"Bu udah siap belum?" tanya Kasim sambil memakai sepatu nya. Sedangkan sang istri sedari tadi bergulat didapur untuk menyiapkan bekal sang suami.
"Bentar, Pak. Tinggal dikit lagi mau matang," jawab Rumini.
Dirasa udah matang, Rumini langsung menyiapkan kotak bekal lalu mengisi kotak tersebut dengan makanan yang ia buat. Rumini langsung menghampiri suaminya yang tengah bergulat dengan ponsel nya, ponsel tersebut sejatinya dibelikan oleh Tuan Edo atasan dari sang suami. Karena Pak Kasim supir dari keluarga Wijaya, maka Pak Kasim sangat perlu ponsel tersebut agar dapat berkomunikasi dengan Tuan Edo. Rumini sangat bersyukur atasan dari sang suami memiliki hati yang baik, tidak seperti 5 tahun yang lalu dimana sebelum Pak Kasim bekerja sebagai supir keluarga Wijaya, Pak Kasim diperlukan semena mena.
"Ini, Pak. Bapak hati hati dijalan jangan lupa obat nya diminum awas ya kalau telat!" peringat Rumini.
"Iya, Bu..." Lalu sang istri mencium punggung tangan sang suami. Ketika Pak Kasim hendak pergi tiba tiba Sylla datang dari kamarnya dan menghentikan sang Ayah.
"Bapak tungguin Sylla."
"Ada apa, Nak?" tanya Pak Kasim.
"Sylla bareng bapak." Pak Kasim mengerutkan dahinya, ia tidak paham akan ucapan putrinya.
"Bapak gak paham maksud kamu."
"Sylla udah pikir mateng mateng. Sylla terima kerjaan dari Tuan Edo," ucap Sylla sambil tersenyum agar orang tuanya tidak berfikir Sylla menerima pekerjaan itu dengan terpaksa.
"Alhamdulillah, kamu ingetin bapak mu nak buat minum obat nanti," pesan Rumini kepada putrinya itu.
"Iya, Bu. Sylla berangkat dulu Assalamualaikum."
Setelah mencium tangan sang ibu Sylla dan bapak nya langsung menaiki motor.
***
Setiba dirumah Wijaya, Pak Kasim dan putri nya langsung turun dari motornya. Sylla termenga, bagaimana tidak, rumah keluarga Wijaya begitu megah menjulang tinggi entah berapa milyaran uang yang dikeluarkan untuk membangun rumah sebesar itu.
"Masyaallah Pak. Ini rumah atau istana? Semoga Sylla bisa punya rumah kayak gini biar hujan kita gak perlu panik," ucap Sylla kagum dengan rumah Pak Edo yang ada didepan matanya.
"Meskipun rumah ini besar, Nak. Tapi rumah ini begitu sepi seperti tak bernyawa," ucap Pak Kasim, Sylla mengangguk paham.
"Iya pak seperti tak bernyawa, soalnya rumah nya gak bisa gerak." Pak Kasim langsung menoleh kearah putrinya, putrinya ini sungguh sungguh polos. Sebelum mereka berdua masuk Pak Kasim mencoba menghubungi Tuan Edo terlebih dahulu untuk memberi tahu bahwa putrinya yang akan menjadi guru privat Serin putri semata wayang atasannya. Setelah mendapatkan persetujuan dari Tuan Edo, mereka berdua Sylla dan Bapaknya langsung masuk kedalam rumah tersebut.
"Assalamualaikum," ucap mereka berdua. Tak ada sautan dari dalam rumah tersebut membuat Sylla bingung. "Apa mungkin keluarga ini nonis?" pikir nya.
"Pak, kok gak ada yang jawab salam? Apa mereka nonis?" tanya Sylla.
"Alhmdulillah mereka islam nak. Mungkin mereka gak jawab soalnya gak kedengeran," jelas Pak Kasim. Sylla mengangguk paham tiba tiba seorang ibu parubaya datang menghampiri mereka berdua.
"Oh Pak Kasim. Siapa dia pak?" tanya Bibi Tami yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.
"Ini Sylla, anak saya."
"Anak nya gelis pisan. Kaya waktu bibi masih muda HAHAHAHA," canda Bibi Tami.
"Terimakasih Bi," ujar Sylla.
"Iya neng sama-sama."
"Anak saya mau bekerja disini, Bi. Dia mau jadi guru les privatnya non Serin," ujar Pak Kasim, Bi Tami tersenyum ramah lalu mempersilahkan mereka masuk.
"Pak Simsim....." teriak seorang anak kecil tengah berlari kearah mereka. Pak Kasim langsung berjongkok untuk memeluk putri dari majikannya.
"Pak Simsim, kenapa bapak gak pulang sama Daddy?" tanya Serin.
"Kata Daddy nya non Serin. Daddy pulangnya besok," jelas Pak Kasim kepada Serin. Anak kecil itu memasang wajah kecewa, bagaimana tidak diusia nya ke 6th harusnya anak tersebut mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya, tapi nasib berkata lain gadis kecil itu ditinggal sang ibu akibat perceraian dari orang tuanya.
"Daddy selalu saja begitu, sibuk telus. Selin sedih tau," ucap nya dramatis dengan bibir yang mencucut kedepan.
Sylla yang menyukai anak kecil tak tahan langsung berjongkok menyamakan tinggi dengan anak tersebut. "Serin gak boleh sedih. Daddy pergi untuk kerja buat Serin," ujar Sylla dengan lembut.
"Kelja kok telus, hali minggu Daddy kok kelja Selin aja libul." Semua orang tertawa melihat ocehan dari Serin. Sylla tak tahan langsung mencubit pipi gadis itu dengan lembut lalu menciumi pipi Serin.
"Ahhkkkk....... kakak jangan cium Selin! Bedak Selin nanti habis tau." Serin mengusap pipinya yang telah dicium Sylla, gadis itu langsung berlari kekamar nya untuk membenahi bedak diwajahnya yang telah hilang.
"Pak, apa Sylla harus bekerja sekarang?" tanya Sylla.
"Iya, Nak. Bi tolong anterin putri saya kekamar non Serin," pintah Pak Kasim langsung diangguki Bi Tami.
Sedangkan dikamar, Serin gadis kecil itu tengah berdiri didepan kaca dengan ditangannya memegang bedak bayi.
"Gala gala kakak itu aku jadi jelek tadi. Untung udah cantik sekalang," puji Serin pada dirinya sendiri.
Tok tok tok
Serin berlari kecil untuk membuka pintu kamar nya. Gadis itu langsung menutup wajahnya dengan tangannya agar Sylla tidak lagi menciumnya.
"Kenapa ditutup wajah nya? Apa kakak jelek?" ucap Sylla memasang ekspresi cemberut.
Serin menggeleng gelengkan kepalanya, "Kakak cantik, tapi cantikan Selin."
"Kalau gitu buka dong. Kakak mau lihat wajah Serin yang cuantik."
Serin menggeleng gelengkan kepala, "Ndak mau, nanti kakak cium Selin lagi."
"Enggak, kakak gak bakalan cium kamu," ujar Sylla. Serin mengulurkan tangan kanannya memberikan jari kelingking lalu Sylla menautkan ke jari kecil Serin.
"Janji, ayo buka," pintahnya. Bi Tami dan Sylla mereka berdua akhirnya tersenyum. Sylla berjongkok untuk memperkenalkan dirinya. "Hai Serin aku Sylla anak Bapak Kasim."
"Hallo Kak Sylla aku anak Bapak Edo." Bi Tami tertawa lepas ketika Serin menyebut Daddy nya dengan sebutan bapak. Sedari kecil gadis itu tidak pernah memangil sang ayah dengan sebutan bapak.
"Non Serin panggil Bapak Edo lagi coba, Bibi mau denger," pintah Bi Tami Serin menganggukan kepalanya.
"Bapak Edo." Lagi dan lagi Bi Tami tertawa, jika Serin memanggil ayahnya dengan sebutan bapak maka Edo akan merajuk. Menurut Edo panggilan bapak tidak cocok untuknya, maka dari itu ia meminta Serin memanggil nya dengan Daddy.
"Kenapa, Bi? Kok ketawa sampai nangis gitu," tanya Sylla.
"Engga kenapa kenapa, Neng. Non Serin sekarang belajar ya non sama kak Sylla biar jadi juara 1," ujar Bi Tami tapi Serin menggeleng gelengkan kepalanya.
"Kenapa gak mau? Nanti Daddy marah gimana?" Mendengar itu Serin langsung mengangguk lemah. Bi Tami kasian melihat anak majikannya yang dituntut menjadi pintar. Tak seharusnya Tuan Edo memaksa anaknya seperti itu. Udah berapa kali guru yang mengajari Serin namun tak ada yang membuat Edo cocok buat putrinya.
oOo
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS EDO
RandomTak kusangka umurku yang hampir menginjak berkepala 4, bisa bisanya aku jatuh cinta kepada seorang gadis yang dimana gadis itu adalah guru privat putri ku. 🔞