ku beri waktu 4 bulan

810 25 0
                                    

Dengan susah payah Sylla menjelaskan kepada Serin agar gadis itu mau pulang kerumah. Walaupun sempat ngereok, tapi Sylla tetap sabar menghadapi tingkah bocah 6 tahun itu. Dalam perjalanan, Serin terus bergumam bahwa dirinya tidak mau bertemu Edo untuk saat ini. "Tenang Serin. Kakak bersamamu, kakak akan menjelaskan semuanya ke Daddy mu."

Tetap saja Serin merasa ketakutan, Edo orangnya keras kepala. Dia tidak suka dinasehati! Serin tau itu. Gadis itu selama perjalanan pulang, tangannya terus mengeratkan pelukannya pada Sylla.

Sesampainya di kediaman halaman rumah Wijaya. Pak Jamal dengan sigap membuka gerbang. Kasim melihat kebelakang, Serin tetap enggan turun dari mobil. Sylla terpaksa menggendongnya keluar dari mobil. Gadis itu memeluk leher Sylla dengan erat, dengan mata yang berkaca kaca. "Selin gak mau ketemu, Daddy," gumam nya. Sylla mengusap usap punggung Serin agar tetap tenang.

Ting tung

Pintu utama dibuka Bi Tami. "Pak Kasim, Neng Sylla, Non Serin mari mari masuk."

"Kalian silahkan duduk, biar Bibi buatkan minuman."

"Eh tidak usah repot repot, Bi," tolak Sylla halus.

"Ah gakpapa, Neng. Bibi ke dapur dulu," katanya. Selepas Bi Tami pergi tiba tiba Edo menghampiri mereka bertiga.

"Serin," panggil Edo. Mendengar suara Edo membuat tubuh Serin ketakutan. Gadis itu semakin erat memeluk leher Sylla sampai dirinya merasakan sedikit sesak. Edo menyerngit kenapa Serin bisa bersama Sylla dan kenapa putrinya itu enggan menoleh melihat dirinya.

"Serin turun dulu ya?" Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan kuat. "Selin ta-takut," lirihnya. Sylla menghela nafasnya.

"Serin turun! Kasian Kak Sylla," ucap Edo dengan tegas. Serin tetap enggan turun dari gendongan Sylla, gadis itu semakin menjadi jadi mengeluarkan air matanya.

"Serin. Daddy bilang turun!" tegasnya sekali lagi. Serin tidak menggubris ucapan Edo. Dengan terpaksa Edo mengambil putrinya itu dari gendongan Sylla.

Serin berdiri dihadapan Edo. "Kenapa kamu menangis?" tanya Edo tetapi Serin enggan menjawab. Gadis itu menundukan kepalanya, menatap wajah Edo saja dia takut.

Edo tidak suka diabaikan. "Daddy tanya kenapa kamu menangis?!" tanya Edo dengan meninggikan suaranya. Tubuh gadis itu langsung bergetar ketakutan. Ketika Sylla ingin menghampiri Serin tetapi Edo sudah terlebih dahulu menghentikan langkah Sylla.

Mata Edo tak sengaja melihat raport ditangan Pak Kasim. Edo mengambil raport tersebut dan membuka isinya. Raut wajahnya Edo langsung berubah menjadi datar, lalu dia berdiri dihadapan Sylla. "Apa ini, Serin? Kau kenapa tidak bisa berubah juga? Lihat, nilai matematika mu hanya mendapatkan 70."

"Dan kau, aku sudah percaya padamu bahwa putriku akan bisa mendapatkan peringkat pertama, tapi hasilnya?!" ujarnya pada Sylla dengan nada kecewa. Edo pikir gadis itu akan bisa membuat Serin mendapatkan peringkat pertama tapi tidak.

"Sebelumnya saya minta maaf, Tuan. Jika saya lancang bicara," ucap nya dengan nada hormat.

Sebelum putrinya itu melanjutkan ucapannya dan membuat Edo marah, Kasim langsung menghentikan Sylla. "Nak, jangan!" Tapi Sylla tidak menggubris ucapan bapaknya, dia tetap keukeuh melanjutkan apa yang harus ia katakan.

"Seharusnya anda tidak memaksakan kehendak anda pada Serin. Dengan memaksa Serin mendapat peringkat pertama, yang ada akan membuat Serin tertekan. Serin tidak bisa mendapatkan peringkat pertama dalam waktu sekejab, semua itu harus butuh proses. Ibarat anak tanggah. Ketika kita ingin mencapai tujuan, kita harus berjuang untuk itu. Begitu pula dengan Serin. Selama saya mengajari dia, dia selalu tekun giat belajar. Coba Tuan pikir, dari peringkat 15 sampai ke 10 apa Tuan pikir Serin tidak sungguh sungguh? Dia mendapatkan peringkat sepuluh seharusnya anda sebagai orang tuanya, menyemangati, bukan malah menjatuhkannya." Seusai Sylla mengungkapkan tersebut, Edo berjalan dan berdiri dihadapan Sylla dengan tegap. Jari jari tangannya ia masukkan kedalam saku celananya.

"Aku tidak suka berbasa basi. Apa kau bisa membuat putriku mendapatkan peringkat pertama dalam waktu 4 bulan?!" tanya Edo serius.

Tanpa pikir panjang Sylla langsung meng iya kan ucapan Edo. "Saya pastikan Serin mendapat kan peringkat pertama sesuai batas waktu yang anda berikan."

"Jika kau tidak bisa menepati ucapanmu, maka terpaksa aku memutus pekerjaanmu."

"Baik. Saya terima," jawab Sylla dengan lantang. Edo tersenyum miring mendengar itu.

Gadis didepannya itu memang benar benar pemberani, Edo suka itu. Tapi kita buktikan saja apa benar Sylla bisa mewujudkan ucapannya, atau tidak?

Drettt... Drettt....

Ponsel Edo tiba tiba bergetar, dirinya pergi meninggalkan mereka. "Serin, sini sayang," panggil Sylla. Serin membalikan badannya lalu berlari memeluk Sylla dan langsung menumpahkan air matanya.

"Telimakasih, k-kak Sylla," ucapannya sambil terisak.

"Sama-sama. Sudah jangan menangis, oke?" Sylla menghapus air mata gadis itu dengan telapak tangannya.

"Senyum dong," ujar Sylla lalu Serin tersenyum menampakan deretan giginya. Dengan gemas, Sylla mengacak acak rambut Serin dan mencium kedua pipinya.

"Berjanjilah kepada kakak," katanya sambil menautkan jari kelingking nya pada jari mungil Serin.

"Serin harus lebih giat lagi belajar, agar bisa mendapatkan peringkat pertama. Kak Sylla akan membantumu mendapatkan itu," sambungnya.

Lalu Serin menjawab,"Selin beljanji. Selin akan lebih lebih giat belajal."

Lalu mereka berdua saling berpelukan dan gadis kecil itu membisikan kepada Sylla. "Selin sayang kakak."

"Kakak juga sayang kamu," balas Sylla dengan berbisik ditelinga Serin. Melihat kedekatan mereka berdua, membuat Kasim terharu. Apalagi Bi Tami melihat mereka dari dapur membuat nya merasakan Serin mendapatkan kasih sayang seorang ibu dari Sylla. Karena sejak usia Serin menginjak satu tahun, Sarah meninggalkan suami dan putrinya dalam kondisi terpuruk pasca perusahaan Edo diambang kebangkrutan. Pada saat itu semua pekerja yang ada dirumah, mulai meninggalkan rumah Edo karena Edo tak sanggup membiayai mereka terkecuali Bi Tami, dia pekerja setia yang tidak meninggalkan Edo. Sedangkan Sarah istri yang ia nikahi dan ia cintai pergi meninggalkan nya dan anaknya. "Bibi saya tidak sanggup memberikan gaji seperti semula. Tapi kenapa Bibi mau bertahan disini?" ucap Edo pada waktu itu.

"Tuan saya tidak digaji pun tidak apa apa. Karena berkat tuan, suami saya bisa melakukan pengobatan. Dan gaji yang tuan berikan tiap bulan, itu sudah lebih dari cukup," ujar Bi Tami. Bukan hanya ingin membalas budi kepada Edo, tetapi ia tidak tega jika dirinya meninggalkan majikannya itu sendiri dirumah dengan anaknya yang masih berusia satu tahun.

"Tapi, saya akan tetap memberikan gaji kepada bibi walaupun tidak sebanyak dulu," kata Edo.

"Tuan itu tidak perlu. Saya ikhlas," ucap Bi Tami. Walaupun begitu Edo merasa tidak enak, dia akan tetap memberikan gaji semampu yang ia bisa.

oOo
Terimakasih yang udah vote dan komen, semoga kalian sehat sehat selalu❤
Spam komen aja gapapa wkwkwk😅 ada yang ninggalin jejak aja udah seneng hehehe ;)

See you guys

MAS EDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang