Hadiah

576 24 0
                                    

Ruang kerja Edo.

"Ini gaji kamu selama dua bulan ini," ujar Edo sambil memberikan sebuah amplop coklat kepada Sylla.

Sylla membuka amplop itu. Matanya langsung membulat, mendapati isi amplop tersebut. Pantas saja amplop tersebut tebal sekali, ternyata didalam isinya terdapat uang yang sekiranya cukup buat dirinya mendaftar kuliah.

"Ini gaji saya?" tanya Sylla tidak percaya. Bagaimana bisa dirinya mendapat gaji sebanyak ini, dirinya hanya bekerja sebagai guru les privat. Ini seperti mimpi bagi Sylla.

"Ya. Ada 15 juta didalamnya. Saya akan memberimu tambahan gaji, jika kau benar benar bisa membuat Serin peringkat pertama." Edo tak segan segannya memberikan uang kepada Sylla berapa pun, asalkan gadis itu benar bener membuktikan ucapannya.

"Tuan. Apa ini tidak kebanyakan?"

"Tidak. Terima saja, saya tidak suka penolakan," kata Edo diiangguki oleh Sylla.

"Terimakasih, Tuan," ucapannya sambil melemparkan senyuman manis nya itu pada Edo. Edo melihat itu, jantungnya langsung berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Sialan. Ada apa denganku astaga," ucap Edo dalam hati. Edo tidak tau, kenapa akhir akhr ini dirinya seperti ini. Jantungnya berdetak ketika berhadapan dengan gadis itu. Apa sekarang ini dirinya mulai kembali merasakan perasaan yang beberapa tahun telah hilang. Dimana dirinya merasakan pertama kali jatuh cinta pada wanita yang dulu dia nikahi yang dia anggap mampu membangun keluarga kecil bersama nya. Tapi ternyata, itu hanya mimpi Edo yang telah hancur.

"Tuan?" Sylla melabai lambaikan tangannya dihadapan wajah Edo, karena Edo sedari tadi melamun. Lamunannya terbuyarkan karena itu.

"Tuan tidak apa apa?" tanya Sylla memastikan pria didepannya itu baik baik saja. "Ya saya baik baik saja."

"Emmm, Tuan, apa sekarang saya boleh pulang?"

"Ya," jawab Edo singkat tapi pandangannya tetap menatap lurus. Setelah itu Sylla berpamitan ketika hendak keluar dari ruangan tersebut Edo langsung menghentikan gadis itu pergi.

"Tungguh. Biar saya antar kamu."

"Tidak usah, Tuan. Saya bisa pulang sendiri," tolak Sylla.

"Sudahlah, saya akan mengantarmu pulang," paksa Edo. Gadis itu mengiyakan saja ucapan Edo. Edo langsung mengambil kunci mobil diatas meja. Dan langsung berjalan keluar dengan di ikuti Sylla dibelakangnya. Edo terlebih dahulu masuk kedalam mobil, lalu Sylla gadis itu memilih duduk dijok belakang. Edo melihat dari kaca spion dalam mobil, langsung memutar bola matanya dengan malas. "Apa yang kau lakukan? Duduk lah didepan."

Sylla menggelengkan kepalanya, menurutnya ia tidak pantas duduk didepan bersama Edo. Tapi berbeda dengan Edo, Edo merasa dirinya seperti supir Sylla jika gadis itu duduk di jok belakang. "Saya bukan supirmu, Sylla. Pindah dan duduk lah didepan."

"I-iya Tuan." Buru buru gadis itu keluar untuk berpindah tempat. Lalu Edo mulai menyalahkan mesin mobil nya dan melaju dengan kecepatan sedang.

Diperjalanan hanya ada suara musik yang memecah keheningan. Dua duanya saling menatap lurus jalanan. Tidak ada tanda tanda diantara mereka memulai percakapan karena mereka cagung memulainya.

Sylla selama diperjalanan dirinya bergulat dengan otaknya. Dirinya ingin berbicara dengan Edo soal kuliahnya.

"Tuan saya ingin bicara," ucap Sylla.

"Bicaralah."

"Apa saya boleh mengambil cuti untuk besok? Karena saya ingin mendaftar kuliah."

"Dimana kau akan kuliah?"

