(36) - Dia Sang Bintang

4.5K 387 22
                                    


Halo semuanya, Lya kembali lagi 🖐️

Maaf ya, ngilang lagi. Lya kemaren tiba-tiba sakit setelah mengikuti kegiatan bakti lebaran plus cuaca yang gk jelas sampai tiba-tiba Lya sakit.

Berhubung Lya mulai mendingan, jadinya Lya usaha buat part ini. Maaf kalo ada typo🙏

.
HAPPY READING

Tangis pilu pengiring acara pemakaman Nathan. Kepergian pemuda itu bukan mimpi, itu benar-benar terjadi.

"NATHAN!! BANGUN NAK! BANGUN!!"

Teriakan histeris sang Mama masih belum mereda, dia seolah menolak takdir ini! Kehilangan untuk kedua kalinya berhasil membuatnya jatuh - sejatuhnya.

"KAMU UDAH NGGAK SAYANG MAMA!? BANGUN NATHAN, MAMA MAU PELUK KAMU!"

Mereka bisa merasakan kesakitan yang dialami oleh sang ibu, rasa sakit itu benar-benar menyakitkan.

"Kamu jahat ninggalin Mama. Mama sendirian sekarang. Kamu rela lihat Mama kesepian Nathan!?"

Wanita itu terus saja histeris, dia hanya berharap ada keajaiban sehingga Nathan masih di sini dan memeluknya.

"Maafin Mama, Nathan. Mama janji, Mama nggak bakal paksa Nathan lagi buat belajar. Mama akan selalu masakin semua makanan kesukaan Nathan tiap hari, jadi Nathan balik lagi, ya? Mama nggak mau sendiri," lirihnya.

Ada sang kakak yang memeluknya, memenangkannya agar dia ikhlas.

"Mama takut sendiri. Mama nggak mau sendiri kalo Nathan pergi, Nathan jangan pergi, Mama masih sayang banget sama Nathan."

"Ikhlas Dek, Nathan pasti tenang di sana. Di sana kan udah ada ayahnya."

"Mas jangan bawa Nathan pergi dari aku, aku takut sendiri," gumamnya menyebut almarhum sang suami.

Lama-lama semua orang sudah pergi, menyisakan Anara di sana. Gadis itu tidak pergi dari sana, dia tetap menatap gundukan itu dengan sakit yang masih dia rasakan.

" Nathan jahat," lirih Anara sambil mendekat ke arah kuburan Nathan.

Gadis itu berjongkok di sana, dia mengelus batu nisan yang bertuliskan nama pemuda itu.

"Kenapa harus sekarang? Anara belum jawab pertanyaan Nathan, loh," ujarnya dengan tangis. Gadis itu langsung memeluk nisan  itu dengan erat.

"ANARA UDAH SUKA SAMA NATHAN, KENAPA NATHAN MALAH PERGI!?" teriak Anara.

"Sakit Nathan, dada Anara sakit!" adunya.

"Dunia jahat banget, ya sama Nathan?"

Anara, gadis itu tetap memeluk nisan Nathan. Tangisnya tidak terbendung lagi, dia benar-benar kehilangan sosok yang baru saja membuatnya jatuh-sejatuhnya. Tapi apa? Malah pemuda itu pergi untuk selamanya.

"Nathan, terima kasih atas semuanya. Terima kasih atas kehadirannya walaupun sebentar. Terima kasih sudah membuat Anara benar-benar jatuh, terima kasih dan maaf."

Ana Or AnaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang