06. Gadis Yang Terlupakan

1.3K 151 1
                                    

"Ayah, untuk siapa bekal yang satu lagi?"
Tanya Changmin ketika melihat ayahnya menata makanan di kotak bekal kedua. Biasanya ayahnya hanya membuat satu kotak bekal untuk makan siang Changmin.

"Untuk bahan bakar kendaraan kita."

Seperti sebelumnya, pagi itu Yunho menjemput Jaejong dan Changmin. Mengantar Changmin lalu ke pabrik bersama Jaejong.

"Berapa kali harus kubilang, pegangan yang benar! Aku limbung kalau kau sering bergerak!"
Lagi-lagi Yunho memarahi Jaejong karena tidak mau berpegang pada perutnya. Jaejong menghela napas lalu dengan enggan melingkarkan lengannya.

Yunho menurunkan Jaejong di tempat biasa. Tapi sebelum pergi, Jaejong menahannya lalu mengulurkan sesuatu.

"Makan kalau suka. Kembalikan kalau tidak suka, jangan dibuang. Terserah mau kau makan untuk sarapan atau makan siang."

Jaejong pergi setelahnya. Yunho mengintip kantong yang diberikan Jaejong. Sebuah kotak bekal. Yunho membuka isinya. Nasi lembek dan lauk pauk sederhana. Tanpa sadar Yunho tersenyum kecil. Dia memutuskan untuk segera memakan bekal itu sebelum mulai kerja. Tenanganya sudah banyan terkuras untuk menaiki tanjakan tadi, dan dia butuh tenanga ekstra untuk angkat berat sebentar lagi. Dengan cepat Yunho mengahabiskan bekalnya lalu bersiap di konveyor.

Pak Nam memasangkannya lagi dengan Jaejong karena megetahui Jaejong masuk kerja hari ini. Meskipun performa kerja Jajeong berkurang karena masih sakit, tapi Yunho mengakui kalau bekerja dengan Jaejong memang tidak seberat jika berpasangan dengan orang lain. Ah untung saja Jajeong sudah masuk. Yunho diam-diam bersyukur dalam hati.

Jam istirahat tiba. Yunho mengelap peluhnya sebelum meninggalkan line. Tiba-tiba sesuatu yang harum menutupi wajahnya.

"Lap dengan itu. Kembalikan nanti. Kau bau amis."
Kata Jajeong sambil lalu.

Yunho berdecak kesal lalu mengusap wajah dan lehernya menggunakan handuk kecil yang dilemparkan oleh Jaejong. Itu wangi, jadi Yunho tahu kalau handuk itu bersih dan tidak ragu menggunakannya. Hari itu tidak terasa berat sama sekali bagi Yunho, karena perutnya kenyang. Yunho pulang seperti biasa. Menjemput Changmin, mengantar Jaejong dan Changmin pulang, lalu pulang sendiri ke rumahnya. Yunho sudah mulai terbiasa dengan rutinitasnya yang seperti itu, dia mulai menikmatinya. Jam biologisnya menjadi teratur sejak bekerja di pabrik. Yunho terlelap dengan cepat malam itu.

-------------

Matahari sudah agak tinggi. Yunho membuka mata dan mengerjap karena silau. Seberkas cahaya menerobos masuk melalui jendelanya kamarnya. Yunho bangun dengan buru-buru lalu melihat jam di handphonenya. Jam 9 ?! Sial dia kesiangan! Kenapa alarmnya tidak menyala! Yunho berlari ke kamar mandi untuk mandi. Tapi baru selangkah pergi, Yunho teringat sesuatu. Yunho memeriksa lagi tanggal dan hari di handphonenya, benar-benar akhir pekan, dia libur.. Yunho melempar lagi badannya ke ranjang. Dia bermaksud untuk tidur lagi dan bangun siang. Tapi sepertinya ada sesuatu yang terlupakan. Apa? Apa? Apa??Apa???! Yunho mengingat-ingat sambil tetap memejamkan mata di bawah bantal.

Ara.

Ah..benar Ara.. Yunho sudah menbuat janji dengan Ara untuk bertemu akhir pekan ini. Malas sekali, padahal dia ingin istirahat. Yunho memeriksa notifikasinya. Beberapa pesan singkat datang dari Ara sejak semalam, taoi Yunho belum membukanya, menyakan dimana jam berapa dan bagaimana mereka akan bertemu hari ini. Yunho mengetik beberapa kata lalu melemparkan handphonenya. Dia pergi tidur lagi. Yunho akan bertemu dengan Ara nanti siang di sebuah kafe kecil.

Yunho mengayuh sepedanya santai ke sebuah kafe. Dia bisa melihat dari jendela kaca kafe kalau Ara sudah menunggunya di dalam. Yunho masuk tanpa terburu-buru. Mereka saling menyapa lalu makan siang di sana. Yunho kemudian mengajak Ara untuk memboncengnya. Yunho berencana membawa Ara pulang untuk melihat kondisi kamar sewanya agar Ara percaya dengan kehidupan miskinnya.

Dengan ragu-ragu Ara menerima tawaran Yunho. Dia belum pernah membonceng sepeda sebelumnya. Ara membetulkan posisi tas di bahunya lalu naik ke boncengan belakang sepeda. Yunho langsung mengayuh begitu merasa Ara sudah duduk. Ara segera melingkarkan lengannya di perut Yunho untuk berpegangan karena takut jatuh.

