Bab 28 . Pamitan

5.4K 236 3
                                    

Pagi ini kantor Arini tampak sedang sibuk menyiapkan meeting untuk laporan awal bulan. Meeting kali ini diagendakan untuk membahas kemajuan perusahaan selama dibantu oleh Ganendra.

Arini tampak sedang bosa mendengarkan celotehan teman-temannya diruangannya. Mereka mengetahui hubungan Arini dan Ganendra saat tak sengaja Wika dan Arini membahasnya.

Awalnya wika mendatangi Arini saat itu dan langsung bertanya tentang apa yang tak sengaja didengarnya. Dengan terpaksa Arini mengakui kalau Ganendra adalah mantan suaminya. Dan ternyata hal itu didengar oleh-beberapa temannya yang lain.

Meskipun sudah mengetahui kalau CEO mereka adalah Ayah dari Leo, mereka masih takjub dengan kemiripan mereka. Mereka masih tidak percaya kalau Arini adalah mantap Istri bos mereka.

" Mau sampai kapan kalian membahas masalah itu " ujar Arini dengan wajah jengah.

" Sampai kami benar-benar yakin " ucap Devika.

" Kok bisa sih kamu gak pernah cerita sama kami sebelumnya. Sampai saat ini aku masiih kesel tahu gak " ucap Sholeh.

" Apalagi aku, ternyata calon besanku itu Pak Ganendra " ujar Tio yang mendapat ejekkan dari yang lain.

" Jangan mau mbak besanan sama orang satu ini. Bisa rugi kamu Mbak ? " ucap Wika.

" Heh... rugi kenapa, malahan bagus dong. Bisa mendapatkan calon mantu seperti anakku " ucap Tio tak terima.

" Dan Sayangnya sepertinya Leo justru lengket sama Chika . anaknya Mbak Tika " ucap Devika tak mau kalah.

" Apa sih kalian. Kenapa jadi bahas itu sih. " ucap Arini merusaha melerai percekcokan sahabatnya.

" Tahu nih, nyolot terus Wika " ucap Tio sambil melotot.

" Mas Tio tuh yang ngomongnya aneh-aneh " jawab Wika tak terima.

" Sudah. Sekarang bubar kembali kemeja masing-masing. Aku mau keruang meeting " ucap Arini. Bangkit dari kursi dan berjalan meninggalkan ruangannya. Diikuti oleh yang lain.

" Berarti minggu ini Pak Ganendra terakhir disini ya Mbak ? " tanya Wika sambil berjalan disisi Arini.

" Iya "

" Terus setelah itu dia kembali lagi ke kota A dong "

" Entahlah. Kemungkinan besar seperti itu. Dia kan harus memimpin perusahan pusat disana "

" Tpai kalau Pak Ganendra kembali kekota A. Lalu bagaimana dengan Mbak dan Leo ? " gumam Wika membuat Arini menghentikan langkahnya sejenak.

Arini kembali menlanjutkan langkahnya menuju ruang meeting " Ganendra tidak ada hubungannya denganku. Kami hanya membesarkan Leo bersama " ucap Arini membuat Wika membungkap mulutnya.

Sepertinya gadis itu terlalu banyak bertanya. Membuatnya merasa tak enak hati kepada atasanya.

" Maaf ya Mbak, Wika terlalu banyak bertanya yang bukan urusanku " ucap Wika merasa bersalah

" Tidak masalah, tapi lain kali tolong hati-hati ya " Arini tersenyum.

" Oke Mbak. Makasih ya " ucap Wika sambil kembali tersenyum sumringah.

Arini dan Wika kembali melanjutkan perjalanan mereka. dia memwakili divisi Marketing karena Pak Candra selaku atasannya tidak bisa hadir karena tugas luar kota.

Arini memasuki ruangan meeting bersama Wika, disana hanya terdapat segelintir orang yang baru hadir. Arini memilih duduk disalah satu sudut kursi yang agak jauh dari barisan depan.

Tak berada lama kemudian, ruang meeting sudah dipenuhi oleh jajaran direksi. Hanya tinggal menunggu kedatangan Ganendra dan Desta saja. Arini menoleh dan otomatis berdiri saat melihat pimpinan perusahaan memasuki ruangan. Dan kembali duduk setelah Ganendra duduk diskursinya.

Meeting kali ini hanya membahas pencapaian-pencapaian mereka dan langkah selanjutnya untuk meninggkatkan omset perusahaan. Ganendra memberikan kiat-kiat khusus yang pernah dipelajarinya saat mengenyam pendidikan di Amerika.

" Ini adalah minggu terakhir saya berada dikantor ini sebelum kursi jabatan saya kembali serahka kepada Pak Rudy. Terima kasih atas kerja sama kalian selama saya berada disini. Meskipun nanti saja tidak berada disini, saya harap kinerja kita semakin meningkat. Sekali lagi saya ucapan terima kasih untuk semuanya " ucap Ganendra diakhir meeting.

Semua bertepuk tangan dan saling berjabat tangan. Tiba saat Arini harus menjabat tangan Ganendra, tapi pria justru menarik tubuh Arini dan memeluknya. Arini harus menahan wajah malunya akibat perbuatan Ganendra.

Arini hanya bisa menahan amarahnya demi sopan santun. Tidak mungkin baginya untuk menjotos wajah Ganendra didepan petinggi perusahaan kan. terlebih hanya segelintir dari mereka yang tahu hubunganya dengna Ganendra.

Sedangkan Ganendra hanya memasang tampang tak bersalahnya saat Arini memelototi dirinya. Baginya itu bukan kesalahan, itu adalah kesempatan langka untuk bisa memeluk mantan istrinya.

Dan hasilnyas seharian ini Arini harus menahan kesal untuk berita yang menbahas kejadian diruang meeting. Bahkan kuping Arini sampai panas mendengar ledekan teman-temannya.

Sampai akhirnya Arini bisa menghindari ocehan teman-temannya karena harus menjawab telpon dari Ganendra. Pria itu mengatakan sedang dalam perjalanan menjemput Leo disekolahnya. Ganendra mengatakan ini adalah waktu yang pas untuknya memberitahu Leo soal kepulangannya ke kota A.

" Baiklah, bicarakan dengan Leo secara perlahan. Aku yakin anak itu akan mengerti " ucap Arini sebelum mengakhiri panggilan dari Ganendra.

Sedangkan disisi lain Ganedra sedang menyiapkan mentalnya untuk memberahu kepada sang anak. Ganendra menunggu didepan sekolah Leo sampai anak itu keluar dari gerbang sekolahnya.

Ganendra mengajak Leo makan berdua disalah satu restoran favorite Leo. Leo sangat mengemari masakan China dan Jepang semenjak Ganendra sering mengajak anak itu makan diluar. Karena biasanya Arinilah yang memasak dan sangat jarang makan diluar seperti yang dilakukannya.

Ganendra menunggu hingga Leo menyelesaikan makannya. Dengan sabar pria itu menemani sang anak.

" Sayang, ada yang mau Ayah bicarakan dengan Leo "

" Ayah mau bicara apa ? "

" Leo tahukan kalau Ayah hanya sementara dikota ini sampai masalah Ayah sudah selesai. Dan saat ini masalah Ayah sudah selesai jadi mau tidak mau Ayah harus kembali kekota A " ucap Ganendra sambil menjeda kalimatnya karena melihat wajah sang anak berubah menjadi murung. " Tapi Leo jangan kawatir. Ayah akan usahakan setiap satu atau dua minggu sekali Ayah akan mengunjungi Leo. jadi hanya intersitas bertemu kita sedikit berkurang dibandingkan saat ini " ucap Ganendra berusaha meyakinkan sang anak.

Leo menatap wajah snag Ayah dengan seksama. Mencoba melihat kebohongan dari sorot mata sang Ayah. Namun pada akhirnya Leo tidak menemukan satupun kebohongan diwajah sang Ayah.

" Baiklah, Leo mengerti. Bagaimanapun Ayah punya tanggung jawab yang harus Ayah pikul. Lagi pula Ayah akan sering mengunjungi Leo dan Bunda kan ? " tanya Leo.

" Tentu saja. Ayah akan berusaha selalu mengunjungi Leo. Ayah akan berusaha mengatur waktu untuk kita bisa bersama-sama "

" Baiklah, begitu saja juga sudah cukup. Yang penting Ayah jangan sampai melupakan Leo "

Ganendra memeluk Leo sednag perasaan haru " Mana mungkin Ayah melupakan anak Ayah yang tampan ini. Ayah sayang sama Leo. terima kasih ya sayang sudah mau menerima Ayah sebagai Ayahnya Leo "

Leo membalas pelukan Ganendra dengan tak kalah erat " Terima kasih juga sudah datang pada Bunda dan Leo "

Kedua anak dan ayah itu saling berpelukan dengan penuh haru dan ucapan terima kasih.

" Bagaimana kalau besok kita kepantai.kita ajak Bunda " usul Ganendra

" Besok Abang sekolah dan Bunda bekerja "

" Hei Ayah kan Bos nya Bunda. Besok ayah akan kasih Bunda cuti dan kamu ijin sehari oke. Besok kita kepantai "

" Beneran Yah ? " tanya Leo dengan penuh semangat.

" Tentu " ucap Ganendra

" Yey..... Leo sayang Ayah "

Ganendra hanya terkekeh pelan melihat Leo yang meloncat-loncat karena kegirangan. Dalam hati pria itu berjanji akan selalu menjaga kebahagiaan dan senyuman Leo.

***


Semburat Lembayung Di Ujung Senja ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang