Usapan lembut dari kedua anak perempuan Dini tentu membuatnya sedikit tenang. Mereka terus berdoa dan yakin pertolongan dari yang maha kuasa pasti datang. Calista menyuruh Liane juga Anggita untuk menemani Dini, karena ia ingin beranjak menjauh dari mereka dengan berjalan berbelok ke kiri lorong. Calista mendudukkan dirinya ketika menemukan bangku yang tidak sama sekali diduduki oleh siapapun. Calista menangis pelan dengan menutup wajah.
"Ta?"
Calista mendongak. Wajah Sakha terlihat di kala hancurnya hati dan kacaunya pikiran gadis itu. Calista segara berdiri memeluknya.
Sakha menaikkan tangannya, mengusap-usap punggung Calista yang begitu terisak. Gadis itu bersiap untuk berbicara. "Dokter bilang ke aku papa kritis, Kha. Mama, Liane, juga Anggita gatau hal ini. Papa keluar banyak darah, sangat sulit bagi pihak rumah sakit untuk menjaga keadaan papa terus stabil, Kha."
"Papa terlalu lama di bawa ke rumah sakit, papa kecelakaan di tempat sepi yang minim orang lewat, dan pendarahan papa sangat serius."
"Ini semua salah aku, Kha. Andai aku gak ngajak papa ke puncak, papa gak bakal pulang lebih awal, dan ini semua gak terjadi."
Hati Sakha teriris mendengarnya. Sakha terus mengelus pucuk kepala gadis itu tanpa mengeluarkan komentar apapun sampai ia menyelesaikan semua ucapannya.
Sakha memegang bahu Calista melepasnya dari pelukan. Membuat Calista menatap mata Sakha. "Ini bukan salah lo, Ta. Berhenti menyalahkan diri sendiri, ini di luar keinginan kita, gak ada siapa pun yang ingin ini terjadi."
Sakha mencoba sebisanya membuat Calista paham dan tenang dengan hal apapun yang bisa ia lakukan atau katakan. Sakha kembali memeluk Calista yang masih terlihat sangat sedih. Sakha menemaninya cukup lama di bangku lorong yang memang jarang di lewati oleh penjenguk-penjenguk pasien. Mereka dominan melewati koridor lain yang lebih cepat.
15 menit berlalu, ponsel Sakha berdenting. Lelaki itu meremas kuat ponselnya saat membaca pesan dari Elzar yang mengatakan ada hal janggal yang terjadi pada kecelakaan papa Calista.
Sakha hanya membaca sekilas pesan itu. Namun dalam sekejap ponselnya terus berdenting, sepertinyaa grup kembali ramai dengan anak-anak Razvider.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Teen FictionTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...