(20)- Rina

16.1K 1.6K 60
                                    

HAPPY READING GUYS ❤️

LYA MINTA MAAF KALO BEBERAPA HARI INI, LYA KAYAK NGILANG GITU, DAN LYA BENAR² MINTA MAAF.

LYA JUGA NGGAK SEMPAT²NYA BALAS KOMEN KALIAN GUYS, MAAF BANGET. KARENA BEBERAPA HARI KEMARWN ITU LYA MULAI SIBUK GITU, APALAGI LYA IKUT EKSUL JUGA.

Hari ini adalah hari di mana satu sekolah terkejut dengan sebuah berita yang benar-benar besar.

Seorang siswi ditemukan tewas bunuh diri(?)

Siswi tersebut ditemukan dalam keadaan gantung diri di taman belakang sekolah.

Kematian siswi bernama Derina, atau dikenal Rina, ditemukan tidak bernyawa di taman belakang sekolah.

Mendengar hal itu, semua warga sekolah terkejut. Bahkan Anara tak kalah terkejut mendengar kabar itu. Ini seperti prank!

"Menurut gua dia pantes," celetuk siswi di depan Anara.

Semua siswi hanya bisa melihat mayat Rina yang sedang autopsi dengan garis polisi sebagai penghalang.

"Lo bener, namanya juga karma."

Misela yang mendengar nya mengepalkan kedua tangannya. Matanya memerah karena tidak terima Rina pergi.

"Maksud lo apa, bangsat!?" bentak Misela.

Siswi yang tadi mencibir tersenyum angkuh kepada Misela. Dengan sombong nya kedua tangannya sudah bersedekap dada.

"Apa? Lo alergi fakta?" sinis nya.

"Jaga omongan lo!! Kalo lo nggak tau apa-apa, jangan sok tau!" bentak Misela.

"Dih si paling merasa tersakiti."

Anara terdiam, dia antara percaya dan tidak percaya dengan semua yang terjadi. Bagaimana bisa Rina bunuh diri? Atau memang dia dibunuh?

Anara langsung menggelengkan kepalanya untuk mengenyangkan semua pemikiran gila itu.

Misela pergi dari sana dengan perasaan campur aduk. Ini benar-benar mimpi! Dia rasa ini adalah mimpi, atau mungkin saja Rina melakukan prank!? Yah, siapa tahu Rina melakukan prank kepadanya.

"Lo pasti prank gua, kan? Gua tau, lo pasti lagi di rumah," monolognya.

Misela ragu dengan monolog nya, tapi di satu sisi dia yakin, jika Rina berada di kamar nya.

"MINGGIR!"

Di lain sisi, Anara tersentak kaget.

Tersadar dari lamunan nya. Di sana dia bisa melihat wanita paruh baya yang terus saja mencoba menerobos garis polisi.

"Ibu harap tenang."

Wanita yang berpakaian kacau dengan jejak air mata itu menatap tajam polisi itu.

"ANDA BILANG TENANG!? DI SANA PUTRI SAYA!! DAN ANDA MASIH BILANG TENANG!?" Teriak nya histeris.

"Rina," lirih nya.

Ana Or AnaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang