(38) - Jangan Pergi

5.4K 317 8
                                    

HALO! LYA BACK LAGI MWEHEHEHE

KENAPA PADA MALES KOMEN? KIT HEART LYA HIKS

JANGAN LUPA KESAN SAMA CERITA INI APA

HAPPY READING PARA READERS CANTIK LYA

"Arthan jangan pergi, ya? Anara nggak mau sendiri lagi," lirih Anara sambil menahan ujung hodie milik pemuda itu.

Arthan yang mendengar itu menutup matanya sebentar lalu terbuka dan menatap Anara dengan senyuman tipis yang ia berikan kepada Anara, agar dia tahu bahwa Arthan baik-baik saja.

"Emang gua mau kemana?"

Anara terdiam, dia hanya menatap sendu Arthan yang juga menatapnya.

Pemuda itu menghela napas panjang, "Anara, kenapa lo takut gua pergi?"

"Karena Anara nggak pengen Arthan pergi," jawabnya cepat tanpa ragu.

"Lo sayang gua?" anggukan kepala yang Arthan dapatkan saat melontarkan pertanyaan ke Anara.

"Sayang dalam bentuk apa?"

"K-kakak," cicit Anara yang sayangnya dapat di dengar oleh Arthan.

Perkataan gadis itu tanpa sadar menyiptakan denyutan sakit di dadanya. Entah kenapa jawaban Anara membuatnya merasakan sakit.

"Cuman itu?"

Anara menganggukkan kepalanya lalu menundukkan kepalanya, entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu. Arthan hanya bisa menghela napas, dia tersenyum kecut.

Kini dia tahu jawaban tentang posisinya di hidup Anara, ternyata dia memang sudah kalah jauh dari Nathan.

"Nathan?"

Anara mendongak setelah mendengar kata Nathan disebut oleh Arthan, wajahnya menunjukkan rasa penasaran.

"Nathan lo anggap apa?"

"Bintangnya Anara," jawabnya lirih dengan mata yang berkaca-kaca. Tampaknya Anara masih belum bisa merelakan Nathan pergi.

Seistimewa itu kah Nathan? Arthan hanya bisa terdiam setelah mendengar itu, rasanya dia ingin menertawakan dirinya.

Nathan, pemuda tegas namun lembut itu seolah-olah seseorang yang sempurna.

Pemuda itu memilih menatap keadaan taman belakang di sekolahnya, rasanya dia tidak mampu menatap gadis di sampingnya.

"Anara sayang Nathan," ujarnya dengan suara bergetar.

Anara masih belum merelakan kepergian Nathan, pemuda itu sosok yang dibutuhkan Anara.

Tak lama, tubuhnya ditarik dan merasakan tengah dipeluk oleh Arthan dengan erat. Saat itu juga tangis Anara pecah, gadis itu histeris.

Arthan hanya terdiam, tangannya bergerak mengelus punggung gadis itu. Arthan tahu dia bodoh, dia kalah tapi memilih untuk tetap berjuang meskipun itu sedikit mustahil.

"Arthan jangan pergi, jangan tinggalin Anara. Anara nggak mau ditinggal lagi, sakit," lirihnya sambil memegang dadanya yang terasa sesak dan nyeri.

Arthan hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkomentar lagi.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Hari-hari berlalu dengan cepat, tak terasa sekarang Anara akan menghadapi ujian semester. Sekarang Anara akan kembali ke tekadnya, yakni membuat semua siswa siswi percaya jika Anara yang bodoh itu sudah tidak ada.

Ana Or AnaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang