K A I - Restaurants

39 8 0
                                    

MHIBH♡

☆☆☆

Seperti yang di katakan Ayah dan Ibunya. Kini gadis cantik itu tengah bersiap diri untuk ikut pergi bersama orang tua nya. Bertemu dengan rekan bisnis Ayah.

Melihat dirinya di pantulan cermin, Kanaya sangat bangga dengan style yang ia pakai hari ini, cukup dengan abaya berwarna coklat, kerudung pashmina senada, slingbag yang ikut senada. Dan juga, sedikit polesan make up yang tidak terlalu tebal.

"Ayo, Nak." Kanaya menoleh ke sumber suara dan mengulas senyuman ketika melihat sang Ibunda nya sudah rapi, dan cantik dari ambang pintu.

Demi memperbagus penampilan, Kanaya menyemprotkan parfum non akohol kesukaan nya juga mengambil ponsel di atas nakas kecil. Dan memakai plat shoes yang senada dengan warna baju yang ia pakai. Merasa sudah rapi dan wangi, segera ia keluar kamar dan mengunci pintu. Jikalau, ada maling yang masuk barang-barang nya akan aman.

"Wangi banget, anak Ibu."

Sepasang Anak dan Ibu itu menuruni tangga menyusul sang Ayah yang sedang memanaskan mobil di luar.

"Kalau bau, nanti Ibu sama Ayah malu. Punya anak bau."

"Kamu bisa aja." Fitri menutup pintu dan mengunci pintu. Kanaya menunggu Fitri selesai, kemudian. Menghampiri sang dambaan hatinya.

"Anak Ayah tumben rapi terus wangi, lagi."

Seketika senyum indah Kanaya luntur mendengar penuturan sang Ayah, "Jadi, selama ini aku tuh nggak rapi sama bau, ya. Yah?"

Hardi -ayah Kanaya- garuk belakang kepala. "Bukan gitu, Anak Ayah selalu rapi sama wangi dong, apalgi cantik kaya ibu nya."

Senyuman Kanaya kembali mengembang.

"Udah, ayo berangkat." semuanya masuk kedalam mobil, Hardi menyetir. Fitri di sampingnya, dan Kanaya di belakang sendiri. Nasib anak tunggal.

Kini mereka sudah sampai di salah satu restoran di jakarta.

"Bu, Nay, ke kamar mandi dulu, ya. Kebelet pipis."

"Iyaa," kata Fitri. Kanaya yang sudah tak tahan menahan diri untuk pergi ke kamar mandi segera lari mencari toilet wanita.

Hardi yang baru saja mengambil suatu barang di dalam mobil tidak melihat Kanaya di samping istrinya.

"Kanaya, kemana. Bu?"

"Ke toilet. Kebelet pipis, katanya."

Hardi manggut. Saat masuk matanya tersuguhkan oleh interior-interior yang terbuat dari kaca, sangat menampilkan ciri khas orang bangsawan. Hardi bertanya pada resepsionis yang berjaga.

"Meja atas nama bapak Haris. Dimana, ya. Kak?"

"Sebentar ya, Pak." di buka buku catatan pengunjung mencari nama Haris. "Ruangan VIP, mari saya antarkan."

Hardi mengangguk dan mempersilahkan resepsionis yang mengarahkan jalan. Sesekali Ibu menoleh ke belakang, mengecek Kanaya.

"Yah, Kanaya kok lama."

"Mungkin, bukan kebelet pipis doang. Dichat aja, kalau dia udah selesai nggak bingung jadinya," Fitri mengirim beberapa pesan pada Kanaya.

Kanaya yang baru saja keluar dari toilet mengecek ponsel nya melihat pesan dari Fitri.

Setelah membalas pesan dari Fitri, ia segera menuju ruangan VIP yang di katakan oleh ibunya.

"Pak, Tamu nya sudah datang." Keluarga dari rekan bisnis Hardi berdiri semua.

Pria bernama Haris itu menjabat tangan dengan Hardi. "Sudah lama tidak bertemu. Hardi,"

"Iyaa, betul sekali."

"Oh ya, silahkan duduk." Haris persilahkan Hardi dan Fitri duduk.

Haris dan Hardi adalah sahabat sejak kecil. Sekaligus Haris sebagai investor di perusahaan nya. Beberapa tahun silam, sudah tidak saling berkabar.

"Hardi, anak mu mana? Dia nggak ikut?" kata Haris.

"Permisi, maaf saya sedikit terlambat." Kanaya masuk ke dalam ruangan. Seluruh atensi yang di dalam tertuju padanya.

"Itu anak saya!"

Kanaya menghampiri meja yang di tempati Ayah dan Ibunya. "Maaf, Om Tante. Saya terlambat karena tadi ada panggilan alam. Ehㅡ" ia mengatup mulut nya pakai tangan.

Mengundang tawa Haris dan istrinya. Vernon? Entahlah, seperti sedang menikmati pemandangan di depan nya dengan berfigura seorang perempuan cantik.

"Maafkan saya, saya sedikit lancang."

"Tidak apa-apa." tutur Haris.

"Kamu inget sama om Haris dan tante Greysia. Nak?" kata Hardi. Kanaya coba mengingat.

"OH OM HARIS!!! aku kira siapa tadi, Masya Allah, ta barakallah banget om. Berumur bukan makin tua malah makin cakep!! ... ASTAGHFIRULLAH- ibu ... " Kanaya menutupi wajah nya menggunakan telapak tangan, dirinya sudah malu total dengan keluarga Haris.

Fitri sampai membuka mata nya lebar-lebar. Terkejut.

"Maaf om, tante. Kanaya beneran gak bermaksud gitu kok. Maaf banget, mau minta maaf yang sebesar-besarnya."

Melihat itu, justru Haris dan Greysia tertawa. Betapa lucu nya Kanaya saat meminta maaf dengan wajah merah muda.

"Sudah, sudah. Tidak apa-apa, ayo duduk."

Kanaya duduk di samping Fitri, sama dengan berhadapan dengan Vernon.

Pembahasan tentang bisnis hari ini semuanya lancar, tidak ada kendala dalam merangkai beberapa rencana. Keluarga Kanaya menghantarkan keluarga Haris sampai parkir an. Kanaya yang kebetulan jalan berdampingan dengan Vernon, di banjiri dengan beberapa pertanyaan membuatnya sedikit--risih.

"Kalau boleh tau, kuliah dimana?"

"Di Universitas Ganesha."

Vernon manggut, "Semester berapa?" tanyanya lagi.

"4"

"Udah kerja?"

Sungguh, dirinya sudah tidak nyaman berada di samping Vernon.

"Udah," jawab Kanaya seadanya dan sesikit cuek.

"Dimana?"

"Cafe OneDream."

"Ohh, em .. boleh minta nomornya nggak?" Vernon merasa canggung ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Boleh," pemuda itu meronggoh saku celana nya dan memberikan ponsel ber kamera tiga itu pada Kanaya.

Seusai mengetik nomor handphone. Kanaya kembalikan kembali.

"Gw misscall."

Ponsel Kanaya berdering. Langsung Vernon matikan sambungannya. Asik ngobrol berdua. Ah ralat, Kanaya tidak menikmati obralan nya sama sekali.

Mereka tertinggal oleh orang tuanya masing-masing. Keduanya berjalan cepat.

"Loh? Vernon kemana. Mih?" Haris tersadar Vernon tidak mengikuti nya.

"Loh iya, Kanaya juga mana. Bu?"

"Ibu ... Ay .. ah .. M .. aaf" Kanaya datang bersama Vernon di belakang. Nafas nya tersenggal-senggal.

Di saat Kanaya setengah berlari, Laki-laki itu hanya berjalan dengan santai sambil tangan nya ia masukan ke dalam saku celana.

"Kemana aja, Nak." tanya Fitri -ibu Kanaya-

"Cari angin dulu," jawab Kanaya.

"Yaudah. Vernon ayo pulang." Vernon menyalami tangan Fitri juga Hardi secara bergantian.

"Kami duluan," kata Haris.

"Iya, Siap. Hati-hati,"

☆☆☆

[1] MHIBH - END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang