"Yunho, aku berubah pikiran, tidak perlu ke dokter, ayo pulang."
Jaejong berbalik melangkahkan kakinya ketika sudah berada di depan pintu ruang periksa dokter.
"Ibu, ayo periksa!"
"Jaejong, ayolah, kita sudah sampai di sini, kami menemanimu. Hanya penjadwalan operasi, tidak akan lama."
Changmin dan Yunho masing-masih menarik tangan Jaejong yang berusaha kabur, membujuknya agar mau masuk ke ruang periksa.
"Aku tidak mau di operasi. Biarkan saja seperti ini, tidak apa-apa, akan sembuh sendiri. Lepaskan, aku mau pulang."
"Baik, ayo pulang. Akan kupanggil dokternya ke rumah."
Jaejong menunduk mematung di tempatnya. Tidak tahu harus ke mana lagi, karena Yunho berhasil membuatnya tidak punya tempat untuk melarikan diri. Yunho mendekat dan mengintip wajah yang tertunduk itu. Wajah Jaejong sangat pucat. Yunho kemudian memeluknya.
"Kenapa sangat takut dioperasi? Kau sudah pernah dioperasi sebelumnya saat memasang pen dulu. Apa bedanya?"
"Dulu aku tidak sadarkan diri.."
Yunho mengehela napas.
"Apa yang membuatmu takut?"Jaejong mengambil waktu agak lama untuk akhirnya menjawab dengan suara tercekat.
"....Orang tuaku.. Mereka tidak kembali setelah masuk ruang operasi.. "Yunho baru ingat.. Kedua orang tua Jaejong dulu mengalami kecelakaan, sebuah mobil menabrak mereka saat sedang menyebrang jalan, mereka sempat dibawa ke rumah sakit, pada dokter sudah mencoba melakukan yang terbaik untuk menangani cideranya, tapi keduanya menghembuskan napas terakhir di ruang operasi. Sekarang Yunho mengerti kenapa Jaejong sangat takut.. Jaejong masih trauma melihat orang-orang yang dicintainya meninggal di ruang operasi.. Mungkin dia takut berakhir seperti itu..
"...Aku mengerti.. Jangan menangis, jangan menangis.."
Yunho menenangkan Jaejong yang terdengar seperti akan menangis."....."
"Bagaimana kalau aku menemanimu selama operasi? Aku akan jadi orang pertama yang kau lihat ketika terbangun dari bius."
Jaejong menggeleng.
"Jaejong, kau akan cacat seumur hidup kalau tidak dioperasi.. kau bisa selamanya pincang.. Hanya operasi kecil, tidak akan lama, akan kutemani, aku berjanji, tidak akan terjadi apa-apa padamu.."
Jaejong masih menggeleng. Yunho terus memutar otaknya untuk membujuk Jaejong. Apa dia harus menjebaknya lagi supaya berhasil mengobatinya?
"Bagaimana kalau operasinya tidak di ruang operasi, kau mau?"
Jaejong terdiam memikirkan tawaran Yunho yang nampak tidak masuk akan itu. Jaejong tahu Yunho mungkin hanya membodohinya supaya mau operasi.
"Lalu di mana.."
"Di mana saja yang kau inginkan."
Yunho tersenyum. Jaejong mengambil umpannya."...."
"Bagaimana kalau di area taman belakang rumah sakit, ada kebun bunga di situ, bunga-bunganya sedang memar."
"Omong kosong, mana bisa. Jangan membodohiku."
"Kalau bisa apakah kau mau?"
.
.
.
.
.
"Mn.."
.
.
.
.
.
"Baiklah, akan kutanyakan ke dokter apakah itu memungkinkan."
Yunho kemudian masuk ke ruang periksa.Yah tentu saja itu tidak mungkin. Itu hanya akal-akalan Yunho. Operasi Jaejong akan menggunakan bius total, selama Jaejong tidak melihat dia dibawa masuk ruang operasi maka dia akan percaya kalau operasinya dilakukan di tempat lain. Hanya perlu membiusnya di suatu tempat yang dia sukai. Yunho kemudian menemui dokter untuk mengajaknya berkolaborasi membujuk Jaejong dengan trik itu. Dokter memahami kondisi psikis Jaejong, jadi dia tidak keberatan dengan cara Yunho.
Jaejong akhirnya setuju, meskipun masih agak ragu. Yunho kemudian memboking ruangan khusus di dekat taman bunga dengan jendela kaca besar. Jaejong bisa melihat pemandangan indah dari sana.
---------------
Hari H operasi.
"Kau membohongiku kan?"
Tanya Jaejong sambil bersandar di lengan Yunho.Jaejong sudah menggunakan baju pasien, duduk di ranjang bersama Yunho, menatap jendela kaca yang menampilkan pemandangan kebun bunga yang bermekaran. Selang infus sudah terpasang di tangannya untuk persiapan operasi.
"Membohongi apa?"
Yunho pura-pura bodoh."Aku akan dibawa ke ruang operasi.."
Yunho menepuk tangan Jaejong.
"Tidak. Akan disini dari awal sampai akhir. Aku akan menemanimu, jangan khawatir. Akan cepat, bahkan kau mungkin tidak akan sadar jika operasinya sudah selesai. Apa yang kau inginkan ketika setelah operasi nanti? Aku akan menyiapkannya untukmu. Kau ingin makan sesuatu? ... ... ... ....""....Yunho... jangan tinggalkan aku... Aku... mengantuk..."
Suara Yunho yang terus mengoceh sayup-sayup terdengar oleh Jaejong, semakin sayup, sampai tidak lagi terdengar dan badannya lemas.Yunho langsung menangkap tubuh Jaejong yang sudah terbius. Obat bius sudah dimasukkan ke dalam infusnya, sehingga Jaejong tidak sadar jika operasinya akan segera dimulai. Dokter dan perawat segera datang dan membawa Jaejong ke ruang operasi.
---------
"Ngh..."
Jaejong melenguh ketika baru saja mendapatkan lagi kesadarannya. Badannya menggigil."Aku di sini Jae.. Aku di sini.. kau kedinginan?"
Jaejong mengangguk lemah. Yunho langsung membungkusnya dengan beberapa lapis selimut yang sudah disiapkan oleh perawat sebelumnya.
"Ngh... Sakit.."
Nampaknya efek biusnya sudah habis. Yunho segera memencet tombol untuk memanggil dokter.Dokter dan perawat segera datang untuk memeriksa kondisi Jaejong dan memberinya obat pereda nyeri. Jajeong sudah tenang sekarang. Dia sudah dipindahkan ke kamar rawat yang nyaman. Changmin juga ada di sana menunggu ibunya terbangun.
"...Idiot.. kau menjebakku.."
Jaejong mengeluh lemah ketika telah mendapatkan lagi kesadarannya. Berusaha meremat tangan Yunho untuk memberinya hukuman, tapi percuma karena semua ototnya masih lemas.Yunho mengecup jemari Jaejong.
"Aku tidak menjebakmu, aku hanya lupa memberitahu kalau obat biusnya sudah dimasukkan ke dalam infus, hehe.."==================
KAMU SEDANG MEMBACA
Get You Again
FanfictionYunho bertemu seseorang dengan cara yang buruk, menikah dengan cara yang buruk, dan berpisah dengan cara yang buruk. Bertahun-tahun kemudian, secara tidak sengaja Yunho dipertemukan lagi dengan orang yang telah meninggalkannya itu, orang yang telah...