"Ara, lepaskan tanganmu. Pegangan di dudukanku saja. Aku tidak nyaman dipegang oleh orang lain."

"Oh.. i..iya, baik, maafkan aku.."
Ara segera melepaskan pegangannya lalu meremat dudukan Yunho. Ara berdebar karena sepeda Yunho sering bergoyang.

"Ck. Kenapa kau berat sekali. Turun dulu. Aku tidak kuat."
Yunho menyuruh Ara turun ketika melewati tanjakan.

Ara mau tidak mau menurutinya, karena laju sepeda Yunho memang menjadi sangat pelan dan hampir berhenti saat memboncengnya melewati tanjakan. Yunho mengayuh sepedanya sampai di puncak tanjakan lalu berhenti untuk menunggu Ara sampai. Yunho membonceng Ara lagi setelahnya. Ara mengusap keringat di dahinya dengan sangat anggun. Berharap riasannya tidak ikut terhapus. Berjalan di tanjakan cukup melelahkan baginya.

Mereka akhirnya tiba di rumah sewa Yunho. Ara agak terkejut, tidak yakin jika Yunho benar-benar tinggal di sana. Itu adalab sebuah bangun susun yang terlihat e...kumuh baginya. Banyak kamar yang menggantung handuk dan jemuran mereka sembarangan. Lalu terlihat juda beberapa penghuni bersantai di balkon sambil bertelanjang dada dan merokok. Yunho mengajak Ara masuk, tapi Ara tidak bergeming. Ntah kenapa kakinya enggan melangkah. Akhirnya Ara menolam dan berkata bahwa dia memiliki janji dengan keluarganya setelah ini, jadi dia harus segera pergi.

Yunho tersenyum. Dia berhasil. Ara tidak menyukai kehidupan miskinnya. Ah..dia harus memuji Eunwoo nanti karena sudah memilihkan tempat tinggal yang sempurna. Ara bahkan terusir sebelum menginjakkan kaki ke dalamnya. Yunho melambaikan tangan kepada Ara yang sudah berada dalam taxi sekarang. Taxi itu melaju cepat begitu pintu penumpanb tertutup.

Yunho meregangkan badannya. Pekerjaannya hari ini selesai dengan cepat. Dia ingin tidur lagi, menimbun tenaga untuk besok.

Yunho menuka mata bangun dari tidur siangnya. Hari sudab malam. Yunho menbuka notifikasi handphonenyac memeriksa pesan-pesan yang masuk. Ada sebuah notifikasi yang menarik perhatiannya.

Undangan Reuni Universitas.

Yunho berpikir sejenak, menimbang-nimbang apakah dia akan datang atau tidak. Yunho sebenarnya malas, karena acara itu akan menyita hari liburnya. Tapi... Yunho berpikir lagi. Sepertinya acara itu bisa dimanfaatkan. Setelah memantapkan keputusan, Yunho mengetik sebuah pesan kepada Ara. Benar-benar momen yang tepat untuk mengajak Ara datang ke reuni itu. Beberapa teman universitasnya adalah rekan bisnisnya. Jika Ara bertemu dengan mereka, Ara akan lebih percaya jika Yunho bangkrut, karena sudah lama Yunho mengistirahatkan dirinya dari dunia bisnis, rekan-rekan bisnisnya pasti tau jika Yunho sudah hengkang dari perusahaannya sendiri. Ara bisa saja tidak percaya jika Yunho yang mengatakan bahwa dia sudah tidak bekerja di perusahaanya lagi, tapi kalau mendengar dari orang lain, bukankah itu akan sangat meyakinkan? Yunho tertawa bangga dalam hatinya, dia benar-benar cerdas dalam menyusun rencana.

Sebuah pesan balasan dari Ara masuk. Gadis itu menyetujuinya. Yunho tertawa. Baiklah, dia tinggal menunggu 2 minggu lagi untuk melancarkan rencananya.

Di tempat lain, Ara kegirangan karena Yunho mengajaknya datang ke reuni universitasnya. Bukankah itu berarti dia orang yang istimewa? Ara langsung membuka lemari pakaiannya. Acara itu masih 2 minggu lagi, tapi Ara sudah ingin segera memilih baju untuk digunakan. Ara sangat tertarik pada Yunho sejak ayahnya menunjukkan foto orang yang akan dijodohkan dengannya. Ara sudah tahu semua informasi tentang Yunho. Dia bahkan tau jika Yunho seorang duda dan kisah di balik pernikahannya. Tidak masalah, ayahnya sudah mengorek informasi dari keluarga Jung, dan memastikan jika Yunho bukan seorang gay.

Ara sangat ingin menarik perhatian Yunho. Dia masih tidak percaya jika Yunho bangkrut, dia memutuskan menetap agak lama di Korea untuk terus mengawasi Yunho. Jika memang berpura-pura, kehidupan palsunya tidak akan bertahan lama bukan? Meskipun hari ini Yunho berhasil membuatnya sebal dengan kencan bersepedanya, tapi undangan reuni telah menghapus semua kekesalan di hatinya. Ara meneruskan kegiatannya mencoba baju sambil bersenandung.

---------------tbc.

Get You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang