Di rumah sakit, Gun menatap dengan penasaran pada lelaki muda pucat yang terbaring di ranjangnya.
Dia terlihat sangat lemah tapi Gun bisa melihat wajahnya yang menarik.
Melihat bagaimana gugupnya Win, dan juga memaksa dirinya menghadapi rasa takutnya terhadap hantu dengan mendatanginya, Gun kemudian bertanya, "Ta, ini siapamu? Sepupu atau teman?"
"Dia kakak sepupuku, Abbyzar Plowden," jawab Win.
"Oh...sepupumu!" Gun tampak lebih bersemangat. "Apa yang terjadi padanya? Dia terlihat seperti banyak kehilangan darah...."
"Dia melakukan aborsi di klinik ilegal. Kecelakaan terjadi dan menyebabkan dia pendarahan. Untungnya bisa diselamatkan tepat waktu dan dia hampir kehilangan rahimnya. Semua dokter mengatakan bahwa dia mungkin tidak akan pernah bisa mengandung lagi." Win terdengar serius.
Gun mengangguk. "Kalau begitu... Ijinkan aku untuk memeriksanya."
"Okay!" Win dengan cepat mengambilkan kursi untuk Gun.
Gun duduk di samping ranjang Abby. Dia dengan lembut meraih pergelangan tangan Abby dan mulai memeriksanya.
Win berdiri diam, tidak berani untuk mengganggunya.
Waktu berlalu. Ekspresi Gun semakin muram setiap detiknya dan jantung Win berdetak kencang.
Mungkinkah Gun juga tidak bisa membantu kakak sepupunya?
Sekitar lima menit kemudian, Gun berhenti dan mengembalikan tangan Abby ke dalam selimut.
"Gunnie, bagaimana Phi'By?" tanta Win.
Gun menghela nafas berat, "Apa rahimnya lemah?"
"Ya."
Gun kemudian berkata, "Meskipun dia memiliki rahim lemah sebelumnya, itu tidak terlalu serius. Beberapa suplemen bisa membantunya dengan itu. Tapi sekarang, selain memiliki rahim lemah, aborsinya merusak tubuhnya. Dia kehilangan banyak darah, dan energi dalam dirinya juga terkuras..."
"Apa ada cara untuk membantunya? Apa benar dia tidak akan pernah bisa hamil lagi?" Win sangat cemas.
Gun memilih kata-katanya dengan hati-hati sebelum berkata, "Peluang untuknya bisa hamil sangat rendah, tapi bukan tidak mungkin. Masalahnya adalah dengan kondisinya sekarang, dia tidak akan bisa mempertahankan bayinya jika dia bisa hamil lagi."
Gun kemudian mengulangi pemeriksaannya dan berkata, "Tapi, Ta, jangan khawatir. Untungnya, kau meminta Bos untuk memberimu waktu sebulan. Selama waktu itu akan membantu merawat sepupumu. Aku juga akan menggunakan akupunktur untuk membantu membersihkan racun dalam tubuhnya.
"Selama dia mengikuti apa yang kukatakan, mengkomsumsi obatnya tepat waktu dan beristirahat dengan benar, paling lama tida sampai lima tahun. Kalau dia beruntung, dia mungkin bisa pulih dalam satu sampai dua tahun. Kemudian, itu dia bisa hamil lagi dengan sukses."
Win yang sedari tegang merasa lega. "Itu bagus... Selama masih ada harapan! Gunnie, thank you!"
"Tidak perlu berterima kasih padaku, Ta. Sepupumu adalah sepupuku juga! Oh ya..." Gun menatap Abby dan dia mengingatkan, "Dalam situasi seperti ini, keadaan psikologis pasien juga sangat penting. Aku tidak yakin apa yang sudah dilewatinya tapi, Ta, kau harus menjaganya, dan selalu membuatnya happy. Jika perlu, carikan psikiater yang profesional untuk mendampinginya!"
"Okay, aku mengerti. Terima kasih sudah mengingatkan! Aku akan menghubungi seseorang nanti. Kebetulan aku mengenalnya!" Win memandang dengan khawatir ke arah Abby.
Kakak sepupunya yang disayanginya. Meskipun mereka hanya berbeda beberapa bulan saja, tapi dia selalu memanggil Abby dengan sebutan Phi'By.
Selagi merenung, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Itu dari asistennya, Merry.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY-2
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...