|47| - Terungkap

71 9 3
                                    

DOR!

"Sial." Gadis itu menghela napas kesal. Isal baru saja mendorong Calista dan malah membiarkan tubuhnya yang tertembak. Isal masih berdiri lemah sampai akhirnya gadis itu kembali menarik pelatuk ke belakang dan 2 peluru langsung mengenai tubuh Isal.

Isal ambruk ke arah belakang dan terjatuh langsung ke bawah.

"Tidaaakkk!"

Brukk.

Calista terburu-buru mendatangi tempat terakhir Isal berdiri. Ia melihat ke arah bawah, Isal sudah tergeletak tak bernyawa. Dengan banyak darah yang mengalir dari tubuhnya.

Deraian air mata Calista semakin deras. Ia terisak dengan suara tangis yang semakin terdengar. Ia berulang-ulang kali meneriaki nama Isal ditengah-tengah tangisannya.

"Kenapa? Sedih ya?" tanya gadis itu dengan suara lantang.

"Seharusnya lo yang mati, Ta, bukan Isal. Jadi tangisi diri lo sendiri!"

Gadis itu tersenyum sadis. Ia menatap Calista yang masih membelakanginya karena sibuk menangisi Isal. "Kali ini gak bakal meleset."

Pelatuk pistol hampir saja tertarik. Untung saja Albara datang, dan mendorong gadis itu. Pistol itu pun terlempar jauh ke lantai.

Gadis itu memegangi lengannya yang sakit karena terbentur lantai rooftop. Ia lalu memberikan isyarat pada satu anak buahnya yang tersisa untuk menyingkirkan Albara.

Albara mulai menangkis semua pukulan yang diberikan. Di mana sebelum berkelahi, lelaki itu sempat menyuruh Albara untuk mengalah dan pergi saja dari sana.

"Lo bajingan, gue gak kenal sama lo!" tukas Albara bersama pukulannya yang pas sekali mengenai pipi kanan lelaki itu.

"Woi," panggil gadis itu pada anak buahnya. "Lo bisa kelahi gak sih? Kenapa gak lo hajar habis-habisan, dari tadi gue lihat lo ngalah mulu."

"Maaf, Katrin. Dia adik gue," jawabnya."

"Oh, jadi ini adik lo? Cepat urus dia, sebelum dia gue tembak juga karena menghalangi misi gue. Ok?" Gadis itu menepuk-nepuk pundak anak buahnya.

Katrin memerhatikan Calista yang entah sejak kapan sudah berada di sisi adiknya. Gadis itu tengah berusaha melepaskan ikatan adiknya.

"Mau gue bantu?" tanya Katrin membuat Calista terkejut.

Ikatan itu akhirnya berhasil terbuka dengan susah payah dan Calista langsung memeluk Liane yang masih tak sadarkan diri.

"Liane, Liane, bangun! Dek, bangun, ini kak Calista," panggil Calista seraya menepuk-nepuk pipi adiknya.

"Sini gue tampar, biar langsung bangun." Katrin mendekatkan telapak tangannya pada Liane.

Calista langsung menoleh, mencengkeram kuat lengan Katrin dan menatap matanya. Calista seperti mengenali mata itu. Katrin terkekeh kecil melihat tatapan bak elang dari gadis di depannya.

PLAK!

"Jauhin tangan kotormu!" tegas Calista.

Katrin meringis merasakan rasa sakit dipipinya. Ia langsung beranjak bangun mencari pistolnya yang tadi terlempar. Ia meraihnya setelah dapat, dan mulai mengarahkannya ke Calista. Matanya terlihat sangat marah dan penuh kebencian.

"Dasar gadis sial!"

DOR!

"Arghh," Albara merasa terkejut saat peluru itu menusuk halus bagian perutnya. Calista lagi-lagi dilindungi. Calista yang sedang memeluk Liane yang baru saja sadar, langsung meletakkan tangannya pada perut Albara untuk menahan darah yang perlahan keluar.

SAKHALISTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang