Bab 47 . Dua Sahabat

3.7K 174 6
                                    

" Rin, jadi gak mau nyobain cafe bari dibawah ? " tanya Devika yang tiba-tiba nongol didepan pintu ruangan Arini.

Arini mendongakkan kepala lalu mengangguk " Jadi lah, siapa saja yang ikutan ? " tanya Arini

" Tika, Wika, sama Sholeh saja. Kalau Aji sama Tio gak bisa ikut. Dia ada tugas luar " terang Devika.

" Nanti aku nyusul ya, aku masih tanggung nih " ucap Arini sambil menunjuk dokument diatas mejanya.

" Oke, tapi jangan terlalu lama ya. aku pesankan dulu saja pesananmu sekalian. "

" Oke, nanti aku kirim pesan padamu " ucap Arini. Devika hanya mengangguk kemudian kembali menghampiri Tika, Sholeh dan Wika yang sudah menunggu.

Arini kembali melanjutkan pekerjaannya memeriksa laporan bulanan anak buahnya.

" Bagus, penjualan bulan lalu meningkat daripada bulan sebelumnya. " ucap Arini. Arini merasa puas dengan kinerja anak buahnya saat ini. Hasil penjualan mereka mengalami kenaikan yang signifikan sejak beberapa bulan lalu. Semua ini tidak lepas dari Ganendra yang terus mendorong mereka saat menjabat sebagai CEO sementara.

Arini melirik jam dipergelangan tangannya, dan buru-buru merapikan mejanya dan bergegas menyusul para sahabatnya di cafe bawah.

Arini menaiki lift lalu menekan tombol lantai yang ditujunya. Arini menunggu dengan Santai sampai pintu lift terbuka.

" Siang Pak " sapa Arini saat melihat Rudy dan Candra masuk kedalam lift.

" Mau makan siang ya " tanya Rudy

" Iya Pak, bapak juga ? " tanya Arini

" Iya, kata Candra dibawa ada cafe baru kami ingin mencoba makan disana " ucap Rudy.

" Kamu ikut saja Rin " ajak Candra

" Terima kasih Pak, kebetulan saya memang mau makan disana bersama Devika, Tika, Wika dan sholeh Pak " ucap Arini seramah mungkin.

Rudy dan Candra hanya mengangguk-anggukkan kepalanya " Kalian tampaknya sangat dekat ya " tanya Rudy.

" Arini sedari dullu selalu dekat dengan bawahannya Rud " sahut Candra.

" Wah... pertahan itu. Tapi tetap jaga profesionalisme kerja kalian. Jangan sampai melewati batas " pesan Rudy.

" Tentu Pak, terima kasih untuk wejangannya " ucap Arini.

" Oh iya, Saya dengar Ganendra bikin ulah lagi ya " tanya Rudy sambil tertawa kecil.

" Hehehe... dia memang seperti itu orangnya Pak " Arini tertawa mengingat kelakuan konyol pria itu.

" Bilang sama Dia, kamu saja yang ditarik kepusat jangan saya yang dipindah kekantor pusat. Repot pisah jauh dari keluarga rin " kelakar Rudy.

Arini hanya tertawa menanggapi. Minggu lalu Ganendra mengungkapkan rencana untuk p[indah kekantor cabang sebagai ganti Rudy yang dipindahkan. Tentu saja Arini menolak ide tersebut. Megingat semua keluarga Pak Rudy berada dikota ini.

" Akan saya sampaikan Pak " ucap Arini.

Pintu lift terbuka dilantai satu, dimana cafe yang mereka tuju berada. Mereka bertiga berpisah menuju meja masing-masing.

" Loh kok bisa bareng Bapak dan BigBos? " tanya Tika

" Iya, gak snegaja ketemu dilift. " jawab Arini.

" Tuh, makanan kamu sudah siap " ucap Devika.

Arini duduk disalah satu kursi disebelah Sholeh dan mulali menyantap makanannya.

Semburat Lembayung Di Ujung Senja ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang