|27| - Buta

120 10 0
                                    

Dalam suasana tenang, terdengar samar-samar suara Dini di telinga Calista. Tangan kanannya terasa hangat karena genggaman seseorang. Dan lengan kirinya terasa sentuhan seseorang yang berusaha menyadarkannya.

Dini yang melihat jemari Calista bergerak, segera menyentuh lengan anaknya. Perlahan Dini mencoba menyadarkan Calista, hingga perlahan matanya terbuka.

"Mama?"

"Ya Allah Calista, akhirnya kamu sadar, Nak." Dini langsung memeluk anaknya.

"Kenapa anak mama sampai digini-in? Hati Mama sakit lihat leher kamu luka begini, Nak."

"Mama jangan nangis, mah." Calista mencoba menghapus air mata yang jatuh di pipi ibunya. Tapi tangan kanannya tak bisa terangkat, Calista melirik dan baru tersadar asal kehangatan yang menjalar dari tangan kanannya. Sakha menggenggam jemarinya.

"Sakha?" Calista tersadar.

"Sakha nunggu-in kamu dari tadi malam. Kamu lama sadarnya, Nak, sampai Sakha gak sarapan dan ketiduran sampai jam segini."

"Jam segini?" ulang Calista dibalas anggukan oleh Dini.

Calista segera bangun mendudukkan tubuhnya diatas kasur rumah sakit. Tangan kirinya beralih menyentuh pundak lelaki itu. "Kha, Sakha.. bangun." Sakha hanya terusik sebentar, dan kembali menyenyakkan tidurnya dengan menggenggam lebih erat tangan Calista.

"Bangun, Kha, ini aku Calista."

Tubuh Sakha mendadak terkejut, membuat Calista ikut kaget. Lelaki itu dengan cepat membuka matanya, seolah-olah terhubung dengan ucapan Calista barusan. Sakha dengan wajah baru bangunnya langsung memeluk Calista, membuat gadis itu dua kali lebih kaget.

Calista diam dalam pelukan Sakha. Rambutnya yang tergerai dielus lembut oleh Sakha. "Akhirnya lo sadar, Ta."

"Gue gak mau kehilangan lo."

Calista tersenyum. "Gak akan! Gue gak akan kemana-mana, Kha. Kamu gak tau ya ada mama aku disini?"

"APA?" Sakha segera melepas pelukan. Lelaki itu menoleh mendapati Dini yang sedang senyum-senyum menatapnya.

"Soswet ya kalian, mama jadi pengen muda lagi, deh."

"Mama, ih.." balas Calista.

"Maaf Tante, Sakha gak sadar ada Tante juga disini."

"Gapapa atuh, malah kelihatan sayangnya lebih real gitu, gak dibuat-buat. Gak salah keputusan Tante bawa Calista balik ke sini."

"Keputusan?" pikir Calista mencerna maksud dari kata tersebut.

"Mama keluar dulu ya." Hanya cukup satu langkah lagi saja Dini akan menggapai gagang pintu, tetapi pintu itu lebih dulu terbuka memperlihatkan seorang lelaki berpakaian sederhana dengan kaos oblong dan celana kain berwarna hitam.

"Eh, Assalamualaikum Tante." Lelaki itu menyalami tangan Dini.

Kedatangan lelaki itu membuat mata Sakha berkilat marah. Terlebih saat lelaki itu memberi buah tangan pada Dini dengan sikap sopan santunnya.

"Calista, Mama gak tau kamu ada punya teman lagi, kok gak pernah cerita?" tanya Dini yang kini menoleh penuh menghadap anaknya.

"Dia bukan te-"

Calista menghentikan ucapan Sakha. "Belum sempat cerita, Mah. Nama dia Giza."

"Oh, ya sudah, langsung datangin aja Calistanya, Tante mau keluar dulu."

SAKHALISTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang