Bab 26 . Penolakan

6.7K 274 10
                                    

Arini POV

Aku berada didalam mobil yang disupiri oleh Andrew menuju kediaman keluarganya. Pria itu memintaku untuk menemaninya diacara ulang tahun keponakannya.

Sejujurnya aku enggan untuk datang. Karena sudah tahu sambutan yang akan aku terima nantinya. Bukan smabutan hangat yang akan aku terima.

Tapi karenapermintaan Andrew yang tidak aku tolak, aku terpaksa harus datang kesana. Alu ingin membalas Andrew yang selama ini sudah baik kepada kami.

" Kenapa? Tegang ya? jangan takut aku akan menjagamu disana. jadi tidak akan satupun keluargaku yang akan mengusikmu " ucap andrew mencoba menenangkanku.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum kearah Andrew. Aku mencoba percaya ucapannya. Karena aku tahu Andrew adalah orang yang bisa dipercaya.

" Aku percaya padamu ". Kami berdua sama-sama tersenyum.

Meskipun Andrew berusaha menenangkanku, namun nyatanya aku semakin merasa tidak nyama saat kami memasuki kediaman keluarga Raharja.

Aku melingkarkan tanganku di lengan Andrew dan berjalan beriringan. Semua mata melihat ke arah kami saat kami berdua masuk kedalam rumah.

" Hai sayang selamat ulang tahun ya " ucap Andrew melepaskan tanganku dari lengannya dan mendekati keponakannya.

Aku berdiri dengan wajah datar, tidak memperdulikan tatapan ketidak sukaan keluarga Andrew padaku. Terlabih tatapan Tante Sonya dan Rita padaku.

" Akhirnya kamu datang juga. Yuk kita langsung makan malam saja " ajak Tante Sonya kepada Andrew tanpa memandangku sama sekali.

" Yuk Rin, kita masuk kedalam " Ajak Andrew padaku.

" Selamat Malam Om, Tante dan semuanya. Selamat ulang tahun ya Rachel " ucapku sambil memberikan kado kepada Anak Rita.

" Malam . terima kasih sudah datang " ucap Rita acuh tak acuh.

Aku hanya tersenyum masam melihat sambutan yang kurang menyenangkan. Mataku bersitatap dengan gadis cantik yang berdiri disebalah Tante Sonya. Gadis itu nampak anggun dengan senyum manis, namun penuh dengan kepalsuan. Tatapan matanya menatapku dengan tatapan merendahkan.

Aku mengikuti Andrew keruang makan dan susuk disebelahnya. Meskipun mereka menatapku dengan tatapan tak suka namun aku mencoba abai.

" Irene sebaiknya kamu duduk disebelah Andrew saja " perintah Tante Sonya sambil tersenyum ramah kepada gadis itu.

" Terima kasih Tante "

" Tak masalah kan aku duduk disebelahmu Andrew? "

" Silahkan saja " ucap Andrew cuek.

Kami makan malam bersama. Dari obrolan mereka aku baru tahu kalau Irene adalah gadis yang sedang dijodohkan dengan Andrew. Dan kedua orang tua Andrew sengaja mengundang keluarga gadis itu pada acara ulang tahun anaknya Rita. Hanya kehadiranku lah yang satu-satunya tidak diharapkan disini.

Mereka sanggat membanggakan pencapaian yang diperolah Irene. Mereka bahkan tak segan membandingkannya denganku.

Ingin rasanya aku keluar dari rumah ini. Namun aku harus menahannya demi sopan santunku dikeluarga ini.

" Oh ternyata Arini single parent dengan satu anak ya " tanya Irene namun dengan nada merendahkan.

" Iya. Ada masalah dengan statusku? " tanya ku

" Tidak, aku dengan kalau status janda selalu dipandnag buruk diluaran sana. Untunglah kamu bekerja diperusahaan sebesar GR Corp " ucap Irene dengan senyum palsunya.

" Sudah berapa lama kamu bekerja disana? " tanya Om Gunawan

" Hampir enam tahun ini "

" Sudah lama juga ternyata " ucap Om gunawan

" Aku dengar disana tidak mudah untuk mendapatkan jabatan tinggi. Kecuali kamu benar-benar hebat dalam bekerja " ujar Ayah Irene.

" Kamu pasti masih menjadi karyawan biasa disana ya " ucap Tante Tika

Aku hanya tersenyum mendengar ucapan-ucapan mereka yang merendahkan diriku.

