Sang surya mulai terbit, semua orang dimuka bumi ini mulai melakukan aktivitas nya seperti biasa. Termasuk Serin. Gadis kecil itu membuat Sylla pusing pagi pagi ini. Bagaimana tidak. Tingkah laku Serin makin hari makin membuat dirinya geleng geleng. Sebelum berangkat sekolah Serin dan Sylla mereka saling perdebat perihal Serin ingin memakai lipstik kesekolah seperti lipstik yang Sylla kenakan. Sylla sudah menjelaskan bahwa anak sd tidak boleh memakai lipstik saat pergi ke sekolah. Tetapi gadis itu merengek, katanya, "Aku pengen cantik kayak kak Angel. Kak Angel disekolah bibil nya melah, telus banyak yang suka sama dia kalena pake bibil melah."
Sylla menepuk jidat nya. Rasanya dirinya ingin membenturkan jidat nya ke tembok. Anak kecil memang selalu ingin dituruti. Sylla yang masih gadis merasakan bagaimana mengurus seorang anak itu benar benar frustasi. "Serin dengar kakak, ya! Serin tidak boleh memakai itu, nanti kamu kena omelan guru gimana?"
"Tapi Kak Angel kok gakpapa?"
"Udah pokoknya Serin jangan ikutan. Serin udah cuantik tanpa makai lipstik. Kalau kamu mau masih pake itu, Daddy kamu marah gimana hayoo?" Serin cemberut. Apa yang dikatakan Sylla ada benarnya juga, tetapi Serin ingin sekali memakai warna untuk bibirnya itu.
"Selin meminta sedikit aja." Sylla menggoyangkan jari telinjuk nya kekanan dan ke kiri tepat dihadapan wajah Serin. Gadis itu langsung bersedekap dada, moodnya hari ini benar benar buruk karena permintaan nya tidak dituruti oleh Sylla. Sylla hanya menghela nafasnya karena Serin memalingkan mukanya dari dirinya.
Tok tok tok
"Non Serin mari turun sudah ditungguin Pak Kasim, Non," ujar Bi Tami.
"Oh iya, Bi. Nanti saya dan Serin menyusul," jawab Sylla diangguki Bi Tami.
"Ayo Serin kita turun," ajaknya pada Serin. Gadis kecil itu langsung pergi tanpa menunggu Sylla. Sylla hanya menggeleng gelengkan kepala. Dirinya langsung mengikuti Serin dari belakang.
Diruang tamu memang Kasim sudah menunggu Serin. "Kamu pulang bareng bapak aja ya, Nak. Sekalian biar bapak antar habis nganterin Non Serin," ucap Kasim pada putri nya itu.
"Iya, Pak."
Tiba tiba Edo datang ketika mereka akan pergi dan menghentikan langkah mereka, "Kau mau pergi kemana?"
Sylla, Serin, dan Kasim menghentikan langkahnya, lalu menengok kebelakang. Edo berjalan ke arah mereka lalu berkata, "Kau mau kemana?"
"Saya?" tanya Sylla sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Iya."
"Saya akan pulang, Pak."
"Tidak bisa. Ada yang harus saya bicarakan dengan kamu," ujar Edo. Sylla nampak berfikir sejenak padahal dirinya ingin makan masakan ibu nya saat ini. Dirinya bermimpi tentang ibu nya tadi malam, Sylla benar benar merindukan ibu nya walaupun nanti dirinya akan pulang kerumah. Namanya juga Sylla, dirinya tidak bisa berlama lama tidak melihat ibu nya.
Edo yang tidak suka menunggu akhirnya angkat bicara lagi. "Bagaimana?" Sylla menganggukan kepala dengan terpaksa.
"Bapak pergi dulu ya, Nak," pamit Kasim pada Sylla. Sylla mengambil telapak tangan bapaknya untuk mencium punggung tangan nya.
"Iya, Pak. Hati-hati dijalan," pesannya.
"Iya, Nak. Saya pamit dulu Bi Tami, Tuan Edo. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab mereka serentak. Lalu Kasim dan Serin berjalan keluar, Sylla melihat punggung mereka mulai menghilang hanya bisa menghembuskan nafas dengan lemah. Dirinya benar benar tidak ada gairah hari ini. Gadis itu menatap pintu masuk rumah wijaya dengan tatapan kosongnya. Jika dilihat lihat sekarang ini Sylla sungguh dramatis.
***
"Widihh... Rajin banget lo, Dan." Tiba tiba datang 3 anak laki laki Toni, Genta, Yusi menghampiri Zidan yang sedang menyalin catatan buku teman nya.
"Dan, btw lo nanti malam sibuk gak?" tanya Toni.
"Sibuk. Kenapa?" jawab Zidan seperti biasa.
"Lo sibuk mulu kapan free nya. Kesel gue. Sekali kali nongkrong napa, Dan. Gak dirumah mulu, lo itu laki belajar keluar malam kek, kaya anak gadis aja dikurung dirumah," ejek Genta mengeluarkan unek unek nya.
Perkataan Genta memang menyinggung Zidan. Tapi lebih baik dirinya tidak memasukan itu kedalam hati. Zidan paham, Genta pantas kesal dengan nya karena selama ini teman temannya mengajak dirinya keluar, dirinya selalu menolak dengan alasan sibuk. Entah kesibukan apa yang dilakukan Zidan sehingga cowo itu mengurung dirinya untuk tidak keluar malam bersama temannya. Karena Zidan tidak memberitahu teman temannya itu, dia hanya menjawab bahwa dirinya 'Sibuk!'.
"Gue gak bisa, Ta. Lain waktu aja ya," kata Zidan.
"Lain waktu apanya percuma lo bakalan nolak juga," cibir Genta.
"Udah, Ta gapapa. Kita mau pergi ke kantin lo mau ikut gak?" tawar Yusi. Zidan menganggukan kepala, sebenarnya dirinya mau menolak tetapi karena merasa tidak enak akhirnya dirinya mengiyahkan saja.
Mereka berempat keluar secara bersamaan untuk menuju ke kantin. Toni melihat Zidan hanya duduk dikantin tapi tidak ikut membeli, dirinya langsung bertanya, "Lo gak beli?"
"Gue nungguin kalian disini aja ya? Soalnya gue bawa bekal, ntar bekal gue gak habis bisa dimarahin gue," ujar Zidan diakhiri ketawa. Zidan sengaja membawa bekal dan tidak mau membeli jajanan kantin karena ingin uang sakunya ia tabung jika suatu saat nanti dirinya butuh.
"Oh gitu. Bentar gue mau pesen dulu." Setelah Toni pergi, Zidan hanya duduk dimeja sambil menunggu temannya itu kembali. Mata elangnya tertuju pada seorang gadis cantik yang tak jauh dari ia duduk. Gadis itu duduk bersama teman temannya memakai baju olahraga dengan rambut nya diikat. Zidan menyukai gadis itu secara diam diam. Dirinya tidak mampu memiliki gadis itu, karena ada benteng yang kokoh yang tidak mampu Zidan runtuhkan. Sehingga mengharuskan dia agar mengubur cintanya dalam dalam.
Zidan tersenyum tipis ketika gadis itu tertawa. Melihat gadis itu tertawa, ingin rasanya Zidan mengabadikan momen itu. Tapi sayang nya. dirinya tidak mampu mempunyai ponsel. Itu bukan masalah berat baginya.
Zidan yang tadinya tersenyum, mulai berubah menjadi datar. Tiba tiba gadis itu didatangi seorang cowok yang terkenal bandel disekolahnya. Zidan melihat mereka berbincang merasakan sakit dihati nya, sekuat mungkin dia harus sadar diri.
"Woy, Dan." Tiba tiba Genta membuyarkan lamunan Zidan. "Eh."
"Ah eh ah eh. Ngelamun aja lo. Lo kenapa, ha?" tanya Genta dengan nada seperti biasanya keras, seakan akan mengajak orang bermusuhan.
"Enggak. Gue gapapa."
"Ck ketauan lo itu boong. Ini gue traktir, sebagai tanda permintaan maaf gue ke lo tadi," ucap Genta sambil memberikan makanan yang dia beli khusus untuk Zidan.
"Haduh gak usah. Lo gak perlu minta maaf juga kali. Biasa aja," kata Zidan.
"Udah terima aja. Mubazir nanti ini," paksa Genta agar Zidan mau menerima nya.
"Iya deh gue terima. Makasih ya." Genta menganggukan kepala.
oOo
Mungkin ceritanya agak membosankan ya.
Sorry, lagi buntu ide😑
Makasih ya guys untuk yang udah vote/komen. Sehat sehat selalu kalian❤See you.......
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS EDO
РазноеTak kusangka umurku yang hampir menginjak berkepala 4, bisa bisanya aku jatuh cinta kepada seorang gadis yang dimana gadis itu adalah guru privat putri ku. 🔞