"Di Universitas N****"

"Saya punya teman dia pemilik kampus I*** H***, saya bisa meminta bantuan dia untuk memasukan kamu. Apa kau mau?"

"Tapi kampus itu sangat mahal, saya tidak mampu membayar setiap ukt nya," ujarnya dengan nada sedih.

"Kau tidak perlu berkecil hati. Saya akan menanggung biaya kuliah mu. Tapi dengan satu syarat, kau pasti sudah tau apa yang saya maksudkan," ujar Edo. Sebenarnya dilubuk hatinya yang paling dalam, dirinya tidak mau membuat gadis itu kesusahan mencari biaya kuliah. Dia ingin meringankan beban Sylla.

"Bagaimana?" Sylla berfikir sejenak untuk itu, dia takut jika Edo akan meminta imbalan selain itu.

"Ta-tapi Tuan tidak meminta hal se-sela--"

Edo langsung memotong ucapan gadis itu, "Tenang saja, saya tidak sejahat yang kau pikirkan dan mengambil kesempatan untuk itu. Pikirkan baik baik, karena kesempatan ini tidak datang dua kali."

Sylla menarik nafas dalam dalam sebelum bicara, lalu dirinya berkata, "Baiklah saya terima."

Edo tersenyum tipis mendengar itu. Edo tipe orang yang tidak suka ditolak, jika orang itu menerima Edo sangat senang untuk itu. "Kau hanya perlu menyiapkan berkas apa yang akan diminta teman saya. Untuk itu siapkan dan berikan kepada saya besok."

"Baik, Tuan. Untuk itu saya ucapkan terimakasih."

"Sama-sama."

***


Dengan penuh khusuk Rumini menjalankan ibadah shalat isya. Diakhir rakaat sujud terakhir nya, Rumini bersujud lama. Rumini bangun lalu dia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan mengucapkan salam. Ia mengangkat kedua telapak tangan nya, dengan memelankan suaranya untuk memuji sang kuasa dalam memanjatkan sebuah doanya.

Buliran air mata menetes dari matanya. Hatinya bergetar ketika memuji kalimat kalimat indah untuk sang kuasa. Sylla melihat dan mendengar doa doa yang dipanjatkan ibunya itu dirinya segera menghapus air matanya dari balik pintu. Lalu memeluk sang ibu dari belakang ketika Rumini melipat mukenanya. "Ibu, Sylla punya hadiah untuk ibu," ucapnya.

"Benarkah? Hadiah apa itu?"

Sylla mengubah posisinya menjadi duduk didepan ibunya. Lalu mengeluarkan sebuah kotak berwarna merah persegi panjang. "Apa ini, Nak?"

"Buka saja." Rumini membuka kotak tersebut. Tangan nya reflek menutup mulutnya, hadiah yang diberikan putrinya untuk pertama kali membuat nya terharu. Bukan soal harga tapi hadiah itu hasil kerja keras putrinya. Makanya Rumini terharu.

"Ini buat ibu, Nak?" tanya Rumini masih tidak percaya. Sylla mengangguk dirinya menahan agar tidak menangis didepan sang ibu. Rumini langsung memeluk dan mencium pipi Sylla secara bergantian. Sylla mengambil kalung emas tersebut untuk ia pakaikan kepada sang ibu. Kalung dengan liontin merah membuat cocok dipakai oleh ibunya. Rumini tak henti hentinya tersenyum, dalam hatinya ia berdoa yang terbaik untuk Sylla.

"Ibu suka?"

"Tentu saja ibu suka, Nak. Terimakasih."

"Iya sama sama, Bu." Setelah itu Sylla menceritakan semuanya bahwa Edo memberikan gaji untuk Sylla dengan jumlah tak biasa. Dirinya juga menceritakan bahwa Edo membantu Sylla melanjutkan pendidikan nya. Rumini sempat khawatir dengan bantuan Edo, tapi ia berusaha untuk berfikir positif untuk itu. Tapi Rumini mengenal Edo lewat suaminya, suaminya juga pernah mengatakan majikannya itu memang orangnya dermawan. Jadi dirinya yakin, Edo tidak mungkin ada niatan jahat pada Sylla.


ooo

Kalau telat update, maklumin guys soalnya lagi ujian PAT huhuhu😩
Terimakasih vot/men nya nyaaaaaa

See you.

MAS EDO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang