Arini POV
Aku merebahkan tubuhku diatas ranjang milikku.rasanya kepalaku berdenyut nyeri. Beberapa hari ini aku harus menahan rasa mual. Sepertinya aku kelelahan mengatur taman belakang belakangan ini.
Ceklek
Aku masih memejamkan mataku saat mendengar pintu kamarku dibuka seseorang yang ku yakini itu Ganendra. Pria itu mengambil cuti hari ini dengan alasan tidak ingin membiarkanku sakit sendirian. Padahal dirumah ada Bi Darsih dan Sari. Juga pak Seno yang menjadi satpam dirumah kami.
" Sayang, kamu masih mual dan pusing ? " tanya Ganendra. Suamiku itu duduk disisi ranjang lalu meletakkan sebelah tangannya untuk memeriksa suhu tubuhku.
Aku membuka mataku perlahan dan tersenyum tipis kearahnya " Masih, rasanya aku kehilangan seluruh tenagaku " sahutku lirih.
Ganendra mengusap pipiku lembut " Kita kedokter ya. aku tidak mau lagi mendengar alasanmu. Kamu sudah menolaknya beberapa hari lalu sayang " ucap Ganendra. Terdengar nada khawatir dari suamiku itu.
Aku hanya bisa mengangguk perlahan. Tanpa bisa membantah lagi. Memang salahku karena menolak ajakannya kedokter beberapa hari yang lalu.
Setelah bersiap, kami berdua berpamitan kepada Sari dan Bi darsih.
" Sari, tolong jemput Leo ya, Saya antar Arini dulu kedokter " ucap Ganendra
" Baik Pak, jangan khawatir. Semoga Ibu cepat sembuh ya Pak " sahut Sari.
" Terima kasih ya. kami pergi dulu " sahut Ganendra lalu menoleh kearahku " Ayo sayang " ajaknya padaku.
Ganendra memapahku memasuki mobil. Aku menolak suamiku memanggil dokter kerumah. Fellingku mengatakan kalau aku harus pergi kerumah sakit sendiri.
Tak sampai setengah jam kami akhirnya sampai dirumah sakit didekat rumah kami. rumah sakit yang merupakan milik dari Kakak papa mertuaku.
Aku menunggu dikursi sementara Ganendra mengurus pendaftaranku. Tak lama Ganendra kembali dan duduk disebelahku.
" Loh, Dra.. Arini, siapa yang sakit ? " sapa Heru, sepupu dari Ganendra. Anak dari pemilik dari rumah sakit ini.
" Hei Bro, aku mengantar Arini, beberapa hari ini dia tidak enak badan " sahut Ganedra . mereka berdua saling menyapa dengan saling berpelukan.
" Kenapa tidak langsung masuk keruanganku saja. Aku bisa mengatur jadwal kalian dengan dokternya " sahut Heru.
" Tidak usah, kami sudah mendaftar. Kemungkinan sebentar lagi dipanggil " tolak Ganendra.
Heru hanya mengangguk mengerti " Leo tidak ikut ? " tanya Heru, saat pria itu hanya menyadari kami hanya berdua.
" Dia masih sekolah, belum pulang " sahutku. Aku sangat tahu Heru sangat menyukai Leo, menganggap Leo seperti anaknya sendiri.
" Begitu ya " ucap Heru." Baiklah, nanti aku akan berkunjung kerumah kalian " sambung Heru.
" Tentu datanglah kapanpun kamu mau " sahut Ganendra
" Ibu Arini " panggil seorang perawat. Kami bertiga sontak menolah.
" Silahkan masuk Bu, sudah ditunggu oleh dokternya "
" Baik Suster " sahut Ganendra
" Kalian masuklah dulu, aku akan kembali keruanganku " sahut Heru
" Tentu, sampai jumpa " . kami saling melambaikan tangan saat berpisah.
" Selamat siang. Silahkan duduk Ibu Arini dan Bapak Ganendra . ada yang bisa saya bantu ?" sambut seorang dokter muda kepada kami.
" Selamat siang dokter. Saya mau memeriksakan kondisi istri saya dokter. Beberapa hari ini dia selalutidak enak badan dan pusing " ucap Ganendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semburat Lembayung Di Ujung Senja ( End )
RandomPerceraiannya dengan mantan suaminya dua tahun lalu membuat Arini berubah menjadi sosok yang tertutup. Perpisahan mereka membuat wanita itu jatuh terpuruk, terlebih dengan penghianatan suami serta sahabatnya. Membuatnya susah untuk percaya lagi terh...