Serin yang malang

1.4K 43 4
                                    

Kring kring kring

Bunyi telfon rumah berbunyi, segera Bi Tami langsung mengangkatnya.

"Halo?"

"Halo, Bi."

"Iya, Tuan?"

"Apa anak Pak Kasim sudah melaksanakan tugasnya?"

"Sudah, Tuan. Sekarang non Serin belajar dikamarnya."

"Baiklah. Saya tutup telfonnya, Bi."

Panggilan diputuskan. Bi Tami kembali kedapur untuk melanjutkan masakannya.

Sedangkan dikamar, Serin tengah terlelap dengan menaruh kepalanya dimeja karena sudah 2 jam mereka belajar. Sylla merasa kasian dengan gadis kecil itu, dia membiarkan Serin istirahat sejenak. Sylla berdiri untuk mengambil air minum didapur.

"Harum banget Bi masakannya bikin Sylla laper aja," puji Sylla.

"Makan neng. Non Serin masih belajar?"

"Dia tidur, Bi. Sylla kasian dia kecapean belajar."

"Iya, Neng. Bibi juga kasian tapi apa daya Bibi hanya pembantu disini bibi gak bisa ikut campur urusan Tuan Edo." Sylla mengangguk paham, kemudian gadis itu berjalan mengambil air dikulkas.

Bi Tami sedari tadi bergulat menyiapkan makan pagi untuk semua orang, dan Sylla ikut membantu meletakan makanan tersebut ke meja makan. "Neng tolong bangunin Non Serin ya, dia waktunya makan soal nya," pintah Bi Tami kepada Sylla. Sylla mengangguk lalu gadis itu berjalan menaiki anak tanggah untuk menuju kamar Serin.

"Serin, bangun sayang. Kita makan dulu ya," ucap nya sambil menggoyangkan lengan gadis itu dengan pelan.

"Nanti aja Selin makan, Selin masih ngantuk kak." Gadis kembali memejamkan matanya.

"Makan dulu, Serin. Gak baik kalau telat makan nanti Daddy kamu marah gimana?" Gadis kecil itu langsung mengangkat kepalanya, Serin mengulurkan tangannya untuk memberikan kode bahwa ia minta digendong. Sylla dengan senang hati menggendong gadis manis tersebut.

Sylla mendudukan gadis itu dikursi. Bi Tami memberikan makanan yang sudah ia siapkan buat Serin. Serin menatap makanan tersebut lalu menatap Sylla. "Kenapa, Non? Apa Non Serin kurang suka sama makanannya? Kalau kurang suka biar bibi buatkan lagi." Sylla dibuat kagum oleh Bi Tami, Bi Tami sungguh pribadi yang sabar. Bi Tami rela membuat makanan lagi dari pada putri majikannya itu kelaparan karenanya.

"Engga, Bi Tami. Selin pengen disuapin kak Sylla," ujar Serin.

"Biar Bibi suapin aja ya non. Biar kak Sylla makan dulu," bujuk Bi Tami tapi Serin tetap kekeh menggelengkan kepalanya.

"Gapapa, Bi. Biar Sylla yang nyuapin. Ayo akk... Buka mulutnya sayang." Sylla menyuapi gadis seperti seorang ibu tengah menyuapi anaknya. Bi Tami melihat itu meneteskan air matanya. Serin benar benar butuh sosok seorang ibu, dan ia benar benar kagum Sylla bisa dekat dengan Serin semudah itu.

oOo

2 hari Sylla bekerja sebagai guru les privat Serin. Tak disangka ia akan begitu senang mengajari gadis itu, walaupun gadis itu cukup susah menangkap apa yang Sylla ajarkan.

"Kakak, Selin gak paham kalau bagi bagian. Mendingan kita belajal membaca abc saja," usul Serin.

Sylla terkekeh mendengar itu. "Kamu kan udah bisa baca sayang. Jadi kita gak perlu, ayo kita belajar sekali lagi ya?"

"Selin capek, Kak. Selin istilahat sebental ya?" mohon Serin sambil memasang puppy eyes.

"10 menit lagi, Serin boleh istirahat."

"Yah.... Yaudah deh. hanya 10 menit gak boleh ditambah!" peringat Serin kepada Sylla, karena kerap kali Sylla bilang 5 menit lagi tetapi ia tambahi menjadi 2 menit lagi.

"Iya iya Serin."

Tok tok tok

Seseorang mengetuk pintu kamar, Serin dan Sylla sama sama menoleh ternyata menampakan seorang pria dengan balutan jasnya.

"Daddy!" Serin langsung berlari untuk memeluk Edo, begitu pula dengan Edo pria berusia 39 tahun itu langsung berjongkok untuk menerima putrinya dalam pelukannya. Edo langsung menciumi wajah putrinya itu dengan penuh kasih sayang. "Daddy geli ih."

"Biarin, Daddy kangen dengan putri kecil, Daddy." Meskipun Edo meninggal kan putrinya dirumah selama 2 hari, Edo tetap merasakan rindu karena ia tidak bisa berlalu lama meninggal kan putri semata wayangnya.

Seandainya perceraian dengan sang istri tidak ada mungkin Serin tidak akan merasakan kesepian dan kurangnya kasih sayang seorang ibu. "Daddy Selin kangen tau. Daddy sibuk telus," aduhnya dengan tangan bersendekap didada.

"Daddy kan kerja, Sayang. Daddy kerja buat Serin," ucap Edo sembari mengelus rambut Serin dengan halus.

"Kata kak Sylla juga begitu, tapi aku pengen belmain sama, Daddy." Edo menatap Sylla, Sylla hanya membalas dengan senyuman, lalu Edo beralih menatap putrinya. "Setelah belajar, kita pergi keluar. Daddy akan mengajak mu pergi jalan jalan," kata Edo membuat Serin meloncat kegirangan. Gadis itu tak henti hentinya mencium pipi sang ayah hingga pipinya merasakan basah akibat terkena air liur Serin.

"Siap, Bos," ucap Serin sambil hormat, lalu gadis itu berlari untuk melanjutkan kegiatan nya. 

Seusai belajar Serin langsung merapikan buku bukunya dengan dibantu Sylla. "Kak Sylla ayo ikut Selin jalan jalan sama Daddy ya?" ajak nya.

"Haduh Serin kakak kayaknya gak bisa, Maaf ya," tolak Sylla dengan halus, jika ia menerima ajakan dari Serin bisa bisa Daddy nya Serin akan berfikir tidak tidak tentang nya.

"Mau ya?! Kalau gak mau aku gak mau belajal sama kakak lagi." Serin langsung memalingkan mukanya dengan muka cemberut. Sylla menarik nafas dalam dalam, berurusan dengan anak kecil memang harus butuh kesabaran.

"Kakak engga bisa, Serin."

Serin menatap Sylla dengan mata berkaca kaca. "Selin pelcuma jalan jalan sama Daddy. Ujung ujungnya daddy sibuk telus sama ponselnya. Selin gak suka! Kak Sylla temenin Selin ya, bial Selin gak ngomong sendili nantinya," kata Serin membuat hati Sylla trenyuh. Apalagi gadis itu memasang muka sedih nya membuat Sylla tak tega.

Yang dikatakan gadis kecil itu memang benar, ketika Edo dan Serin jalan kerap kali Edo mengabaikannya, Edo sibuk dengan ponselnya ketika Serin mengajaknya bermain Edo selalu menolak sehingga Serin bermain sendiri.

"Kakak gak enak sama Daddy mu, Serin."

"Tenang Daddy gak bakalan malah kok. Selin mau ngomong sama Daddy dulu ya." Selin langsung bangkit dari duduknya dan berlari kecil untuk menemui Edo dibawah.

"Terimakasih atas kerja sama nya, Pak Edo. Semoga proyek kita berjalan lancar."

"Amin sama sama, Pak. Kalau gitu saya tutup telfonnya." Panggilan diputus secara sepihak, Edo membalikan tubuhnya melihat putrinya berlari kearahnya.

"Jangan lari lari seperti itu! Kau bisa jatuh nanti!" peringatnya kepada Serin, gadis kecil itu menundukkan kepala nya. Edo memejamkan matanya sambil menarik nafas dalam dalam lalu ia berjongkok menyamakan tinggi dengan anaknya. "Ada apa, Serin?" tanya Edo dengan lembut.

"Apa Selin boleh mengajak Kak Sylla jalan jalan?" tanya Serin berharap sang ayah meng iyah kan. Edo nampak berfikir.

"Boleh ya, Dad? Selin mohon ijinin." Edo menganggukkan kepalanya, asal membuat putrinya itu senang. Gadis itu langsung memeluk leher Edo dengan kegirangan.

oOo

Ayo guys jangan lupa votmen :) votmen kalian itu benar2 berharga buat aku, ada notif dari kalian aja aku udah seneng.

Ayo ayo vote dan komen biar aku tambah semangat update nya☺

MAS EDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang