Arini tiba dirumah sebelum masuk waktu magrib. Wanita itu bergegas mandi dan menganti pakaiannya dan langsung menemui buah hatinya.
Namun senyum wanita itu langsung pudar saat melihat sang anak yang tengah berbaring dnegan wajah pucat. Dengan sedikit tergesa Arini langsung menghampiri sang anak dan duduk dibelah ranjangnya.
" Leo kenapa Sari ? demam ya ? " tanya Arini lalu meletakkan telapak tangannya ke dahi sang anak untuk mengecek suhu tubuhnya. Hangat.
" Iya Bu, sehabis mandi badan Leo hangat, jadi Sari suruh minum obat dan berbaring. Saya telpon ke no Ibu, tapi telpon Ibu gak aktif " ucap Sari.
" Sepertinya telpon genggam saya kehabisan baterai. Jam berapa kamu kasih dia obat ? "
" Dua jam lalu Bu. Sudah ada perubahan. Leo sudah sedikit berkeringat " lapor Sari.
Arini mengangguk paham lalu menghela nafas lega. Berarti deman sudah sedikit berkurang.
" Kamu sudah makan malam Sari ? "
" Belum Bu, gak tega ninggalin Abang sendirian meskipun dia sedang tidur " ucap Sari dengan sedih. Gadis itu memang sangat menyayangi anak asuhnya seperti adik sendiri.
" Makanlah dulu, biar saya yang gantikan menjaga Leo. Jangan sampai kamu ikutan sakit karena telat makan " titah Arini.
" Nanti saja Bu, sebentar lagi " tolak Sari. Gadis itu masih nampak enggan meninggalkan Leo.
" Makan dulu. Kalau tidak Ibu marah nih " ancam Arini.
Mau tak mau gadis itu menuruti kemauan Arini, bergegas kedepan dan makan malam secepat yang dia bisa.
Arini memandangi wajah sang anak dengan perasaan sedih. Wajah ceria yang biasa Leo tampakkan kini berubah menjadi wajah pucat meskipun masih tidak mengurangi ketampanan anaknya.
Menghadapi Leo yang sedang sakit sudah tidak menjadi beban atau asing bagi Arini. Karena perilaku Leo ketika sakit persis seperti Ayahnya. Sangat Manja dan sedikit rewel.
Arini kembali memeriksa suhu tubuh Leo dengan termometer, meskpiun masih hangat namun tidak sepanas tadi. Arini menyelimuti tubuh sang anak dan meninggalkan Leo sendirian untuk menuju dapur.
" Abang masih tidur ya Bu ? " tanya Sari saat melihat Arini keluar dari kamar Leo menuju dapur.
Arini mengangguk " Iya, kamu sudah selesai makan ? " tanya Arini
" Sudah Bu. Sari malam ini tidur disini ya Bu " ijin Sari. Sudah menjadi kebiasaan Sari jika Leo sakit dia akan memilih menginap dan menemani sang anak ketimbang pulang kerumahnya sendiri. Arini merasa beruntung dan bersyukur mendapatkan pengasih Leo seperti Sari. Gadis itu bahkan sudah dianggap sebagai bagian keluarganya sendiri.
" Oke, kamu ada baju gantikan ? "
" Ada Bu, tenang saja "
" Ya sudah kalau begitu, tolong kamu temani Leo, saya mau memasak bubur buat Leo, begitu membuka matanya dia akan merengek lapar meskipun mulutnya terasa pahit " ujar Arini sedikit terkekeh mengingat kebiasaan sang anak.
" Butuh bantuan gak Bu ? " tanya Sari basai-basi.
" Tsk, Ibu tahu kamu Cuma basa basi, sudah sana cepetan temani Leo, takut dia terbangun " usir Arini dengan gerakan tangannya.
Sari hanya terkekeh kemudian meningalkan Arini sendirian didapur menuju kamar Leo.
Arini hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh pelan kemudian melanjutkan rencananya untuk membuatkan bubur kesukaan Leo. Tidak butuh waktu lama Arini sudah selesai dengan masakannya, lalu menyiapkan mangkuk kecil dan mengisinya dengan bubur untuk Leo. Tidak lupa dengan segelas air hangat.
Arini menaruh mangkuk dan gelas diatas nampan dan membawanya menuju kamar snag anak.
Ceklek
Arini membuka pelan pintu kamar Leo dan melongokkan kepalanya sedikit untuk melihat apakah sang anak sudah bangun atau belum.
Arini tersenyum melihat Leo sedang bersandar disisi ranjang, lalu melangkah masuk.
" Bunda " Leo berseru senang melihat kedatangan sang Bunda
" Jagoan Bunda masih pusing ? " tanya Arini sambil meletakkan nampan diatas nakas.
" Sudah gak pusing lagi Bun, tinggal demamnya saja " oceh Leo,
Arini menyentuh dahi Leo dengan punggung tangannya untuk mengecek,lalu tersenyum sambil mengelus rambut anaknya.
" Masih sedikit hangat, sekarang Abang makan bubur dulu ya, setelah itu minum obat lagi. Biar cepet sembuh "
Leo mengangguk semangat " Suapin ya Bun " pintanya dengan puppi eyes, membuat siapapun akan luluh pada anak itu.
" Iya Bunda suapi "
Arini meraih mangkuk berisi bubur lalu menyendoknya dan menyuapi Leo. Leo menerima suapan demi suapan bubur itu dengan hati riang. Sama sekali tidak memperlihatkan kalau anak itu sakit kecuali wajahnya yang masih sedikit pucat.
" Nah sekarang tinggal minum obatnya lagi ya " Arini memberikan sirup penurun demam untuk anak-anak.
Leo menerima suapa obat dengan mulut terbuka lebar. Bocah itu sama sekali tidak susah untuk minum obat jika sakit.
Arini membantu Leo merebahkan kembali tubuhnya lalu menyelimuti tubuh Leo. Arini menemani Leo hingga anak itu kembali memejamkan matanya.
Arini meninggalkan kamar lalu menuju ruang tengah untuk menemui Sari. Arini melihat gadis itu sedang menonton televisi diruang tengah.
" Kalau kamu ngantuk, kamu bisa menyusul Leo dikamar Sari " ucap Arini.
Sari menoleh lalu mengecilkan volume televisinya " Sebentar lagi bu, sekalian ada yang mau sari obrolkan dengan Ibu " ucap Sari tiba-tiba.
Arini sedikit memicingkan alisnya melihat gelagat Sari yang tidak biasa. Gadis itu terlihat canggung dan bingung untuk menyampaikan apa yang hendak dibicarakannya.
" Bicara saja, jangan sungkan " perintah Arini.
Sari sedikit menghirup nafasnya kuat lalu menghen\mbuskannya perlahan, dengan sedikit meremas jemarinya gadis itu membicarakan tentang Leo disekolah.
" Se... sepertinya Abang sakit gara-gara kepikiran tentang ejekan teman-temannya disekolah Bu " ucap Sari sedikit terbata.
Arini mengerutkan keningnya bingung " Ejekan ? "
" Iya Bu "
" Bisa ceritakan dari awal Sari ? " tanya Arini dengan tidak sabar
" Jadi beberapa hari ini teman-temannya selalu mengejek Abang tidak punya Ayah Bu, mereka meledek karena tugas sekolah Abang hanya ada Ibu saja sebagai orang tua. Meskipun ada Kakek Nenek dan Om nya, namun sepertinya anak-anak yang lain selalu meledek Abang "
Arini terdiam, dia sedikit syock tentang apa yang dialami anaknya disekolah. Arini kecewa pada dirinya sendiri, karena lalai memperhatikan Leo sebagai orang tuanya.
" Guru-guru tidak ada yang bertindak ? "
"Sudah Bu, mereka yang meledek sudah dihukum namun seperti kata-kata mereka membekas dibenak Abang, Abang bahkan pernah tanya sama saya Bu apakah dia punya Ayah , tapi saya bilang suruh tanya sama Ibu "
" Lalu apa jawaban Leo "
" Abang bilang suruh lupakan saja, dia tidak ingin membuat Ibu bersedih " ucap Sari membuat Arini merasa sedikit tertampar
Sepeninggal Sari, Arini meremas dadanya kuat. Rasa sesak membuatnya meneteskan air matanya. Da tidak menyangka kalau sang anak akan sangat dewasa dan selalu memikirkan dirinya. Arini menangis terisak, dia merasa gagal menjadi orang tua untuk anaknya. Bagaimana mungkin anak seusia Leo bisa bertindak begitu dewasa.
" Maaf kan Bunda nak, jika saya mereka tidak menghianati kita mungkin saat ini kamu tidak akan mendapat ejekan itu, pasti saat ini kita bertiga akan bahagia " lirih Arini disela-sela isak tangisnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Semburat Lembayung Di Ujung Senja ( End )
De TodoPerceraiannya dengan mantan suaminya dua tahun lalu membuat Arini berubah menjadi sosok yang tertutup. Perpisahan mereka membuat wanita itu jatuh terpuruk, terlebih dengan penghianatan suami serta sahabatnya. Membuatnya susah untuk percaya lagi terh...