" Tante benar, aku hanya karyawan biasa disana. Namun aku bangga dengan pencapaianku saat ini dengan usaha ku sendiri " ucapku.

" Kalian tidak tahu ya kalau Arini adalah manager disana. dia juga menjadi tangan kanan direktur Marketing diperusahaan itu " ucap Andrew seolah membanggakan diriku.

Namun tak ada yang berubah dari mereka. tatapan merendahkan tetap mereka layangkan padaku.

" Oh Iya Andrew, Papa sudah memutuskan akan meneruskan perjodohanmu dengan Irene. Kami bahkan sudah merencanakan acara pertunangan kalian " ucap Gunawan.

" Tapi Pah, papa tahu kan kalau Andrew sudah menolak perjodohan ini. Terlebih saat ini Andrew sedang menjalin hubungan dengan Arini " tolak Andrew.

" Kami tidak mau tahu. Dan kami tidak perduli dengan penolakan kamu. Kamu harus menerima perjodohan ini " ucap Tante Sonya sedikit emosi.

" Andrew tetap menolak rencana kalian " tolak Andrew dengan tegas.

" Kenapa kamu menjadi anak keras kepala seperti ini. Ini pasti dipengaruhi oleh perempuan ini kan " tuding Tante Sonya marah padaku.

" Ini tidak ada hubungannya dengna Arini. Bukankah Mama sudah tahu. Kalau sejak dulu aku selalu menolak dijodohkan bahkan jauh sebelum kenal dengan Arini "

" Andrew tetap akan menolaknya "

" Cukup Andrew. Sejak kapan kamu berani membentak mamamu " umpat Om Gunawan marah.

" Ini semua gara-gara kamu, sebaiknya kamu pergi dari rumah ini. Kehadiran kamu disini sama sekali tidak diharapkan " teriak Rita padaku.

" Sebaiknya aku pulang. Terima kasih untuk sambutannya " ucapku sambil berdiri dari kursiku lalu beranjak pergi.

" Tunggu Rin, kita pulang bersama " ucap Andrew sambil menahan lenganku.

" Kamu tetap disini. Biarkan Arini pulang sendiri. " ucap Om Gunawan.

" Tapi Pah— " ucap Andrew mencoba menyela,

Om gunawan mengangkat sebelah tangannya menghentikan ucapan Andrew, membuat Andrew terdiam.

"

" Bisakan kamu pulang sendiri Arini? " tanya Om gunawan padaku?

" Tentu. Kalau begitu saya permisi " ucapku bergegas keluar dari rumah. Aku tidak lagi memperdulikan panggilan Andrew.

Sudah cukup bagiku untuk menerina penghinaan pengusiran dari mereka. mereka tidak berhak memperlakukanku seperti ini hanya karena tidak suka hubungnaku dengan Andrew.

Aku berjalan sepanjang sisi jalan sambil menunggu taxi yang lewat. Namun sialnya hampir setengah jam aku menyusuri jalan ini, tidak ada satupun taxi yang lewat.

Aku merapatkan jaketku untuk menghalau rasa dingin yang menusuk tulangku. Sebuah mobil berjalan lambat disebelahku. Aku mencoba mengabaikan dan berfikir itu adalah pekerjaan orang usil. Namun sepertinya aku salah. Pengemudi itu berhenti tepat disebelahku dan menurunkan kaca jendelanya.

" Arini ? apa yang kamu lakukan berjalan sendirian ditengah malam begini ? " ternyata pengemudi itu adalah Ganendra.

Aku langsung masuk kedalam mobil meskipun pria itu tidak menyuruhku masuk. Aku merasakan kelegaan saat itu adalah Ganendra. Yang artinya aku akan merasa aman bersama nya.

" Ayo jalan. Aku lelah berjalan sepanjang jalan " perintahku tanpa menoleh kearahnya. Aku menoleh kebelakang dan melihat Leo sedang tertidur pulas dikursi belakang.

Meskipun menatapku penuh keheranan Ganendra menjalankan mobilnya sesuai perintahku. Pria itu bahkan tidak bertanya apapun padaku dan membiarkan aku sendirian. Aku tidak perduli kemana Ganendra akan membawaku malam ini. Aku hanya bisa memejamkan mataku lelah. Aku cukup berterima kasih karena Ganendra tidak menanyakan apapun padaku sampai aku bercerita sendiri padanya.

Arini POV End

***


Semburat Lembayung Di Ujung Senja ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang