Jauh di depan sana, Sakha berlari meninggalkan Laufa setelah mengetahui Calista pergi ke rooftop untuk menemuinya. Pesan pertemuan melalui seorang siswa pada Calista jelas bukan dari Sakha. Peneror itu merencanakan apa lagi?
"DIAM DI SANA!"
Sosok pria berkacamata hitam dengan masker dan topi hitamnya mengarahkan pistol pada Calista.
"Lo cari siapa? Gak ada orang yang lo cari itu di sini."
Calista berdiri menghadap pintu rooftop, dan lelaki itu berdiri membelakangi pintu. Sedetik demi sedetik, lelaki itu memajukan langkahnya.
"Apa yang kamu inginkan, hah?"
"Gue mau lo loncat, dan tugas gue selesai."
"Kamu pasti udah gila, mending kamu yang loncat," balas Calista.
"Jangan buat gue marah, kalau lo gak loncat, gue yang harus tembak lo, gue gak bisa."
"Kenapa?"
Lelaki itu makin mendekat. "Lo cepat loncat, atau gue tembak lo sekarang?" tanyanya dengan tangan gemetar.
"Kalau kamu gamau melakukan ini, kenapa kamu terima?"
"Jangan banyak tanya."
"Kamu punya masalah?" tanya Calista lagi.
"Gue bilang jangan banyak tanya, Ta!"
"Ta?" ulang Calista. "Kita saling kenal ya?" Tangan Calista bergerak ingin menarik masker yang lelaki itu kenakan.
Dengan gesit, lelaki itu mengunci tangan Calista ke belakang punggung. Calista meringis karena keterkejutan itu. Melihat ada kesempatan, Calista langsung menendang lututnya, membuatnya melepas tangan Calista.
"Kamu siapa? Kenapa kamu melakukan ini semua ke aku? Aku ada pernah buat jahat sama kamu?" Calista mencecar banyak pertanyaan pada lelaki yang terduduk jatuh akibat tendangan Calista pada pahanya.
"Gue minta maaf.. maaf Ta," ujar lelaki itu menunduk. "Lo itu baik, tapi gue di paksa melakukannya."
"WOI!"
Suara dari Sakha yang baru saja muncul dari pintu rooftop membuat lelaki itu beranjak bangun dari duduknya. Ia langsung berlari ke sudut, sedikit dekat pintu. Ia mengarahkan pistolnya pada Sakha yang mulai mendekat.
Baru saja Calista ingin memulai perbincangan yang lebih mendalam pada lelaki itu. Tapi Sakha tiba, dan semuanya kacau. Lelaki itu panik, dan mengarahkan pistolnya pada Sakha dan Laufa yang juga datang menyusul.
"Berhenti di sana!"
"Lo yang berhenti, taruh pistol itu!" Sakha tak mau kalah. Sepertinya dia sangat ingin tahu siapa orang di balik masker dan topi itu.
"Kha, jangan! Kita bisa bicara baik-baik," teriak Calista yang coba di tangkap oleh Laufa. Agar tak mendekati keduanya.
Sakha tetap melangkah mendekat dengan hati-hati. Siaga, kapan pun tangan lelaki itu akan menekan pistol. Sakha terus mendekat, tangannya bahkan sudah bisa menggapai masker itu dengan hanya sekali tarik. Tapi sepertinya Sakha memperkirakan terlebih dahulu tindakan apa yang akan di ambil lelaki di depannya. Namun, dia tak melakukan apapun, selain hanya terus mengancam menggunakan pistol dengan tangannya yang gemetar.
Tangan Sakha akhirnya naik, mencoba menarik. Namun, tangannya dihentikan secara cepat, oleh lelaki yang baru saja masuk dari pintu rooftop, ia lelaki bertopi biru yang mengejutkan mereka semua.
Perut Sakha di tendang tiba-tiba, membuatnya melangkah mundur. Lelaki bertopi biru itu segera mendekat mengatakan sesuatu pada lelaki yang memiliki pistol itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Teen FictionTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...