21. Membantu Paman Mendapatkan Ayah (1)

1.4K 145 8
                                    

"Hoaaahm.. Selamat pagi."

Kantong sampah di tangan Jaejong terjatuh ketika mendengar seseorang menyapanya begitu membuka pintu rumah.

"Apa yang kau lakukan di sini?!"
Tanya Jaejong kepada Yunho yang sedang meregangkan tubuhnya.

"Aku tinggal di sini. Eh. Sebentar."

Yunho masuk ke dalam kemudian keluar lagi dengan membawa sebuah kantong sampah.

"Bisa tolong buang punyaku sekalian? Aku---"

BUK!
Jaejong mengayunkan kantong sampahnya ke selangkangan Yunho sambil berjalan pincang melewatinya. Andai saja yang dibawanya bukan sampah, mungkin kantong itu sudah melayang ke wajahnya.

"Ouch~ Kuanggap itu sebagai sebuah ajakan."
Yunho kemudian mengikuti Jaejong dari belakang. Dia belum tahu harus membuang sampah di mana.

"Kenapa tinggal di sini."
Tanya Jaejong dingin.

"Ahahaha sewa kamar di sini ternyata lebih murah, jadi aku pindah sekalian."

Alis Jaejong berkedut sambil melemparkan kantong sampahnya ke bak sampah kolektif. Pindah? Ke sebelah kamarnya?? Oh yang benar saja! Jaejong sudah hampir lega ketika keluar dari rumah sakit kemarin. Dia tidak akan lagi bertemu Yunho setiap hari. Changmin tidak akan lagi dicuri hatinya. Tapi sekarang---- Jaejong benar-benar ingin melempar sesuatu ke deretan gigi itu. Bagaimana cara mengintimidasinya supaya berhenti tersenyum!

Jaejong berjalan kembai ke kamarnya mengabaikan Yunho yang masih membuntuti di belakang. Dia cemberut memikirkan nasibnya. Kalau sampai Changmin tahu, dia pasti akan menempel terus pada Yunho. Dan----

"Ayah, aku seperti mendengar suara Paman?"
Kepala Changmin langsung menyembul keluar ketika Jaejong membuka pintu rumahnya.

"Hai."
Sapa Yunho pada Changmin.

"Paman! Kau benar-benar di sini!"
Changmin langsung keluar untuk memeluk Yunho.

"Hahaha iya, Paman tinggal di sebelah rumahmu sekarang."

Changmin sangat gembira. Jaejong hanya bisa tertunduk lesu ketika Changmin dengan mudahnya menggeret Yunho masuk ke dalam rumah mereka untuk sarapan bersama.

"Aaah kenyang sekali. Terima kasih makanannya."
Yunho mengangguk kepada Jaejong setelah menghabiskan sepiring nasi omeletnya tanpa rasa malu.

"Changmin, Paman tidak datang untuk bermain denganmu, dia harus segera berangkat kerja."
Kata Jaejong sambil mencuci piring. Jika Yunho bisa masuk ke dalam rumahnya lewat Changmin, Jaejong juga bisa mengusirnya keluar lewat Changmin.

"Changmin, apa yang ingin kau makan nanti malam? Paman akan berbelanja sepulang kerja, kita bisa pst pst pat pst pst pst pat pst"
Yunho dan Changmin saling berbisik di belakang Jaejong.

Bagus sekali, sekarang Yunho akan menjadikannya koki pribadi lagi seperti sebelumnya. Jaejong mengumpat dalam hati sambil memijit kening melihat kedua orang itu berbisik seolah-olah Jaejong tidak mendengarnya.

"Aaaaa hujaaan hujaaan!"
Changmin berteriak gembira ketika cipratan air mengenai wajahnya.

"Ayo mandi mandi mandi! Paman juga harus mandi di rumahnya untuk siap-siap bekerja."
Kata Jaejong sambil menciprat-cipratkan sedikit air ke arah Changmin dan Yunho yang masih terlihat asik berdua. Dia menekankan kata rumah kepada Yunho supaya dia ingat kalau sudah diusir keluar secara halus.

"Ahahaha benar, Paman harus segera pulang. Sampai jumpa nanti."

Yunho segera keluar dari rumah Jaejong. Dia masih terus tersenyum bahkan hingga dia berangkat kerja dengan mengayuh sepedanya. Bodyguard itu sudah tidak lagi Yunho sewa untuk menjaga Jaejong dan Changmin. Akan terlalu mencolok jika ada seseorang yang terus menguntit Jajeong setiap hari. Jaejong pasti marah jika mengetahuinya. Dan lagi Jaejong belum bisa bekerja dan pergi jauh sendirian dengan kaki bergips. Jadi Yunho memutuskan untuk menjaga sendiri kedua orang itu. Dia akan memastikan semua kebutuhan mereka terpenuhi paling tidak sampai Jaejong pulih. Ah.. Dia bahkan rela tinggal disitu selamanya jika Jaejong mengijinkan.

Get You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang