Waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi, Sylla kini sudah bersiap siap untuk pergi kerumah Wijaya. Edo memberitahu Sylla kemarin bahwa dirinya harus datang kerumah Wijaya seusai Serin pulang dari sekolah nya.
Sebelumnya, Pak Kasim meminta izin Edo terlebih dahulu untuk menjemput Sylla sekalian seusai menjemput Serin.
Tin tin
Sylla mendengar bunyi klakson mobil dari luar, segera ia langsung keluar menemui ibunya untuk berpamitan. "Bu, Sylla mau berangkat dulu," ucap Sylla sambil mencium tangan Rumini.
"Iya, Nak. Hati hati. Bapak, bawa mobilnya jangan ngebut ngebut," peringat Rumini kepada suaminya.
"Iya, Bu," jawab Pak Kasim.
"Sylla berangkat Bu. Assalamualaikum," pamit Sylla lalu dirinya masuk kedalam mobil. Sylla mendapati Serin tengah duduk dikursi belakang. "Halo Kak Sylla," sapa Serin begitu pula sebaliknya dengan Sylla. Pak Kasim langsung menyalakan mesin mobil tersebut dan langsung melaju dengan kecepatan sedang.
Sesampainya dikediaman rumah keluarga Wijaya. Pak Kasim segera turun untuk membukakan pintu mobil buat Serin dan Sylla. Sylla merasa tidak enak ketika sang ayah membukakan pintu untuknya. "Bapak Sylla bisa buka pintu sendiri ih."
"Gapapa, Nak. Ayo non Serin, Daddy non Serin ada dirumah loh," ujar Pak Kasim membuat mata Serin terbinar bahagia. Gadis itu langsung berlari memasuki rumah dengan meninggalkan tas barbie nya didalam mobil. Sylla dan Pak Kasim menggeleng gelengkan kepala melihat putri majikannya. Sylla mengambil tas Serin dari dalam mobil dan Pak Kasim memerintahkan putri nya untuk segera masuk kedalam rumah untuk melakukan tugasnya.
"Hai Bi Tami," sapa Sylla melihat Bi Tami membereskan ruang tamu yang telah dipakai tamu dari majikannya.
"Eh neng Sylla. Non Serin tadi langsung kekamar Tuan Edo. Neng Sylla tungguin disini, udah bibi bersihin kok." Melihat wajah Bibi Tami pucat membuat Sylla khawatir.
"Wajah bibi pucat, bibi sakit?"
"Enggak, Neng. Bibi hanya kurang enak badan sedikit kok, neng Sylla gak usah khawatir bibi kuat kok," ucap Bi Tami sambil tersenyum.
"Kenapa hanya bibi yang ngerjain pekerjaan rumah? apa selain bibi tidak ada?" tanya Sylla. Sylla bingung rumah sebesar ini hanya ada 4 pekerja saja. Pak jamal sebagai satpam, Pak Sudir tukang kebun, Pak Kasim bapak nya sendiri, dan Bibi Tami yang mengurus kebutuhan rumah.
"Sebenarnya Bibi tidak sendirian, beberapa minggu yang lalu ada irt baru yang bekerja disini. Tapi, setelah itu irt baru itu tidak sengaja memarahi Non Serin karena Non Serin tidak mau makan masakan dari irt itu, dan Tuan Edo marah besar ketika tahu Non Serin diperlakukan kasar oleh irt tersebut. akhirnya Tuan memecat irt itu, dan Tuan tidak mau lagi memperkerjakan irt lagi kecuali saya," jelas Bibi Tami panjang lebar. Sylla mengangguk paham. Setelah itu, Bi Tami pamit untuk pergi kedapur untuk membuatkan kopi buat Tuan Edo.
Sylla kagum melihat Bi Tami berkerja walaupun dengan badan yang kurang fit. Sylla melihat Bi Tami berjalan sambil memegangi kepalanya, membuat Sylla khawatir. Buru buru dirinya mendekati wanita itu. "Bibi istirahat aja, biar Sylla yang buatkan."
"Enggak usah, Neng. Ini bukan tugas Neng Sylla, ini tugas Bibi biar bibi yang ngerjain," tolak Bi Tami halus.
"Gapapa, Bi," ucap Sylla.
"Aduh neng, saya gak enak sama Tuan Edo nanti."
"Ada apa, Bi?" saut Edo tiba tiba datang dengan menggendong Serin ditangannya.
"Anu eh itu," Tiba tiba Bi Tami menjadi gagap ketika melihat Edo.
"Itu Tuan, Bi Tami kurang enak badan," ucap Sylla.
"Kenapa Bibi gak bilang ke saya. Kalau bibi bilang ke saya, bibi bisa istirahat sementara waktu ini," Kata Edo, ia tidak akan membiarkan Bi Tami bekerja dalam keadaan sakit karena Edo sudah menganggap Bi Tami sebagai ibu nya sendiri.
"Kalau bibi gak bekerja, siapa yang masakin kalian."
"Bibi gak perlu mikirin itu, saya dan Serin bisa cari makan diluar, Bi. Bibi sekarang bisa istirahat ke kamar bibi," ujar Edo setelah itu Bi Tami berpamitan untuk pergi ke kamar. Sekarang hanya ada Sylla, Serin, dan Edo. Entah kenapa Sylla menjadi gugup seperti ini, ia mematung ditempat.
"Ekhem," Edo berdehem.
"S-ssebentar Tuan, Sylla buatkan kopi terlebih dahulu karena bibi sakit," ucap Sylla gugup.
"Emangnya kau bisa?" Bisa bisanya pria didepan nya meremehkan Sylla. Asal kalian tau Sylla sudah mahir membuat kopi untuk bapaknya sejak kelas 1 smp. Bisa dibilang kopi buatan Sylla tidak ada tandingannya, Pak Kasim selalu memuji kopi buatan putri nya.
"Tentu saja bisa, Tuan. Tuan silahkan duduk, biar saya buatkan." Edo menganggukan kepala nya, lalu dirinya membawa Serin ke meja makan untuk menunggu Sylla membuatkan.
"Kak Sylla tolong buatkan Selin susu juga ya," ucap Serin diacungi jempol oleh Sylla.
Butuh waktu 7 menit Sylla membuatkan kopi dan susu untuk mereka. Gadis itu meletakan kopi dan susu kehadapan mereka, mata Serin terbinar. Edo membantu putrinya menuangkan susu kedalam lepek.
"Tuan saya izin untuk menemui bapak saya sebentar," ujar Sylla karena ia harus mengingatkan sang ayah untuk meminum obatnya.
"Iya, tapi kau cepatlah kembali karena kau harus mengajari putriku." Sylla menganggukan kepala dan langsung menemui sang ayah. Ia melihat bapaknya sedang mencuci mobil.
"Bapak udah minum obat?" tanya Sylla. Pak Kasim menepuk jidatnya, ia lupa meminum obatnya karena keasikan mencuci mobil tersebut.
"Bapak lupa, Nak. Untung aja kamu ingetin bapak," ucapnya lalu Pak Kasim mematikan air keran nya, dan mengambil bekalnya didalam jok motor. Mereka berdua duduk dikursi panjang, dan Sylla menunggu sang ayah makan. "Makan sama bapak ya? Ibumu bawa bekal kebanyakan, Nak."
"Tapi suapin Sylla ya?" Pak Kasim menganggukan kepala. Seharusnya Pak Kasim yang lebih butuh tenaga untuk bekerja, tapi Sylla dengan penuh lahap memakan bekal sang ayah. Tapi hal itu tidak masalah baginya, yang terpenting anaknya kenyang, itu sudah lebih dari cukup. Selesai makan, Sylla membantu sang ayah meminum obatnya, Edo melihat kedekatan Sylla dengan ayahnya membuat dirinya terharu. Pantas saja, dirinya kemarin dimarahi gadis itu, karena Sylla benar benar type anak yang menyayangi orang tua. Edo cemburu melihat kedekatan anak dan ayah, kenapa dirinya tidak bisa seperti gadis itu. Bagaimana mungkin Edo bisa dekat dengan ayahnya, jika ayahnya lebih menyayangi adik tiri nya.
"Tuan Edo," ucap Kasim tak sengaja melihat Edo berdiri tak jauh dari mereka. Edo berjalan mendekati mereka. "Ma-maaf, Tuan. Saya lama ya? saya akan menemui Serin sekarang juga."
"Tidak tidak, saya kemari untuk bilang ke kamu bahwa saya akan pergi dan besok saya bisa pulang. Oleh karena itu, saya meminta bantuan ke kamu untuk menjaga putri saya sementara waktu. Biasanya saya minta bantuan ke Bi Tami, tapi Bi Tami sedang sakit jadi saya tidak mungkin minta bantuannya. Apa kamu bisa?" tanya Edo.
Sylla menatap ke arah bapaknya, untuk meminta persetujuan. "Tenang saya akan gaji kamu 2 kali lipat dari gaji kamu," ucap Edo.
"Bu-bukan begitu, Tuan. Saya minta izin ke bapak dulu," jawab Sylla.
"Iya Nak tidak apa apa. Nanti bapak bilang ke ibumu," kata Pak Kasim memberi izin purinya untuk menjaga putri majikannya itu. Edo meminta Pak Kasim untuk menginap sementara waktu dirumahnya untuk menemani Sylla tapi, Pak Kasim menolak, dengan alasan bahwa istrinya tidak bisa tidur tanpa dirinya.
oOo
Jangan lupa votmen guys :)
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS EDO
РазноеTak kusangka umurku yang hampir menginjak berkepala 4, bisa bisanya aku jatuh cinta kepada seorang gadis yang dimana gadis itu adalah guru privat putri ku. 🔞