Menerima atau tidak?

4.1K 56 1
                                    

"Nak, kamu habis lulus mau kemana?" ucap seorang ibu yang sedang mengelus kepala putrinya dipangkuannya.

"Aku mau kerja aja, Bu. Biar bisa bantu ibu sama bapak kerja."

"Kamu gak mau kuliah, Nak? Insyaallah Ibu sama bapak sanggup biayain," ucap Bu Rumini lalu Sylla mengubah posisi nya menjadi duduk.

"Sylla gak jadi kuliah, Sylla mau kerja aja. Kalau ada rezeki Sylla bakalan kuliah dengan uang Sylla sendiri. Jadi ibu sama bapak gak perlu mikirin biaya kuliah Sylla, Kalau sekarang ini Sylla gak bisa kuliah, mungkin tahun depan atau dua tahun lagi mungkin Sylla bisa kuliah," jelas Sylla hingga membuat hati Rumini terenyuh untuk memeluk putrinya. Sylla mengatakan itu karena Sylla paham ekonomi keluarganya sekarang ini kurang memungkinkan untuk dirinya melanjutkan pendidikannya. Kedua orang tuanya sama sama bekerja untuk biaya sekolah adiknya maupun untuk makan sehari hari. Ia memiliki seorang adik laki laki yang kini menginjak dibangku SMP.

Ayah Sylla bekerja sebagai supir dari keluarga wijaya, dan ibu nya bekerja sebagai tukang cuci ditetangganya. Oleh karena itu Sylla memutuskan untuk bekerja membantu mereka. "Maafin ibu ya, Nak. Ibu sama bapak tidak seperti orang tua diluaran sana yang bisa memberikan pendidikan anaknya yang tinggi," ujar Rumini dengan isak tangisnya.

"Ibu ngomong apa sih. Sylla gak suka kalau ibu ngomong gitu, udah ibu jangan nangis nanti bapak tau." Sylla mengusap air mata di pipi ibu nya dengan penuh kasih sayang. Ia tidak tega melihat wanita yang ia sayangi menumpahkan air mata didepannya.

"Bapak belum pulang ya, Bu?" tanya Sylla.

"Iya, Nak. Tapi harus nya jam sekarang ini bapak sudah ada dirumah, ibu jadi khawatir sama bapakmu."

Sylla melihat jam menunjukkan pukul 22.30, ia takut bapak nya kenapa kenapa karena ia melihat berita ditv kemarin seorang pengendara mobil ditusuk dengan senjata tajam. Sylla menatap keatas memohon agar bapak nya pulang dengan keadaan selamat.

"Gimana ini, Nak. Ibu mau nyusul bapakmu tapi ini sudah malam, ponsel saja kita tidak punya, Nak. Ibu khawatir sama bapakmu," ucap Rumini sangat khawatir akan suaminya itu.

"Kita berdoa saja, Bu. Semoga bapak pulang dengan selamat." Rumini menganggukan kepalanya, lalu tiba tiba mereka mendengar suara ketukan dari pintu utama. Buru buru Rumini pergi untuk membukannya lalu disusul dengan Sylla.

"Ya Allah bapak, kenapa pulangnya malam banget, ibu khawatir tau," omel Rumini kepada sang suami. Kasim sang suami dari ibu Rumini hanya menggaruk garuk telinganya yang tak gatal.

"Maafin Bapak, Bu. Habisnya tadi bapak nganterun Tuan Edo kebandara dulu," jelasnya.

"Lain kali bilang pak. Biar ibu gak jadi khawatir!" omel Rumini.

"Udah, Bu... Jangan marahin bapak. Bapak pasti capek, ayo pak masuk," ucap Sylla, Kasim menganggukan kepalanya lalu mereka bertiga duduk diruang tamu.

"Bapak bawa makanan buat kalian. Mana Zidan Bu? Kita makan bareng-bareng," ujar Pak Kasim.

"Bentar, ibu bangunkan Zidan dulu."

Setelah membangunkan Zidan, mereka berempat langsung memakan makanan yang telah dibawakan Pak Kasim. Disela sela mereka makan, Pak Kasim memecah keheningan. "Nak, kamu mau kuliah atau kerja?" tanya Pak kasim pada Sylla.

"Kerja, Pak."

"Tuan Edo nyari les privat buat putrinya kamu mau gak, Nak? Gaji nya juga lumayan gede. Tapi syaratnya kudu bisa buat anaknya peringkat 1."

"Ambil aja, Nak. Kamu kan pinter, kamu aja bisa buat adikmu peringkat sepuluh besar padahal dulunya peringkat 1 dari bawah," saran Bu Rumini.

"Zidan peringkat 10 besar karena dia punya tekad belajar sungguh sungguh, aku gak bisa menjamin kalau anaknya Tuan Edo bisa peringkat 1, karena itu tergantung anaknya," ujar Sylla, Rumini mengangguk paham akan ucapan putrinya.

"Iya kamu benar, Nak. Keputusan ada ditangan kamu, ibu tidak bisa memaksa mu. Tapi kalau kamu bisa, ibu bisa tenang nanti kalau bapakmu lupa minum obat kamu yang bisa ngingetin."

Sylla nampak berfikir sejenak, apa yang ia harus lakukan menerima pekerjaan itu atau tidak? Tapi saat ini ia benar benar butuh pekerjaan.

"Udah nak jangan dipikirin, nanti kamu pusing. Gapapa kalau kamu gak mau nerima bapak sama ibu gak akan maksa kamu, ayo mendingan kita lanjutin makan," ucap Pak Kasim kepada putri dan istrinya. lalu mereka melanjutkan makan nya lagi.

oOo

Ini cerita agak mengandung bau bau adegan dewasa nanti.

CERITA INI MURNI HASIL KHAYALANKU SENDIRI!!

Jangan lupa VotMen guys.

Ressaleo

MAS EDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang