K A I - Hurt

7 5 0
                                    

MHIBH♡

Cerita ini gak akan lama lagi bnran ending dan selesai revisi!!!! Mungkin selesai di 44/45 part(?)

☆☆☆


Hari demi hari hubungan Kai dan Kanaya semakin membaik. Masing-masing dari keluarga menyambut berita itu dengan bahagia.

Sampai buat gadis itu masih terus mempertahankan senyumnya sejak pagi. Bahkan Joshua sendiri tergelitik melihatnya.

"Senyum mulu dari tadi, pegel napa!"

Kanaya hanya tersenyum menanggapinya lalu makan mie lagi. "Jangan gila, lo belum dapet tittle S. Psi." celetuk Joshua.

"Emang udah gila kali." jawab Kanaya. Omong-omong gila, dia jadi ingat saat kemarin lusa Kai mencoba melamarnya di hadapan Hardi dan Fitri. Karena terbayang tak sadar kekehan kecil lolos dari mulutnya.

"Jadi pasien pertama gue, yuk. Lo beneran gila kayanya."

"Ayo tolong dong, Dok. Perasaan saya lagi gak karuan." ucapan Kanaya menarik Joshua untuk tanya lagi.

"Ada yang ganggu pikiran lo?" Joshua mencondongkan tubuhnya sedikit mengecek suhu tubuh gadis itu.

"Banyak!"

"Lo stres?"

"Iya."

Joshua langsung menarik lengan Kanaya, karena tarikan laki-laki itu sedikit menuntut si empu pun mengikuti. Dia menatap Joshua heran.

"Mau bawa gue kemana?"

"Lo lagi banyak pikiran, mau gue ajak konsultasi ke tempat Psikolog." ujarnya. Kanaya pun tertawa di belakang dan menghentikan langkahnya.

Pemuda itu kebingungan. "Lo kira gue gila?" katanya lanjut tertawa kali ini seraya memegang perutnya dan menutup mulutnya.

"Tadi lo bilang lagi stres, tandanya banyak pikiran. Calon psikolog jangan kebanyakan mikirin yang jelek-jelek!"

"Fine ... " Kanaya berhenti kini beralih menatap Joshua. "Banyak pikiran bukan berarti itu sifat yang negatif. Gue lagi bahagia, Josh. Akhirnya gue di lamar!"

Joshua melebarkan mata sipitnya. "Di lamar sama siapa?"

"Saya."

Kai datang dari belakang. Kanaya menampik senyumnya dan melingkarkan tangannya pada lengan Kai. Joshua perlahan tersenyum. Coba untuk terlihat bahagia meski hatinya sakit.

"Congratulations." ujarnya.

"Thanks, Josh." Joshua mengangguk. Kanaya menyodorkan kartu undangan dengan desain yang begitu elegan dan mewah itu Joshua ambil. Melihat nama Kanaya dan laki-laki itu tercetak jelas semakin menciut kan nyalinya.

"Gue gak janji bisa dateng atau enggak."

"Pasti bisa dong." Kanaya melirik Kai. "Kamu gak keberatan 'kan aku undang Joshua?"

Pemuda itu tersenyum sambil mengusap tangan Kanaya. "Enggak. Datanglah, karena orang yang kami undang sangat berharga kedatangannya." ucapnya beralih pada Joshua. Meski awalnya Kai tidak suka pada lelaki itu tapi sekarang dia hilangkan.

Karena bagaimana pun juga dia adalah teman Kanaya. Lagi-lagi Joshua tanggapi dengan senyuman.

"Gue pergi duluan, ada kelas bentar lagi. Nay, Long last buat kalian." Kanaya mengangguk, kemudian Joshua pergi dengan perasaan sedih dan kecewa.

"Okay, sekarang kita kemana Tuan Putri?"

"My heart."

Kai tarik hidung si gadis gemas. "Udah dari lama kali. Ayah udah dapet orang tenda?" Kanaya terkekeh lalu bergeleng.

"Ayah gak mau yang deket. Suka jelek."

"Oh, cari ke daerah Bogor 'yuk."

"Dengan senang hati Pangeran." kemudian keduanya jalan sambil tertawa geli.

"Alay."

☆☆☆

Dikit dikit aja lah, capek mikir juga udah mau selesai juga masa iya masih ttp panjang"

Pegel mata kalian wkkw

[1] MHIBH - END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang