2 hari telah berlalu. Hari ini, hari dimana Sylla akan menggapai cita citanya. Berkat Edo, dirinya sekarang bisa berdiri didepan gedung Universitas I*** H**** di Bandung yang begitu besar dari yang ia bayangkan. Dengan pakaian sederhana namun terlihat sopan Sylla tetap terlihat cantik seperti biasanya. Sylla menarik nafas dalam dalam, lalu dengan penuh semangat langkah kakinya berjalan masuk kedalam gedung tersebut. Didalamnya, terdapat mahasiswa mahasiswi yang berlalu lalang didalamnya. Mereka saling bertegur sapa, Sylla mencoba melakukan hal yang sama seperti mereka.
"Hai," sapa Sylla pada seorang mahasiswi dengan pakaian modis. Mahasiswi itu menatap Sylla dari atas sampai bawah. Lalu memberikan tatapan judesnya. "Ya?"
"Aku Sylla mahasiswi baru disini. Aku tidak tau dimana kelas kedokteran spesialis bedah 10B. Apa kamu bisa membantuku dimana kelasnya?"
"Aku sedang sibuk. Kau cari saja sendiri," jawab gadis itu dengan angkuh lalu melenggang pergi meninggalkan Sylla yang masih berdiri ditempat. Sylla menghela nafasnya, lalu dirinya berjalan untuk mencari dimana kelasnya.
"Itu cewe emang dasar nya murahan. Udah lah, Ve. Lo itu masih unggul dari pada lontenya si Arvin."
"Bener, tu. Mendingan lo cari lagi, yang lebih hot, dan lebih ke giniannya HAHAHHAHA."
Sylla melihat ada 4 gadis saling bercanda gurau. Mungkin dari salah satunya bisa membantu dirinya. Sylla berjalan mendekati mereka.
"Maaf mengganggu kalian sebentar. Namaku Sylla. Aku mahasiswi baru disini. Aku ingin mencari dimana kelasku, apa diantara kalian bisa membantuku?" tanya Sylla berharap diantara mereka ada yang bersedia. Entah apa yang salah dalam berpakaiannya, Sylla memakai pakaian seperti yang mereka kenakan tapi bedanya dia mengenakan rok panjang, sedangkan mereka memakai rok selutut yang terlihat modis.
Sylla menjadi tidak nyaman karena mereka melihatnya dari atas sampai bawah lalu menatap satu sama lain kemudian tertawa, kecuali satu gadis diantara mereka. Gadis itu diam menatap Sylla. "Liat penampilannya norak banget sumpah," bisik salah satu gadis diantara mereka.
"Maaf ya kita gak bisa. Kita mau ke ke kelas. Ayo guys." Sylla menatap mereka dengan wajah sedihnya. Tidak ada satupun yang mau membantunya. Ketika Sylla ingin pergi namun salah satu diantara gadis gadis itu mencegah nya. "Tungguh."
"Iya?"
"Ayo gue anterin," ujar gadis itu tapi temannya langsung mencegahnya.
"Mel, lo apa apaan sih. Udah gak usah dibantuin."
"Iya ih. Gak usah."
"Tapi guys gue kasian."
"Ck kebiasaan."
"Dia bisa minta bantuan yang lain. Ayo kita ke kelas keburu telat nanti." Gadis berambut pirang langsung menggeret tangan gadis itu agar tidak jadi membantu Sylla.
"Lo punya kaki kan? Cari aja sendiri sono. Bye anak kampung." Sylla menghela nafas mendengar itu, dia tidak boleh sedih. Dia harus mencari kelasnya secepat mungkin agar tidak tertinggal pelajaran.
Langkah kakinya menelusuri kelas kelas dan matanya membaca masing masing nama kelas yang terletak didinding. "Ini kelas psikologi. Dimana ya kelas ku."
Bugh
"Astaga sorry sorry. Gue gak sengaja," ucap seorang pemuda laki laki yang tak sengaja menabrak Sylla.
"Iya gapapa."
"Yaudah kalau gitu, gue cabut duluan ya." Ketika pemuda itu hendak pergi Sylla langsung menghentikannya.
"Tunggu. Boleh minta bantuan gak?"
"Bantuan apa?"
"Aku Sylla mahasiswi baru. Kamu tau gak kelas Kedokteran Spesialis Bedah 10B?" tanya Sylla.
"Tau tau. Ayo gue anterin."
"Makasih ya." ucap Sylla dengan tulus. Akhirnya ada orang yang mau membantunya.
"Iya sama sama. Oh ya kenalin gue Aldo, gue mahasiswa jurusan psikologi 11 A," kata Aldo sambil berjalan.
"Keren ya. Pasti kamu sering jadi curhatan temen temen kamu dulu. Makanya kamu pilih jurusan psikologi."
"HAHAHAHA gak juga. Sesuatu dimasa lalu membuat gue ingin ambil jurusan ini. Bagaimana dengan lo? Apa alasan lo ambil jurusan kedokteran?"
"Sama hal nya kaya kamu. Sesuatu dimasa lalu yang membuat aku ingin menjadi dokter. Aku ingin memberikan pelayanan gratis pada orang yang kurang mampu." Sylla langsung menyeka air matanya agar tidak menetes. Ingatan masa lalunya membuat nya ingin menangis. Dimana dulu ketika Zidan adiknya akan dilahirkan tetapi orang tuanya tidak memiliki biaya untuk menebus pelayanan. Ayahnya Sylla pontang panting mencari biaya operasi untuk sang istri agar Zidan dapat dilahirkan. Karena pada waktu itu, Rumini tidak dapat melahirkan secara normal karena kondisi bayinya waktu itu dalam keadaan sungsang. Maka dari itu, untuk menyelamatkan mereka berdua Kasim rela meminjam uang kepada orang lain.
"Puji Tuhan, semoga niat baikmu dikabulkan oleh Tuhan."
"Amin, Ya Allah," jawab Sylla.
"Kita sudah sampai. Ini kelas lo." Akhirnya yang Sylla tunggu tunggu, sampai juga, kini dirinya sudah berdiri didepan kelasnya. Sylla akhirnya bisa merasakan bagaimana menghirup suasana didalam kelasnya. Suasana kelas itu memang sedikit berisik karena belum ada dosen yang masuk.
"Terimakasih ya, Do. Aku gak tau lagi kalau gak ada kamu mungkin aku gak bisa cepet cepet kesini. Sekali lagi terimakasih," ujar Sylla sambil melemparkan senyuman manisnya.
"Iya sama sama. Gue balik duluan ya. Semoga sukses."
"Amin." Sylla menatap kepergian Aldo. Sesekali dia melambaikan tangan ke arah Sylla. Punggung Aldo mulai tidak terlihat, Sylla mulai masuk kedalam kelasnya.
***
Kelas sudah selesai. Mahasiswa mahasiswi mulai berhamburan keluar dalam gedung untuk menuju parkiran. Sylla membuka ponsel nya untuk menghubungi seseorang.
"Hallo, Pak. Sylla udah pulang, bapak jadi jemput Sylla kan?"
"Haduh, Nak. Maafin bapak. Hari ini bapak gak bisa jemput kamu. Bapak lagi dibengkel, ban mobilnya bocor. Maafin bapak ya, Nak."
"Iya, Pak. Gapapa. Aku kerumah Tuan Edo pake ojek kok. Sylla tutup telfon ya, Pak?"
"Iya, Nak. Hati hati."
Panggilan diputuskan. Sylla mencari ke kenan ke kiri tidak menemukan pangkalan ojek.
Brum brumm.....
Tiba tiba seorang cowok menghampiri Sylla dengan menaiki motor besarnya. "Eh Syl. Kok lo belum pulang?" tanya Aldo.
"Aku lagi nyari ojek tapi kok gak ada ya?"
"Ojek mah ada. Tapi lumayan jauh dari sini. Ayo gue anterin pulang."
"Eh terimakasih tapi gak usah," tolak Sylla halus.
"Udah ayo, gue anterin lo pulang. Ini udah mau petang loh," ucap Aldo. Memang benar sang surya mulai tenggelam, dan mulai akan memasuki waktu magrib. Sylla menganggukan kepalanya, lalu Aldo membantu Sylla naik ke atas motornya.
"Pegangan, Syl ntar jatuh loh," ujar Aldo diselingi candaan.
"Bisa aja kamu. Aku pegangan tas kamu aja deh."
"Yah.... Padahal gue ngarep lo pegangan pinggang gue. Ternyata tas gue yang pemenangnya."
"Udah ayo buruan jalan," kata Sylla.
"Siap, Bos." Edo mulai menyalakan mesin motornya dan langsung melintasi area jalanan.
oOo
See you guys.......
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS EDO
SonstigesTak kusangka umurku yang hampir menginjak berkepala 4, bisa bisanya aku jatuh cinta kepada seorang gadis yang dimana gadis itu adalah guru privat putri ku. 🔞