Sudah 2 jam setelah Chaeng dipindahkan keruang inap dan Jisoo bersama yang lain setia menemani Chaeng yang masih belum membuka matanya itu.
"Kak, Lisa bilang Aerin nangis. Dia butuh asi" ujar Jennie setelah membaca pesan yang dikirim oleh sahabatnya.
"Tapi Kakak masih ingin disini Jen" lirih Jisoo yang menggenggam tangan Chaeng.
"Kamu pulang saja, biar aku yang menjaga Chaeng" timpal Jero.
"Eoh, Nuna bisa pulang bareng Jennie. Biar aku sama Jero Hyung yang menjaga Chaeng" lanjut Sean.
Jisoo menghela nafasnya dengan kasar "Arreosso" dia bangkit dan mengecup pipi Chaeng "Mommy pulang sebentar ya. Nanti Mommy kembali. Mommy harap kamu akan membuka mata kamu pas Mommy datang. Mommy sayang sama kamu Chaeng" bisik Jisoo
Kali ini bergantian dengan Jennie yang mengecup pipi Chaeng "Tante akan menemani Mommy pulang. Chaeng harus bertahan ya. Ayo bangun. Tante kesepian. Tidak ada lagi bocah yang bisa Tante jahilin. Tante sayang kamu Chaeng" bisik Jennie.
Setelah itu, dia menyusul Jisoo yang sudah berganjak keluar dari ruang inap Chaeng.
Sean melirik jam dipergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 2 petang itu. Dia menepuk pundak Jero "Aku ke kantin rumah sakit dulu ya"
Jero hanya mengangguk membiarkan Sean pergi. Dia bangkit dan berganjak duduk dibangku disamping Chaeng. Digenggamnya tangan mungil Chaeng dengan perasaan iba. Melihat perban dikepala serta masker oksigen yang terpasang dihidung Chaeng membuatkan dirinya merasa tidak tega. Anaknya itu pasti merasakan kesakitan.
"Princess Papa. Ayo bangun. Papa yakin Princess Papa ini kuat. Bertahan ya demi Papa" bisiknya menatap Chaeng dengan sendu.
*
Baru saja tiba dimansion, Jisoo dan Jennie sudah bisa mendengar tangisan Aerin yang lagi ditenangkan oleh ke5 sahabat Jennie.
"Aerin, Mommy pulang" Jisoo mengambil Aerin dari gendongan Jihyo.
"Maaf ya Kak. Kita sudah berusaha menenangkan Aerin tapi dia masih saja nangis" ujar Jihyo merasa bersalah begitu juga dengan yang lain.
"Tidak apa apa. Sekarang memang jam Aerin meminum asi" sahut Jisoo berganjak duduk disofa dan menyusui anaknya itu. Tidak lupa juga dia menutup dadanya menggunakan selimut bayi.
"Kalian semua sudah makan?" Tanya Jennie.
"Belum si" sahut Nayeon.
"Pesan saja apa pun yang kalian inginkan. Biar Kakak yang membayarnya" ujar Jisoo.
"Tidak merepotkan?" Tanya Lisa sungkang.
"Yang ada malah Kakak yang merepotkan kalian" sahut Jisoo "Pesan saja apa yang kalian inginkan" lanjutnya.
"Baiklah Kak" sahut Yeri dan bergegas memesan makanan untuk dirinya bersama yang lain.
"Gimana sama kondisi Chaeng?" Tanya Joy.
"Dia koma. Sistem sarafnya sedikit terganggu si" lirih Jennie.
Jihyo mengusap punggung Jennie "Lo jangan sedih. Lo pernah bilang bukan kalau ponakan lo itu orang yang kuat? Jadi lo harus percaya sama dia"
Jennie hanya mengangguk sedih. Hidupnya seakan terasa sepi tanpa gangguan dari bocah yang paling dia sayangi itu.
*
"Maaf ya karena merepotkan Mama sama Papa" ujar Jisoo.
"Ini tidak merepotkan Ji. Aerin juga cucu Mama sama Papa" sahut Clara.
"Kamu tidak perlu khawatir soal Aerin. Biar Papa sama Mama saja yang mengurusnya. Kamu fokus saja sama Chaeng" ujar Hyunji.
"Baiklah Pa. Ini tas Aerin. Asi nya juga sudah ada disini" Jisoo menyerahkan tas perlengkapan Aerin kepada mertuanya itu "Kalau begitu, aku duluan ya" pamitnya.
Dia beralih mengecup pipi Aerin yang berada di gendongan Clara "Mommy harus menjaga Kakak Aerin. Aerin jangan nakal nakal ya" ujarnya.
Setelah itu, dia berganjak memasuki mobil "Sudah selesai?" Tanya Jennie.
"Iya. Kerumah sakit sekarang" sahut Jisoo.
Jennie mengangguk singkat dan langsung menjalankan mobilnya menuju kerumah sakit.
"Kasian ya sama Jisoo" ujar Clara "Suaminya baru saja meninggal dan sekarang anaknya malah koma" lanjutnya sedih.
"Kita doakan saja yang terbaik untuk Chaeng. Selama ini juga Chaeng lah yang menjadi semangat untuk Jisoo" sahut Hyunji "Ayo kita masuk" lanjutnya membawa istri dan cucunya kembali memasuki rumahnya.
*
Setelah selesai menikmati makan siangnya yang dibeli oleh Sean, Jero kembali menghampiri Chaeng. Satu detik saja dia tidak sanggup untuk meninggalkan anaknya itu. Jika bisa, biarkan saja dia yang menggantikan posisi anaknya.
"Eoh kalian" seru Sean ketika Jennie dan Jisoo memasuki ruangan itu.
"Kalian sudah makan siang?" Tanya Jennie menghampiri sang suami.
"Sudah Wifey. Kamu sama Jisoo Nuna sudah makan?" Tanya Sean.
"Sudah. Tadi dipesan makan sama teman aku yang lain" sahut Jennie bersandar didada sang suami.
Sean langsung mengelus kepala Jennie. Dia tahu kalau istrinya itu masih merasa sedih.
"Kamu tidak kembali bekerja?" Tanya Jisoo yang tertuju kepada Jero.
Cowok itu menggeleng "Aku sudah dikeluarkan dari perusahan"
"Mwo? Kenapa bisa?" Kaget Jisoo.
"Tadi aku kesini pas jam kerja. Awalnya atasan aku tidak membiarkan aku pergi jadi aku memutuskan untuk mengundurkan diri" jelas Jero.
"Aku merasa bersalah" lirih Jisoo.
"Tidak Ji, ini bukan salah kamu. Lagian aku tidak peduli soal pekerjaan aku itu. Chaeng lebih penting dari pekerjaan aku" ujar Jero.
"Tetap saja aku merasa bersalah sama kamu" ujar Jisoo "Kamu bisa datang ke perusahan aku. Kamu bisa bekerja disana"
"Terima kasih untuk tawarannya tapi untuk sekarang aku memutuskan untuk fokus menjaga Chaeng duluan" sahut Jero membuatkan Jisoo mengangguk faham.
"Hubby, aku ngantuk" rengek Jennie.
"Tidur saja Wifey" sahut Sean.
Jennie membaringkan dirinya diatas sofa dan menjadikan paha Sean sebagai bantalan. Dia menenggelamkan mukanya diperut Sean dan Sean langsung mengelus kepalanya untuk memberikan kenyamanan.
Tidak butuh waktu yang lama, dengkuran halusnya mula kedengaran. Sepertinya dia memang benar benar capek.
Masih ingat chapter 21?
Beli album dapat photocard yang rusak terus sekarang sudah diganti yang baru sama sellernya🥺
Mana langsung diganti 2😭 sayang banget sama sellernya🙏🥰
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy Chu✅
FanfictionKisah Jisoo yang mengadopsi balita yang berusia 3 tahun di sebuah panti asuhan. Chaesoo📌 Family📌 Fanfiction📌