Dikarenakan akan syuting iklan untuk Noble, Win perlu tinggal lebih lama di Los Angeles.
Mumpung ada kesempatan, dia punya sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan...
Dia ingin mengunjungi seseorang.
Win melakukan perjalan ke St. Bernard City, yang berdekatan dengan Los Angeles.
Tidak ada yang akan mengenalinya di tempat seperti itu jadi dia tidak repot-repot untuk menyamar ataupun memakai makeup. Dia hanya mengenakan sesuatu yang simple kaos putih dan jeans.
St. Bernard City dinobatkan sebagai kota yang paling berbahaya selama lima tahun berturut-turut sekarang, dimana grup yang berpendapatan kecil berkumpul dan kota itu menjadi jalur utama penyelundupan; itu dianggap sebagai area paling kejam di seluruh negeri.
Win harus membayar dua kali lipat dari tarif biasa sebelum pengemudi mau pergi ke sana. Nyatanya, dia hanya mengantar Win sampai ke perbatasan kedua kota dan tidak berani melanjutkan. Dia menunggu Win untuk turun dari mobil, lalu secepat kilat berbalik arah dan melaju kencang.
Reruntuhan yang terbengkalai menjamur di kota, di mana sebgaian besar tempat pembuangan sampah yang terbengkalai. Di lorong-lorong remang-remang, transaksi pasar gelap adalah pemandangan biasa...
Namun, industri hiburan di sana sedang booming. meski sudah larut malam, masih sangat meriah, dan dimana-mana terlihat pemandangan dan suara minuman keras, permainan dan judi.
Pejalan kaki di trotoar sebagian besar adalah pria berotot dengan tato yang tampak menyeramkan, dan mereka memandang dengan kejam pada siapa pun yang berjalan melewati mereka. Para wanita, di sisi lain, mengenakan sesedikit mungkin untuk menampilkan lekuk-lekuk tubuh mereka yang lentur dan sexy, dengan makeup tebal.
Ketika Win berjalan masuk ke St. Bernard pada tengah malam dengan berpakaian layaknya seorang schoolboy, dia praktis seperti a little white bunny berjalan di antara sekumpulan serigala haus darah.
Di seberang jalan, sepasang mata yang awas mengawasi orang asing yang masuk ke teritori mereka.
Di mulut Win ada sebuah permen lollipop dan ada earphones di telinganya. Dia berjalan melalui gang-gang dengan acuh tak acuh seolah-olah dia sedang berjalan di trotoar yang normal dan aman.
Karena betapa carefreenya Win terlihat, dan dia seperti orang yang akrab dengan lingkungan sekitar. Mata yang mengawasinya hanya mengevaluasinya dan tidak ada yang benar-benar mendatanginya untuk mencari-cari kesalahannya.
Lagipula, jika dia berani muncul larut malam seperti ini di St. Bernard, bahkan jika dia hanya seorang anak-anak, dia pasti bukan orang normal. Dia mungkin memiliki banyak kekuatan di belakangnya, dan konflik terkecil akan mematikan bagi siapa pun yang melawannya.
Win berjalan melewati labirin perkampungan kumuh yang rumit, lalu pandangannya ke daerah sekitarnya mulai meluas. Dia tidak terlalu jauh dari pusat kota, dan semakin dekat dia mendekati wilayah pusat, semakin modern.
Di situlah toko St. Bernard yang paling dihormati tinggal.
Dengan hanya selisih satu tahun sejak terakhir kali dia pergi ke sana, perubahannya tidak terlalu signifikan. Berdasarkan ingatannya, Win segera mencapai sebuah gedung yang berdiri terpisah dari yang lain.
Bangunan ini dikelilingi oleh hutan lebat, terlihat gelap, seperti istana penyihir di dunia dongeng.
Bangunan itu gelap tanpa lampu dinyalakan. Mungkinkah mereka sedang tidur? Atau pemiliknya tidak ada di rumah?
Win mendorong gerbang halaman terbuka untuk mencapai pintu gedung dan dia membunyikan bel pintu. Dering di malam yang sunyi sangat tiba-tiba.
Win menunggu beberapa saat tetapi tidak ada jawaban sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY-2
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...