Arini kembali kedalam ruangannya dan menyandarkan pugungnya dikursi kebesarannya sambil memijat pelipisnya. Wanita itu mencoba menghalau sakit kepala yang tiba-tiba saja menyerangnya.
Arini menarik laci mejanya dan meraih sebotol obat sakit kepala dan meminumnya sebutir. Arini kembali menyamdarkan pugungnya dan memejamkan matanya.
Arini merutuki kebodohanya karena tidak mencari informasi lebih jauh tentang perusahaan dimana dirinya berkerja selama ini. Kenapa dia dia pernah memikirkan kemungkinan kalau GR Corp adalah kepanjangan dari Ganendra Rajasa, mantan suaminya.
Pertemuan ini benar-benar tak pernah diduga oleh Arini sama sekali.
" Bagaimana bisa aku sebodoh itu " gumam Arini sambil memukul kepalanya pelan.
Arini membuka matanya perlahan, bayangan-bayangan penghianatan Ganendra dan Sinta kembali dipikirannya. Arini meremas dadanya kuat, ternyata rasa sakit akibat penghianatan mereka masih terasa menyakitkan.
Arini melirik jam tangan yang melingkar dipergelangannya. Sudah waktunya untuk pulang kantor. Arini membereskan mejanya dan meraih tasnya dan bergegas pulang. Arini tidak ingin Leo terlalu lama menunggu kepulangannya.
Arini berjalan keluar ruangannya dan melihat beberapa orang masih bekerja dikubiklenya.
" Wika, saya pulang dulu ya, kalau kalian sudah selesai bekerja sebaiknya cepat pulang dan beristrirahat " ucap Arini kepada Wika.
Wika mengacungkan jari jempolnya " Oke bu, sebentar lagi Aku sama Mbak Devika menyusul "
Arini mengangguk, setelah berpamitan kepada yang lainnya Arini bergegas menuju mobilnya diparkiran.
Arini duduk dibalik kemudinya dengan dengan melajukan kendarannya dengan perlahan. Jam pulang kantor seperti ini adalah jam-jam macetnya jalanan.
Sampai dirumah Arini bergegas mandi dan berganti pakaian. Setelah itu dia mendatangi kamar Leo.
" Hai Anak Bunda " sapa Arini kepada Leo yang tengah bermain bersama Sari.
" Sudah pulang Bu, kok Sari gak tahu kapan Ibu masuk " tanya sari.
" Aku bawa kunci sendiri dan begitu pulang langsung kekamar dan mandi, wajar kalau kamu tidak tahu "
" Lain kali ketuk pintu dulu dong Bu, kalau Sari gak tahu tiba-tiba ada yang masuk kan serem Bu "
" Iya, lain kali kalau ada kamu aku ketuk pintu saja " ucap Arini " Kamu mau pulang sekarang Sari ? " lanjut Arini
" Iya Bu, mumpung belum terlalu malam "
" Baiklah hati-hati "
" Iya Bu "
" Sayang Mbak Sari mau pamit nih, salim dulu nak "
" Hati-hati dijalan ya Mbak " ucap Leo sambil mencium tangan Sari. Arini selalu membiasakan Leo unutk mencium tangan siapapun yang lebih dewasa darinya saat bertemu ataupun berpamitan.
Leo melambaikan tangan kepada Sari didepan pintu. anak itu menutup pintu dan menguncinya setelah Sari menghilang dari pandangannya.
" Malam ini kita makan apa Bun ? " tanya Leo sambil menghampiri Arini didapur.
" Bunda masak sayur Sop bakso kesukaan kamu "
" Yeeeyyy.... asik. Leo suka. Masakan Bunda kan enak banget " ucap Leo sambil berlonjak kegirangan sambil tertawa lebar
Arini ikut tertawa melihat Leo kegirangan " Sekarang Abang, duduk dikursi itu dengan tenang, bunda lanjutkan lagi memasaknya. Sebentar lagi masak kok " perintah Arini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semburat Lembayung Di Ujung Senja ( End )
RandomPerceraiannya dengan mantan suaminya dua tahun lalu membuat Arini berubah menjadi sosok yang tertutup. Perpisahan mereka membuat wanita itu jatuh terpuruk, terlebih dengan penghianatan suami serta sahabatnya. Membuatnya susah untuk percaya lagi terh...