|43| - Surat dari Sakha

52 9 1
                                    

Sore itu, kamar Calista di penuhi banyak barang berhamburan yang keluar dari tempat penyimpanan. Gadis itu sedang mencari suatu barang namun ia tak menemukan sama sekali barang itu di kamarnya.

"Liane, lihat mainan kakak gak yang dulu papa beliin yang lego-lego kecil?"

"Mama taruh di kardus, di atas lemari gudang," jawab Liane.

"Kok taruh di gudang?"

"Gatau, Mama yang taruh."

Ruangan yang berdebu langsung menyambutnya, saat ia baru saja membuka pintu. Banyak barang-barang lama tersimpan rapi di sudut-sudut ruang. Calista langsung menuju lemari dan meletakkan satu kursi yang ia bawa dari kamar untuk bisa menjangkau atas lemari. Sayang, kursi yang diinjaknya masih kurang tinggi. Calista hanya menggunakan instingnya dan menarik perlahan kardus kecil di atas lemari dengan tangannya. Kardus kecil itu lama-lama mulai terlihat, namun tanpa sengaja Calista menjatuhkan sebuah buku album yang langsung terbuka di lantai. Suaranya sangat keras menghantam lantai.

Calista turun dari kursi. Rasa tidak percaya mengisi hatinya, tangannya meraih foto album yang memperlihatkan banyak foto anak kecil berusia kurang lebih 5 tahun. Album foto yang berdebu itu Calista pangku, ia duduk di atas kursi kayu yang tadi ia gunakan.

"Ini .... aku?" tanya Calista tak percaya. Ia sama sekali tak ingat bagaimana wajahnya saat kecil, kehidupannya saat masa kanak-kanak juga saat menginjak masa sd. Kedua orang tuanya bahkan tak pernah memperlihatkan fotonya saat kecil.

Halaman demi halaman Calista balik, ia kembali menemukan foto dirinya tetapi bersama seorang anak laki-laki di depan danau luas, persis seperti danau yang kemarin ia datangi bersama Sakha. Terlihat sebuah tulisan kecil dibawah foto itu. Si lucu Sakha dan Calista.

Otak Calista berpikir cepat, danau itu adalah tempat yang paling sering mereka kunjungi. Dari sekian banyak wisata, kedua orang tua Calista pasti selalu menyempatkan waktu membawa Sakha dan Calista ke danau itu. Terlihat dari banyaknya foto yang di ambil dengan berbeda-beda pakaian.

Calista terdiam. Tangannya kembali bergerak membalik tiap halaman, yang dihiasi fotonya dan Sakha. Sampai foto saat mereka sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 3, namun halaman selanjutnya tak terlihat satu pun foto lagi. Calista sudah pergi ke London saat kenaikan kelas 4. Mungkin itu alasan halaman tersebut sampai ke belakang kosong.

Calista kembali termenung, matanya tak sengaja menangkap lembaran-lembaran kertas yang terhambur di lantai yang berdebu. Semua lembaran itu terjatuh bersamaan album foto. Tangannya menggapai salah satu lembaran. Coretan tangan yang berantakan menghiasi selembaran kertas itu. Calista hanya bisa membaca dengan jelas nama yang tertera di kiri atas, ini dari Sakha, tulisan yang berciri khas tulisan tangan anak sd itu ternyata dari Sakha saat kecil.

Calista mengumpulkan semua selembaran kertas yang terhambur, dan menyelipkannya dalam album. Calista segera kembali ke kamar membawa lego yang ia cari dan barang baru temuannya.

Hati Calista terasa sakit membaca ungkapan hati dari anak sd yang sedang merindukan teman masa kecilnya.

Calista tak mampu menahan air matanya, ia ternyata pergi meninggalkan Sakha tanpa berpamitan. Sakha bahkan terus menunggunya di tempat bermain, namun Calista tak kunjung datang. Rumah yang ia kunjungi pun tampak sunyi, berkali-kali Sakha memanggil Calista tentu tak akan ada yang keluar. Sakha mengungkapkan semuanya pada kertas-kertas itu.

1

Ini dari Sakha.

Aku minta maaf gak bisa nolong kamu saat itu, Ta. Aku masih kecil untuk lawan orang-orang yang besar itu. Aku nyari kamu ke semua tempat, kamu lama menghilang. Tapi sekarang kamu baik-baik aja kan? Sekarang kamu udah sembuh kan? Tapi kenapa gak ketemu aku dulu? Kenapa kamu langsung pergi ke London? Aku sampai ke rumah kamu, tapi kamu gak ada. Aku bahkan selalu nunggu kamu di tempat kita main, tapi kamu gak datang-datang, Ta.

SAKHALISTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang