Malam hari di Peachwood.
Setelah Win terbangun dari tidurnya, dia langsung menyibukkan diri di dapur.
Gun berlari mendatanginya. "Ta, biarkan aku membantumu! Berapa hari yang akan kau habiskan untuk membuat biskuit sebanyak itu?!"
"Tidak masalah, aku sudah selesai." Win melambaikan tangannya.
Ding! Win kemudian membuka pintu oven dan aroma manis yang kuat memenuhi udara.
Win kemudian mengeluarkan baki biskuit dari oven dengan menggunakan sarung tangan anti panasnya.
Gun baru akan berkomentar bahwa mana mungkin Win bisa selesai secepat itu, tapi ketika dia melihat biskuit-biskuit itu dengan lebih dekat, seketika Gun terdiam.
"Berhasil!" Win kemudian memasukkan biskuit tersebut ke dalam box yang sudah disiapkannya lalu bertepuk tangan.
Win membuat delapan buah biskuit berukuran cukup besar dengan toping diatasnya. Jika disatukan semua biskuit itu maka akan terbaca seperti berikut, ''nine, thousand, nine, hundred, and, ninety, nine, biscuits''.
Sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan biskuit. No problem!
Untuk berurusan dengan maniak seperti Daniel, maka tentu saja Win perlu menggunakan logika yang tidak biasa!
Ingin menyelesaikan ini secepat mungkin, Win kemudian bergegas ke vila Daniel untuk mengantarkan biskuit tersebut. Setelah dia menyerahkannya pada 16, Win tidak tinggal lama di sana. Dia buru-buru pergi meninggalkan vila tersebut.
Sedikit yang Win tahu bahwa tidak lama setelah dia pergi, di luar kediaman vila tua berhantu itu, sebuah mobil hitam berhenti di depan gerbang.
Orang yang duduk di kursi pengemudi dengan cepat turun dan berjalan ke belakang sebelum membukakan pintu untuk seseroang.
Beberapa saat setelahnya, seorang pria kira-kira berusia sekitar 50 tahun dengan rambut beruban mengenakan pakaian tradisional Thai turun dari mobil. Kla dan empat orang pengawal mengekor di belakangnya dengan ekspresi tegang dan sikap penuh hormat.
Pria setengah abad itu baru berjalan ke pintu ketika Tay secar pribadi datang menyambutnya dan emnyapanya. Dia merendahkan tatapannya dan berbicara dengan nada yang paling hormat. "Master!"
"Mmm." pria itu merespon dengan wajah datar, "Di mana Danny?"
"Di dalam rumah."
Pria itu kemudian masuk ke dalam rumah. Semua orang merasa tegang dan tidak ada yang berani mengatakan apap pun.
Di kamar tidur utama di lantai atas, Daniel sedang berbaring di kursi malas di balkon. Di sampingnya ada meja kecil dan di atasnya ada naskah dan juga sekotak biskuit.
Mendengar ada suara di belakangnya, Daniel menoleh untuk melihat siapa yang mendatanginya. Kemudian, dengan nada malas, dia berkata, "Uncle Rom, angin apa yang membawamu kemari?"
Romus tampak kesal. Terlebih dahulu dia mengangkat tangannya untuk menyuruh orang lain pergi, kemudian dia berbicara dengan ekspresi dingin. "Danny, jangan lupa tujuan kepulanganmu ke Thailand! Apakah untuk keluarga Walton atau untuk Meta?!"
Di bawah sinar bulan, ekspresi Daniel terlihat dingin dan acuh. "Jelas itu untuk Meta."
Romus tersedak. "Daniel Kang!"
"Huh, apa?! Aku hanay bercanda. Jangan terlalu tegang!" Daniel tertawa.
Wajah Romus mendadak suram. Dia yang sudah membesarkan Daniel, dan dia adalah orang yang paling memahami Daniel di duni ini. Sayangnya, dia tidak yakin kapan itu dimulai, tapi sebenarnya dia merasa tidak bisa lagi membaca Daniel...
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY-2
FanfictionSebuah plot jahat dari saudara laki-lakinya, memaksa Win harus pergi jauh dari Thailand dan meninggalkan rumahnya. Setelah lima tahun, Win kembali ke Bangkok, kota yang membuat dirinya menyimpan banyak luka. Namun, lima tahun tinggal di luar negeri...