mulai bulan depan Desta " ancamku pura-pura marah.

" Ah... Bapak mah begitu. Kan bener ucapan saya Pak " elaknya

Aku pura-pura mengangkat telpon dan menghubungi pihak HRD " Halo Res.. " belum sempat aku melanjutkan ucapanku, namun ditahan Desta.

" Bapak mah bercandanya beneran "sungutnya.

Aku hanya tertawa sambil menggelengkan kepala melihat tingkahkah. Desta mengantikan posisi Sinta menjadi sekertarisku sejak lima tahun lalu. Setelah kasus perceraianku Mamaku datang dan membuat keributan besar dikantor. Dan menyuruh Papa untuk memecat Sinta. Saat itu aku hanya bisa pasrah menerima.

Semua karena kebodohanku sehingga membuat keluargaku dan rumah tanggaku hancur berantakan. Bahkan hubunganku dengan kedua orang tua dan kakak adikku ku pun sedikit rengang. Baru tiga tahun belakangan ini hubungan kami membaik walaupun tidak sedekat dulu.

Akhirnya aku memilih Desta untuk menjadi sekertarisku. Selain masih muda dan energik dia juga bekerja sangat baik. Selama ini dia tidak perah mengecewakanku walaupun terkadang aku agak jengkel mendengar bicara yang sedikit ceplas-ceplos.

Aku kembali pulang larut malam kerumah yang dulu aku tempati bersama Arini. Aku tidak menjual atau pindah dari rumah ini, rumah yang dipenuhi oleh kenangan kami selama dua tahun menjalani rumah tangga dengannya.

Aku masih menempati kamar yang dulu kami pakai, bahkan barang-barang Arini masih tertata rapi ditempatnya, tidak pernah aku singkirkan dari tempatnya.

Arini hanya membawa semua barang-barang pribadi nya sebelum menikah denganku. Dia meninggalkan semua barangnya yang dibeli dengan uangku.

Aku memaklumi kebencian dan kemarahannya padaku. Karena memang aku yang terlalu bodoh saat itu.

Aku memandangi foto pernikahanku dengan Arini tujuh tahun silam yang masih tergantung dengan apik ditembok kamar kami. Arini yang cantik tersenyum bahagia. Begitupun aku. Aku tersenyum lebar dan bahagia saat itu.

Kenapa aku dulu begitu bodoh saat itu. Padahal aku jatuh cinta kepada Arini saat pertemuan pertama kami. Saat itu aku hanya terlalu obsesi kepada Sinta karena penolakan keluargaku.

Aku menghembuskan nafasku sedikit kasar, tanpa terasa cairan bening mengalir dari sudut mataku. Aku mengusap air mataku dengna kasar. Namun rasa sakit dan sesak karena kehilangan Arini membuatku menangisi perempuan dengna terisak keras.

Aku berulang kali memukul dadaku untuk menghalau rasa sesak didadaku.

" Maafkan aku sayang, maafkan kebodohanku. Sungguh aku mencintaimu. " ratapku lirih.

Aku tahu aku adalah seorang pendosa, aku seorang penghianat namun aku selalu memohon ampunan kepada tuhan. Aku selalu berdoa agar kita bisa bersatu kembali.

Aku masih ingat saat pertama kali aku bersujut dibawah kaki kedua mertuaku memohon ampun. Memohon kepada mereka utuk memberitahukanku keberadaan Arini.

Mereka memaafkanku, bukankah mereka sangat baik. Namun aku tega menghancurkan kepercayaan mereka padaku. Meskipun mereka tidak memberi tahuku keberadaan Arini.

Adik iparku bahkan menghadiahiku bogeman yang membuatku terpaksa harus dirawat dirumah sakit selama seminggu. Namun aku tidak menyalahkan mereka. karena semua adalah kesalahanku. Hanya pria bodoh sepertiku yang rela melepas berlian demi sebutir debu.

Pukulan Doni tidak berasa apa-apa jika dibandingkan dengan kesakitan Arini yang aku buat. Namun aku bersyukur setelah itu mantan mertua dan adik iparku tidak lagi membenciku.

Mereka sama seperti keluargaku, masih berinteraksi dengnaku namun sedikit membatasi. Aku paham, terlebih kini aku bukan siapa-siapa didalam keluarga mantan mertuaku. Aku hanyalah mantan suami anak mereka. hanya mantan menantu yang cacat.

Aku meringkuk seperti bayi dikasur ini. Aku tak hentinya menyebut nama Arini dengan bibirku. Aku berharap agar kami bisa bertemu kembali. Saat hal itu terjadi. Aku akan melakukan apapun agar bisa kembali rujuk dengannya. Bahkan aku rela bersujut dibawah telapak kakinya sekalipun.

Aku rela menyerahkan seluruh isi duniaku padanya, asalkan kami bisa kembali bersama. Aku tahu hal itu tidak akan mudah mengingat kesalahan yang aku dan Sinta lakukan. Namun aku sudah bertekat. Hanya itu harapanku satu-satunya.

Tapi sepertinya aku terlalu serakah jika mengharapkan bisa kembali rujuk dengan Arini setelah apa yang aku lakukan padanya. aku menghinati nya dengan sahabatnya sendiri. Apapun alasanku saat itu, sudah jelas aku terlalu brengsek.

Ganendra POV End

***


Semburat Lembayung Di Ujung Senja ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang