Suasana depan sekolah sangat padat karena bel pulang telah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu. Calista berdiri di pojok halte sekolah ditemani dengan sepupunya, mulai sekarang dia tidak akan sendiri menunggu jemputan.
Dari kejauhan, sebuah deru mesin motor yang begitu Calista kenali tertangkap di pendengaran. Calista menaikkan kepalanya menatap seseorang yang mulai mendekat. Seseorang itu datang dengan motor custom Bobber dan berhenti tepat di depan kedua gadis yang sedang menunggu jemputan di halte.
"Gue antar pulang ya?" ujar Sakha saat Calista sudah berdiri di dekatnya.
"Kamu gak lihat ya, aku lagi sama Gita, masa iya aku tinggal."
"Tinggal aja, bukan anak kecil juga-"
"Bahas apa, kalian?" tanya Anggita yang tiba-tiba hadir di antara keduanya.
"Eh, kita berdua belum sempat kenalan di kelas ya? Nama aku Gita," Anggita mengulurkan tangan untuk berjabatan dengan lelaki di depannya.
"Udah tau," balas Sakha datar. Tangan Anggita yang menunggu balasan darinya pun perlahan turun di sertai dengan kekehan kecil.
Tin! Tin! Tin!
Suara klakson dari supir suruhan papa datang menjemput Calista dan Anggita. Calista membiarkan Anggita masuk lebih dulu ke mobil. Karena mungkin Anggita merasa canggung setelah sikap Sakha padanya. Satu gadis yang masih tersisa, melihat peluang untuk menginjak kaki Sakha yang sedang duduk santai di atas jok motor sembari melihat Anggita yang masuk ke dalam mobil.
"ADUH!" Injakan kuat langsung terasa di kaki kiri Sakha.
"Lain kali jangan gitu ya, Kha," tegur Calista. "Masa sama orang jawabnya kaya gitu."
"Lo lagi kenapa, Ta? Gue salah apa?"
"Cara jawab kamu ke Gita."
"Ya, gue gak suka basa-basinya. Sudah kenalan di depan sama seisi kelas, masa iya harus kenalan lagi?"
"Sakha, udah!" Calista menatap lekat kedua mata Sakha. "Gausah bahas ini lagi. Tapi ingat, lain kali kalau bicara sama siapa pun itu mau kamu kenal atau engga jangan jawab ketus, ya?"
Sakha mengangguk-angguk dan terus menatap mata indah yang kini sedang menatapnya juga. "Iya-nya mana? Emang sebuah anggukan itu jawaban?" tanya Calista.
Sakha mengulum senyumnya. "Iyaa, Calista cantik. Tegur aja kalau lelaki di depan lo ini salah."
Calista terkekeh kecil mendengarnya. Lalu berpamitan masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu sejak tadi. Anggita bisa melihat kedekatan mereka dari kaca jendela mobil. Sebelum pintu mobil di tutup oleh Calista, teriakan "Hati-hati" dari Sakha berhasil terdengar membuat Calista tersenyum untuk kesekian kalinya.
"Kelihatannya kamu dekat banget ya, sama cowo itu?"
Calista terkekeh geli. "Sakha namanya, anaknya emang suka bikin kesal. Aku minta maaf soal tingkah lakunya tadi ke kamu."
"Gapapa kok, Ta." Anggita tersenyum lebar seraya menatap lekat Calista yang begitu baik-meminta maaf atas nama Sakha.
🌹
Tangan Jervi tiba-tiba bergerak menarik kerah baju salah satu anggota Razvider yang sedang bermain kartu bersama-sama di markas. Suasana mendadak hening karena tindakannya. Semua anggota Razvider terdiam menunggu apa yang akan Jervi lakukan.
"Keren lu, Bro!" puji Jervi. "Gimana trik jitu lo biar memang terus? Bagi gue lah."
Semua anggota Razvider tertawa mendengar ucapan Jervi. "GELO! Urang panginten sia badé pencét Sahel, Jer," ungkap Aslan yang masih tak menyangka. (Gila! Kita pikir lo mau mukul Sahel, Jer)
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Dla nastolatkówTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...