Andrea POV
Aku sedang sibuk dengan buku sketsa miliku saat Marko, tunanganku mengetuk pintu ruanganku. Aku mendongakkan kepalaku dan tersenyum kearahnya.
" Hai... belum selesai ? " tanya pria tampan yang menjadi tunangku itu dengan lembut. Tanpa disuruh pria langsung duduk disalah satu kursi didepan mejaku.
Aku mengelengkan kepalaku " Tidak, aku sudah selesai. Hanya iseng sembari menunggumu datang " sahutku sembari menutup sketbook dan meletakkannya diatas mejaku.
" Maafkan aku terlambat... " Marko melirik jamnya dan menatapku bersalah " Maafkan aku hampir dua jam terlambat. Aku sangat sibuk dikantor tadi. Aku harus lembur menemani Bosku " ucapnya dengan nada bersalah. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Aku ingat sosok Bos Marko, seorang wanita cantik yang sexy, seorang single parent dengan dua orang anaknya.
" Tak apa eku mengerti. Kita pergi sekarang ? " tanyaku.
" Tentu, " jawab Marko, " Aku bantu membawakan tas mu sayang " sahutnya sambil meraih tas ditanganku. Dia memang tipe pria yang manis. Yang pasti membuat wanita akan meleleh dengan sikap manis dan perhatiannya, namun entah kenapa tidak denganku.
Kami pergi menuju basement dimana mobilnya diparkirkan. Meskipun dia bukan dari keluarga kaya namun dia mampu memenuhi kebutuhannya dengan penghasilannya sendiri, bahkan bisa membeli apartemen dan mobilnya sendiri.
Meskipun sudah sangat terlambat jika disebut sebagai makan malam, aku tetap memenuhi permintaan untuk makan malam bersama. Meskipun pada akhirnya aku harus menyesali keputusanku.
Disana aku bertemu dengan Bos Marko, wanita itu menyapa kami dengan ramah, namun sepertinya ada sesuatu yang aneh dari hubungan mereka. bagaimana bisa seorang Bos begitu sangat perhatian kepada karyawannya. Bahkan dari cara Bu Vera menyentuh bahu Marko ada sesuatu yang janggal.
" Bu Vera memang seramah itu, kepada semua karyawan pun begitu. Aku harap kamu tidak salah paham " ucap Marko, namun terlihat dari ekspresi wajah dan gerak geriknya sudah menjelaskan semua.
Aku hanya menganggukkan kepalaku sambil tersenyum " Jangan khawatir, aku tidak sedangkal itu kok "
Marko mengantarku pulang setelah kami berdua selesai makan malam. Aku hanya berdiam sambil berfikir didalam kamarku. Hubungan kami memang karena perjodohan. Bukan dilandaskan cinta atau ketertarikan. Namun aku sungguh sangat menghormati hubungan ini. Aku menyayangi Marko, biar bagaimana pun kami sudah saling mengenal sejak kecil meskipun jarang bertemu.
Sudah beberapa bulan sejak kejadian pertemuan kami dengan Bu Vera, kini Marko semakin susah untuk dihubungi. Kami semakin jarang bertemu karena kesibukan kami. dia bahkan semakin jarang membalas pesan yan ku kirimkan padanya.
Seperti hari ini, aku menghubungi nomornya namun tidak ada jawaban sama sekali. Bunda menyuruhku untuk mengantarkan masakannya kepada Marko. Akhirnya aku memutuskan untuk mendatangi Apertemen nya.
Aku menyapa seorang satpam yang berdiri dilobi bawah. Aku sudah beberapa kali megunjungi Marko kesini, sehingga membuat mereka mengenali diriku. aku masuk kedalam lift dan menekan tombol lantai dimana unitnya berada.
Ting..
Lift berdenting saat pintunya tiba dilantai yang aku tuju. Aku bergegas keluar dari lift dan bergegas menuju apartemen Marko.
Aku mengurungka niatku saat akan mengetuk pintu apartement. Pintunya tidak tertutup dengan rapat. Aku memetuskan untuk masuk toh ini adalah apartemen tunanganku.
Namun langkahku melambat saat mendengar suara ribut dari dalam apartemen Marko.
" Tidak bisa Marko, kamu harus bertanggung jawab dengan anak ini. Kita melakukannya atas dasar suka sama suka " teriak suara seorang wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semburat Lembayung Di Ujung Senja ( End )
RandomPerceraiannya dengan mantan suaminya dua tahun lalu membuat Arini berubah menjadi sosok yang tertutup. Perpisahan mereka membuat wanita itu jatuh terpuruk, terlebih dengan penghianatan suami serta sahabatnya. Membuatnya susah untuk percaya lagi terh...