Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore lewat 20 menit. Calista berjalan mengekor di belakang Deran menuju parkiran sekolah untuk mengantarnya pulang mengingat hari yang sudah mulai gelap.
Calista terkejut saat melihat Sakha masih ada di parkiran. Hanya ada 2 motor yang tersisa disana, motor milik Deran dan Sakha. Calista melangkah mendatangi Sakha untuk bertanya, pesona Calista tak lepas dari penglihatan Deran. Sakha menatap tajam lelaki yang sedang memandang Calista dengan tatapan yang bisa diartikan.
"Kamu kenapa belum pulang, Kha?"
Pandangan Sakha teralih pada gadis di depannya, "Gue mau pulang sama lo."
"Disuruh Tante Renca, ya?"
Sakha menggeleng dan mendekatkan mulutnya ke telinga Calista, "Ini kemauan gue sendiri," bisiknya.
"Hm.." Calista sejenak membeku karena tindakan Sakha padanya.
"Tapi aku sudah di ajakin pulang sama Kak Deran."
"Batalin aja!"
"Ih, gak bisa. Mana bisa begitu, Sakha."
"Woi, bro." Panggil Sakha. "Calista pulang sama gua, karena gua juga mau mampir ke toko di dekat rumahnya. Orang tua kita juga dekat banget, jadi lebih baik gua aja yang antar Calista pulang, Bro," tutur Sakha yang langsung mendapat pukulan di lengannya.
"Kenapa harus bilang kalau orang tua kita dekat, sih," bisik Calista dengan kesal. Sakha mengatakan itu supaya Deran tau bahwa Sakha bukan sembarangan orang, dia orang terdekat keluarganya Calista.
"Gapapa, kamu bisa pulang sama anak ini. Tapi kamu jaga diri tetap ya," ujar Deran diangguki oleh Calista. Deran perlahan balik mendatangi motornya pergi meninggalkan parkiran. Sakha yang sebelumnya terdiam memikirkan sesuatu, langsung sadar dengan maksud ucapan Deran.
"WOI, Gue gak seburuk itu! Yang ada Calista harus jaga diri dari lo," teriak Sakha. Yang tentunya tak sampai pada telinga Deran.
Calista bingung kenapa Sakha jadi bertindak seperti ini. "Sak, lo kenapa? Tumben gak kaya biasanya? Aku gak suka kamu teriak-teriak kaya gitu, kak Deran juga gak bakal dengar, lain kali aku gamau dengar yang kaya gini lagi."
"Maaf, gue salah. Lo masih mau, kan, pulang sama gue?"
Mendengar permintaan maaf dan pengakuan Sakha membuat seulas senyum terukir di wajah Calista. "Iya, masih, ayo pulang!"
🌹
------------------
Bau harum semerbak dari kopi langsung tercium di penciuman Calista. Pandangannya langsung terfokus pada lelaki yang sedang sibuk dengan laptop di depannya. Beberapa anggota osis juga sudah berada di sekelilingnya.
Calista seharusnya sudah sampai mendatangi teman-teman se-organisasinya jika saja tidak ada suara yang menginterupsi langkahnya. Calista menoleh mencari sumber suara, matanya menangkap dua lelaki yang melambaikan tangan padanya. Mereka adalah Jervi dan Aslan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Teen FictionTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...