04. Pertama Kalinya

1.5K 165 4
                                    

Keesokan harinya, akhirnya Yunho bisa bangun lebih pagi, tapi bukan untuk membeli bekal. Dia segera mengayuh kencang ke rumah Jaejong. Dia sudah berjanji akan menjemputnya hari ini. Changmin dan Jaejong pasti sudah menunggu.

Changmin berkali-kali menjulurkan leher ke kanan dan ke kiri untuk melihat apakah sepeda Pamannya sudah datang.

"Lama-lama kau akan jadi kura-kura kalau seperti itu terus."

"Ayah, mana mungkin orang bisa berubah jadi kura-kura."
Changmin menjawab sambil terus menjulurkan lehernya tidak sabar.

"Kalau begitu jerapah."

Kring. Kring.

Bel sepeda terdengar. Changmin menyapa girang. Dia segera melompat naik ke depan sepeda tanpa diminta. Jaejong perlahan duduk di belakang. Yunho segera mengayuh agar mereka tidak terlambat. Mereka menurunkan Changmin dulu di sekolah lalu menuju pabrik. Yunho terengah-engah ketika melewati jalan menanjak di depan pabrik. Dia sampai harus mengayuh sambil berdiri supaya roda sepeda terus bergulir.

"Turunkan aku. Aku bisa berjalan dari sini."

"Ck. Kau meremehkanku? Diam saja di sana. Aku kuat."

Jaejong memutar malas bola matanya. Dia sangat malas kalau harus berdebat dengan orang keras kepala itu, jadi Jaejong membiarkannya kehabisan napas karena membawa beban berlipat di tiap kayuhannya.

Yunho menurunkan Jaejong di depan mesin absen lalu memarkir sepedanya. Yunho mengintip Jaejong dari balik tembok parkiran. Bagus, Jaejong sudah masuk. Haaaah! Yunho langsung terbaring menggelepar di tanah. Kakinya lemas seperti jeli setelah menaiki tanjakan tadi. Dia benar-benar perlu melatih ototnya setelah ini.

5 menit sebelum bel Yunho bangun lagi kemudian melakukan absen masuk. Jaejong tidak mau beristirahat di rumah, padahal dokter klinik sudah memberinya ijin istirahat 3 hari, tapi Jaejong tetap bersikeras masuk. Yunho tahu luka-luka Jaejong masih sakit, gerakannya lebih lambat dari biasanya, jadi Yunho berusaha bekerja lebih banyak untuk menutup kekurangan Jaejong. Hanya kali ini saja, sampai lukanya sembuh, batin Yunho. Dia masih membenci Jaejong. Dia melakukan ini semua hanya untuk membalas budi.

"Ck. Lepaskan. Aku saja."
Yunho menepis tangan Jaejong yang hendak mengangkat kardus ke pallet.

Jaejong menatap dingin, tapi Yunho mengabaikannya. Hanya sampai lukanya sembuh, hanya sampai lukanya sembuh. Berkali-kali Yunho mengulang kata itu untuk menyemangati dirinya sendiri, karena pekerjaannya hari ini sangat.......haaaah.....melelahkan. Yunho sudah bercucuran keringat. Dia seperti orang yang lupa membawa handuk ketika mandi. Berkali-kali dia mengelap keringat dengan lengan bajunya. Bolak balik menggotong kardus berat ternyata bisa dengan mudah memeras keringat.

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Yunho segera mendudukkan pantatnya di lantai. Sementara Jaejong masih memasukkan ikan-ikan beku ke dalam plastik menyelesaikan target mereka hari ini.

Yunho melihat Jaejong.
"Kau tidak istirahat?"

"Sebentar lagi. Sampai target kita tercapai. Aku tidak ingin gajiku berkurang."

Yunho berdecak kesal kemudian bangkit berdiri lagi memasukkan kemasan ikan beku itu ke dalam kardus. Jaejong tertegun melihat Yunho mengabaikan bel istirahat itu. Biasanya Yunho akan langsung melenggang pergi meninggalkannya.

"Sudah selesai! Ayo cepat pergi dari sini! Aku lelah!"

"Kau bisa meninggalkanku seperti biasanya."
Jaejong berkata sambil lalu. Dia masih memasukkan ikan ke dalam plastik.

Get You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang