K A I - Anak Jalanan

9 5 0
                                    

MHIBH♡

☆☆☆

Perasaan yang masih berkecamuk dibenak Kanaya sampai nyaris membuang nasi ke tong sampah jika Vernon tidak mencegahnya.

'Itu kenapa mau dibuang?' tanya Vernon yang menyekal lengan Kanaya.

"Gak ada yang mau makan." jawab Kanaya begitu lancar. Mendengarnya Vernon sudah meringis kecil.

"Gak baik juga buang-buang makanan, Nay. Diluar sana banyak yang kelaparan tapi kamu malah mau buang makan yang beralibi "Gak ada yang mau makan" .. "

"... Are you seriously? Kanaya yang gue kenal gak sejahat itu sama makanan." tutur Vernon langsung buat gadis itu tersadar atas perbuatan yang sekali lagi akan ceroboh.

Ia menatap nasi kuning buatannya. "Lo bener, gak harusnya gue mau ngebuang masakan ini hasil cape gue buat dengan gitu aja."

Vernon tersenyum. "Yaudah, gak usah jadi nyalahin diri sendiri. Sekarang lo tutup balik tuh kotak coba tawarin ke teman sekelas, kalau gada yang mau nanti pulang bareng gue, sekalian mau gue ajak kesuatu tempat yang bernilai tinggi."

Dan disini, Vernon mengajaknya ke trotoar jalan Kapten yang lumayan jauh dari Kampus. Banyak sekali anak-anak yang mengemis, ngamen, dan tidur di trotoar. Membuat hati Kanaya terenyuh melihatnya ingin meloloskan belir butiran bening namun ia tahan.

"Gimana?" tanya Vernon setelah melihat kondisi trotoar yang begitu mengayat hatinya.

Kanaya menoleh yang kemudian air yang sedari tadi dia simpan dipelupuk matanya kini jatuh kepipinya. "K-kalau satu kotak nasi doang mana cukup buat mereka." ucap Kanaya disela isakannya.

"Jadi?" Kanaya terdiam sejenak mencari ide.

"Ya beli nasi bungkus lah, ayo!" Kanaya menarik Vernon ke warteg.

"Bu, beli 7 bungkus lauknya Ikan goreng, Orek Tempe, Tahu, sama Telor balado. Samain semuanya ya. Bu,"

"Siap neng."

"Eh, gue ke minimarket dulu 'ya." ujar Vernon diangguki Kanaya. Ia menatap punggung Vernon sampai masuk kedalam minimarket disebrang sana.

"Neng, ini."

"Oh iya, jadi berapa Bu,"

"140 ribu." Kanaya mengasih uang pas.

"Teh tawarnya udah disatuin."

"Iya, terima kasih Bu."

"Sama-sama." lantas Kanaya keluar bersamaan dengan Vernon juga keluar dari minimarket yang terlihat membawa makanan kucing dan tisu.

"Udah 'kan?" tanya Vernon.

"Udah."

Kanaya dan Vernon menghampiri Anak-anak jalanan tersebut. Tetapi saat tinggal beberapa langkah lagi sampai Anak-anak berlari kearah mereka lalu memeluk Vernon.

"KAK CHEEE!!" seru mereka yang sudah masuk kedalam pelukan Vernon.

"Kak Che?" heran Kanaya melirik Vernon yang jongkok, tapi hanya dibalas senyuman.

"Kalian apa kabar." ujar Vernon.

"BAIK," serentak menjawab, Vernon pun tersenyum melihat Anak-anak itu kembali setelah lama ia tak menjenguk. Yang jadi special adalah ia membawa seseorang yang berarti di hidupnya datang menemui Anak jalanan yang cukup lama ia urus seorang diri.

"Kak Che gimana kabarnya," tanya balik salah satu anak.

"Kabar baik."

"Kakak bawa siapa, pacar nya 'ya." olok seorang gadis kecil.

"CIEEEEE." Kanaya terkekeh melihat anak itu sudah mengerti pacaran, ia pun menoleh pada Vernon yang kupingnya sudah merah.

"Bukan, bukan. Ini temen Kakak namanya Kak Kanaya."

"Hai semua," sapa Kanaya.

"Hai Kakak cantik!" jawab semuanya antusias.

"Temen apa Demen." sahut Anak laki-laki yang mungkin sekitar umur 12 tahun. Dia tubuhnya sangat kurus tapi memiliki wajah yang tampan. Sangat disayangkan, mungkin jika dia adalah adik Kanaya mungkin akan sangat gemuk karena Ibunya sangat menginginkan anak laki-laki.

"Kalian ini masih kecil udah tau pacar-pacaran!" terdengar gelak tawa mereka memenuhi pinggiran jalan dan menjadi pusat perhatian dari orang-orang.

"Ayo ke taman aja." ajak Vernon pada semua Anak-anak, Kanaya hanya ngikut saja.

Sesampainya disebuah taman yang begitu sepi tapi ada satu bangku panjang besi di tengah-tengah. Mereka pun duduk diatas rumput-rumput kecil secara melingkar.

Dan Kanaya bagikan nasi bungkus dan airnya. Melihat wajah-wajah senang buat Kanaya tersenyum semakin lebar. Vernon kembali dan duduk disebelah Kanaya setelah berikan makanan juga pada kucing jalanan.

"Waahh,," ucap mereka setelah buka nasi bungkusnya. Tak sengaja pun Kanaya dan Vernon reflek saling menatap dengan lengkungan kurva diwajahnya masing-masing.

Anak laki-laki tadi menepis tangan teman perempuannya. "Udah cuci tangan belom." ujarnya. Gadis itu geleng.

"Semuanya cuci tangan dulu," intruksi dari Vernon mereka pun cuci tangan di air keran rumah warga dengan izin pemiliknya. Kemudian kembali duduk.

"Jangan dulu, baca doa dulu!" lagi-lagi Anak laki-laki itu menepis tangan temannya, kali ini laki-laki yang lebih muda darinya mungkin 9 tahun.

"Inget ya, cuci tangan dan berdoa sebelum ma—" tutur dan gerak tangan Vernon diikuti semuanya.

"MAKAN!"

"Doa nya apa hayo, coba Raisa pimpin." mata gadis yang awal ditepis tangannya itu berbinar dan bersemangat setelah Vernon menyuruhnya mimpin doa makan.

"Allahuma barllik lana' fii ma rozakhtana wa kiina adzabannar."

"AAMIIN" semuanya makan dengan lahap. Ia lupa tidak membeli makanan untuknya dan Vernon.

"Lah, lo gak makan?" tanya Vernon.

"Enggak, maaf gue gak beli lebih jadi kita gak bisa makan bareng."

"Gapapa kali,"

"Anyway, kenapa tadi lo pake gerakan tangan juga?"

"Lo liat anak laki-laki yang pake baju putih tuh," Kanaya mengikuti arah tatapan Vernon, Nah. Anak ini yang sedari tadi Kanaya perhatikan tidak bicara sama sekali.

"Liat, kenapa?"

"Dia punya ke istimewaan gak bisa ngomong."

"Maksud lo, bisu?"

"Iya! Dari awal gue ketemu dia sama mereka semua. Dia gak bisa ngomong."

"Jadi ... "

"Apanya yang jadi?"

"Ceritanya!"

Vernon terkekeh. "Dia diasingkan sama orangtuanya karena keterbatasan yang dia punya"

"Jahat banget." Kanaya menatap iba pada anak itu yang ikut tertawa bersama teman-teman nya disela makan namun ia tidak bisa mengutaran apa yang ingin dia sampaikan.

"Namanya juga hidup, kalau bukan kita yang kejam, Dunia yang kejam." kata Vernon begitu dalam sambil menatap langit cerah.

"Ah iya! Gue kan punya nasi kuning." Kanaya mengeluarkan kotak itu didalam tasnya.

"Buat lo aja," ucapnya lalu menyodorkan kotak itu pada Vernon.

"Beneran?"

"Iya,"

"Thanks ya."

☆☆☆

[1] MHIBH - END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang