Di sebuah ruang inap VVIP di rumah sakit pribadi milik Walton Group.
Pada saat itu, para tamu dan kerabat yang datang berkunjung telah pergi. Little Rio pun sudah diantar pulang oleh kepala pelayan. Tiba-tiba, hanya ada Sunny yang terbaring di ranjang, Minnie duduk di samping ranjang, begitu juga dengan Bright dan Ren yang berdiri di dalam kamar itu.
There was a never-felt-before heaviness in the atmosphere.
Sudah beberapa saat sebelum Ren akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak memecah kesunyian. Suaranya sedikit bergetar ketika berkata, "Menurut orang itu, dia lebih tua dariku dan lebih muda dari kakakku..."
Apa maksudnya ini?
Itu artinya bahwa Sunny berselingkuh dari Minnie selama pernikahan mereka!
Minnie memejamkan matanya dan dengan tenang memberi perintah, "Ren Damian, cukup..."
Wajah Ren dipenuhi kesedihan dan juga kemarahan. Dia tidak peduli ibunya mencoba menghentikannya. Ren emngepalkan tinjunya dan melanjutkan, "Kau jelas-jelas selingkuh dari Mom, kau sendiri secara pribadi yang menulis "Istriku" pada memorial tablet wanita itu! Dad! Kau anggap apa Mommyku?"
Meskipun sifat Sunny keras kepala dan sedikit konservatif, tidak peduli apakah itu keluarganya atau pun perusahaan, dia adalah orang yang menjunjung tinggi tanggung jawab.
Dengan keluarga seperti mereka, ada banyak dari mereka yang berkuasa dan memiliki anak-anak lain di luar nikah. Namun, selama bertahun-tahun, selain dari ibu mereka, Sunny tidak pernah memiliki wanita lain. Hanya ada dia dan kakaknya Bright, dua anak laki-lakinya.
Biasanya, meskipun Ren selalu mengejek ayahnya, dia selalu memuja ayahnya dalam hatinya.
Sayangnya, hari ini seolah-olah sistem kepercayaannya selama ini tiba-tiba runtuh...
Dia tidak bisa menerimanya apapun yang terjadi.
Ren diliputi berbagai emosi. Dia hendak melanjutkan berbicara ketika sebuah telapak tangan yang lebar mendarat dengan lembut di bahunya, lalu telapak tangan itu mulai mengusap kepalanya untuk menenangkannya.
Ren menatap kakaknya di sampingnya. Apapun yang terjadi, selalu ada kakaknya yang melindunginya. Kakaknya bisa tetap tenang bahkan pada saat seperti ini. Tiba-tiba saja Ren merasakan matanya berair.
Di ranjangnya, Sunny memasang ekspresi menyesal. Karena dia terlalu lemah, dia berbicara dengan sedikit terbata. "Ini...ini salahku... tapi...sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan tentang hal ini....Ren... Bright...kalian berdua... cepatlah bersiap...Dalam dua jam...adakan rapat manajemen tingkat tinggi dengans emua orang...Aku...aku yang akan memimpinnya sendiri..."
"Sunny, kondisimu sudah seperti ini. Bagaimana bisa kau memimpin rapat?! Tidak akan terlambat untuk menunggu kondisimu membaik atau mungkin kau bisa membiarkan Bright dan Ren..." Bahkan ketika Minnie menderita, dia tidak bisa bersikap acuh tak acuh melihat kondisi Sunny yang seperti ini.
"No!" Entah kenapa, emosi Sunny tiba-tiba bergejolak. "Aku ingin melakukannya sendiri! Aku ingin sendiri.... Orang itu..."
Tidak yakin apa yang dipikirkan Sunny, tapi ada kegelisahan di matanya saat dia memberi instruksi dengan dingin, "Apapun yang kukatakan, lakukan saja!"
Ren menatap reaksi Sunny yang tidak biasa dan keningnya berkerut. "Dad, kenapa kau kelihatan seperti mewaspadai orang itu? Siapa sebenarnya dia? No, wait... Mungkin aku harus bertanya... Siapa sebenarnya ibunya?"
"Bukan ini yang seharusnya kamu tanyakan! Get out!" Sunny langsung mengubah topik.
"Apa maksudmu itu bukan sesuatu yang harus aku tanyakan? Dad seharusnya memberi kami..."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY-2
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...