K A I - No Way!

10 5 0
                                    

MHIBH♡

aku tau kalian org" baik yang masih stay di cerita ini yg gak seberapa, makasih udah mau baca juga .. dan, pasti kalian gak mungkin mau sia-sia in kebaikan itu buat gak pencet simbol ☆ di samping kiri hihi🙉❤

☆☆☆


"Assalamu'alaikum, cantik."

Gadis yang tengah melamun di trotoar terkejut tatkala Kai berjalan disampingnya dengan tas digendongannya, secara tiba-tiba.

Melirik sekejap lalu kembali jalan. "Wa'alaikum." jawab Kanaya sehingga wajah Kai berubah jadi masam.

"Yang bener dong jawabnya, masa gitu sih. Cantik?"

Kanaya sempat menghembuskan nafasnya. "Maksud kamu?"

"Jawab yang bener."

"Iya, Wa'alaikumusaalam." ulangnya bernada malas. Ingin Kai elus kepala gadis itu namun terburu Kanaya menghindar. Artinya, tidak mau.

Kai jadi kikuk sendiri dengan menarik lenganya, kini hanya menunjukkan senyumnya.

"Mau kemana?" tanya Kai masih terus jalan berdampingan.

"Ke Rumah Sayap."

"Ikut, boleh?"

Spontanitas Kanaya memberhentikan langkahnya. Ia masih menatap lurus, memperhatikan seorang perempuan dari arah berlawanan berjalan mendekat. Semakin terlihat perawakan dan wajahnya Kanaya melirik Kai sebentar.

"Kayaknya gak bisa." dalih Kanaya lalu kembali jalan.

"Kenapa?"

"KAI," teriak seorang perempuan yang jalan berlawanan arah dengan mereka. Gadis itu terkekeh kala Diana memeluk Kai.

"Selamat tinggal."

☆☆☆

"KAKAK!" seorang anak perempuan berlari kecil hampiri Kanaya yang duduk di bangku teras sambil bermain boneka dengan Caca, gadis berumur 4 tahun dipangkuannya.

"Kenapa, Zay?"

"Kaki kak Safira sakit. katanya, gak bisa jalan." ungkapnya buat Kanaya sedikit panik, lantas ia meninggalkan Caca pergi.

Melihat Safira terduduk di tanah langsung berjalan kearahnya dan menggendongnya di belakang punggung lalu mendudukkan nya di bangku tempat ia duduk.

"Wira!" teriak Kanaya ke dalam datangi laki-laki bernama Wira itu.

Laki-laki berapron hijau keluar dari arah dapur dengan spatula di tangannya. "Iya, Kak. ada apa?"

"Bisa ngurut, gak?"

"Enggak. emangnya siapa yang keseleo?"

"Safira," Wira terkejut.

Kanaya menghembuskan nafas gusar. Ia memijit dahinya. "Yaudah gapapa, kamu lanjut masak aja." lanjutnya pergi keluar kembali pada Safira.

"Sakit, Kak ..." rintihnya. Dengarnya semakin buat Kanaya kelimpungan mencari solusi, daerah ini jarang ada tukang urut jadi Kanaya bingung harus bawa kemana. Jika di bawa ke klinik kasian Safira yang punya trauma dengan yang berhubungan kedokteran.

"HEI!" teriak seseorang dari kejauhan di pagar. Dia tersenyum sambil melambaikan tangannya. Kanaya mengerutkan dahi dan menyipitkan kedua matanya.

"KANAYA."

Setelah dengar teriakan kedua kalinya baru sadar dia kenal dengan suara dan wajah laki-laki itu meski terhalang cahaya matahari. Laki-laki yang baru dikenalinya beberapa hari lalu.

Joshua.

Kanaya pun mendekat, senyum cerah di wajah Joshua terbit bersamaan saat perempuan itu tepat dihadapannya. "Hai ..." sapanya lagi.

"Kenapa?"

"Hm," Joshua masukan tangannya kesaku sweater abunya. "Abis jalan-jalan aja." sambungnya.

"Muka lo gak pegel senyum terus?" entah kenapa pertanyaan itu bisa terlontar dari mulut Kanaya. mungkin, merasa heran dengan Joshua yang selalu tersenyum.

Joshua bergeleng. "Buat apa pegel kalo kasih senyum buat orang manis?" hanya dengan kata-kata itu Kanaya tertawa.

"Abang!"

Kanaya terpekik berbalik kebelakang. Wira berlari kecil dan kini sudah berada di sisi Kanaya dengan menenteng tasnya.

"Kak, aku izin masuk kerja setengah hari ya. Fariza udah aku kabarin suruh masuk lebih awal." ucap Wira. Sebenarnya, Kanaya masih sedikit kaget karena situasi ini. Namun tetap ia angguki.

Joshua sendiri terkikik melihat mimik Kanaya tak seperti biasanya. "Makasih, ya. udah izinin adek gue balik lebih awal."

"I-Iya, gapapa."

"Oh iya, Kak! Safira masih sakit kakinya?" tanya Wira buat Kanaya terbelalak lupa pada gadis kecil yang masih terus merintih kesakitan.

"Untung kamu ingetin. Kakak samperin Safira dulu kalau kamu mau langsung pergi gapapa."

"O-oh oke, maaf Wira gak bisa bantu soalnya ada urusan ngedadak."

"Iya, hati-hati di jalan. Wir," dan Kanaya tinggalkan keduanya menuju Safira yang sempat terlupakan.

Joshua kini sudah beralih menatap Wira. "Kenapa sama yang namanya Safira?"

"Terkilir." bibirnya berbentuk lingkaran. Kemudian mereka pergi Joshua merangkul pundak Wira yang sebatas pundaknya sambil mengacak rambutnya.

"Apa sih, Bang. elah!"

"Kali ini gue gak akan kalah saing lagi."

☆☆☆

Aku pusing banget tubatu mau ngonser di indo lagi😭MANA AGUSTUS, DUH PARAH YA BIGHIT INI...

Adek Kai juga makin gentle, kalau taun skrg gak ikut ngonser bakal ngelewatin nyanyi lagu blue spring se stadion 😭

Mana skrg beli tiketnya sistem dynamics pricing, nahloh😭

*segini dulu sesi CCP (cuap-cuap penulis) nya❤. Jangan lupa 'Tap, Subrek, dan Dwaetgeul'

[1] MHIBH - END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang