K A I - Joshua

12 5 1
                                    

MHIBH♡

☆☆☆


2 Bulan Kemudian.

"NA—" jeda Annisa yang hendak berteriak pada gadis berkerudung yang tengah duduk dari beberapa meter darinya, terkurung niatnya mengingat hubungan antara keduanya masih belum membaik.

Wajahnya mendadak murung, satu uluran tangan dari belakang menepuk bahunya. "Liatin apa lo?" tegurnya sampai terdengar suara hembusan nafas kasar dari perempuan di sebelahnya.

Matanya kembali menatap Kanaya yang kini sudah tak sendiri. "Gue, kangen Naya." ungkapnya lirih.

Gadis itu menatap iba pada Annisa. Tahu betul jika Annisa begitu dekat dengan Kanaya. Yang ia kini berikan hanya sebuah usapan lembut pada bahu Annisa sambil tersenyum.

"Kenapa ada yang jahat sampe ngefitnah gue." Annisa menoleh ke samping.

"Di dunia ini harus seimbang, ada daratan, ada lautan, ada yang jahat, pasti ada yang baik." ucapnya masih mengusap bahu Annisa. "Semangat terus cari buktinya, kalau perlu gue bantuin?"

Annisa bergeleng cepat. "Makasih, gue bisa sendiri."

"Okay, kalau butuh apa-apa kabarin gue aja."

"Iya,"

Ia membalikan tubuh Annisa dengan memegang kedua bahunya menuju kantin. Agar sepupunya ini tidak sedih lagi memikirkan jalan untuk mencari bukti-bukti itu.

☆☆☆


"Hai ..." suara itu membuyarkan lamunan Kanaya yang lagi menatap bunga kini beralih menatap pemuda asing yang masih berdiri di sampingnya.

Dahinya sedikit mengernyit. "Boleh ikut duduk di sini? Soalnya gak ada bangku lagi, kalau keberatan gapapa." ucapnya di akhiri senyuman.

Kanaya terus menatap wajah laki-laki itu, kenapa senyuman nya terlihat menggemaskan di mata Kanaya. Kedua mata pemuda itu ikut tersenyum jadi tak sadar Kanaya juga mengembangkan senyumnya.

"Duduk aja, gapapa kok. sebentar lagi gue mau pergi ini." lalu Kanaya sedikit bergeser ke kiri.

"Thanks ya." ucapnya ikut mendudukkan bokongnya di samping gadis itu.

"Anak baru?" lontar Kanaya jujur, karena dirinya sudah tak tahan menanyakan hal itu. Sebab, baru hari ini ia melihat lelaki itu di kampusnya terlebih lagi di fakultas Psikolog.

Dirinya tersenyum. "Iya, mohon bantuannya." Kanaya pun manggut-manggut setelah dapat jawaban yang ia mau. "Oiya, kenalin gue Joshua. Pindahan dari Los Angeles." lelaki itu mengulurkan tangannya.

"Nama gue, Kanaya." kata Kanaya tanpa balas jabatan tangan Joshua dan hanya sedikit membungkuk dengan tangan kanan simpan di dada.

Joshua menarik lagi tangannya dengan gugup. "O-oh, h-hai ..."

Wajah pemuda itu terlihat lucu ketika gugup, membuat Kanaya sedikit terkekeh semakin buat wajah Joshua merah. "Gue izin pergi duluan, ya. Abis ini mau ada kelas." usai pakai tas Kanaya melenggang pergi.

Joshua tersentak lupa minta nomor gadis itu, siapa tau mereka bisa jadi teman dekat, mungkin? Atau lebih pun Joshua tak masalah.

Dirinya jadi ikut pergi mengejar Kanaya yang sepertinya belum begitu jauh. Dan betul saja, perawakan Kanaya terlihat. Ia pun segera menghampiri nya yang kebetulan tadi gadis itu berhenti sebentar bersama teman nya.

"Kanaya ..."

"Iya ada apa?"

Melihat pemuda itu menggaruk tengkuknya, sejujurnya dia tengah mengatasi kegugupan akibat di tatap Kanaya dengan jarak dekat. Obsidian nya mencoba untuk menatap dalam kedua belah mata Kanaya yang cantik.

Dan buat pupil matanya membesar.

"Jos?" Kanaya melambaikan tangannya di hadapan lelaki itu.

"Ah, i-itu ... gini ... jadi gue mau ..."

"KANAYA, AYO MASUK KEBURU DOSEN DATENG." teriak salah satu temannya dari arah pintu kelas.

"Udah di panggil, gue masuk dulu. Siang Jos!"

"Siang, Nay."

Kemudian, Kanaya ke dalam kelasnya menyisakan Joshua diluar dengan perasaan sedih.

"Saingan baru?"

☆☆☆

JOSHUA, RIGHT HERE!!

Lets streaming DARUMDARIMDA

[1] MHIBH - END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang