"Mereka tau penyadap suara kita," ucap Gluvi lirih.
"Arghh!"
"Kok bisa?"
"Kapan taunya, Vi?"
"Kemarin pagi setelah gue ngomong sama Sakha. Besoknya mereka hancurin penyadapnya."
"Secepat itu mereka tau?"
"Masa iya sadar sendiri?"
"Pimanaeun euy." (Mustahil)
"Apa mereka denger pembicaraan kita?" tanya Brian membuat semua langsung menoleh padanya.
"Betul! Gue rasa salah satu dari mereka denger."
"Denger gimana? Orang kita bicara dalam markas."
"Mungkin mereka mata-matain kita, makanya jadi tau ada penyadap suara."
"Naha anu bisa mata-matain? Orang pas malam itu, aing jeung Sahel jaga di luar," ucap Gani menambah kebingungan.
"Mereka mah cuma bisa denger pembicaraan kita kalau juga ikut di dalam."
"Hah? Coba ulang yang lo bilang, Dri!" suruh Elzar.
Endri kembali mengingat. "Hm ... gue bilang mereka cuma bisa tau kalau juga ada di dalam."
Elzar menunduk setelah mengerti semuanya.
Romi yang baru menyadari maksud Elzar langsung meraup wajahnya. "Astaga."
Mereka semua terkejut. Semua anggota Razvider langsung memegang kepala mereka. Beberapa dari mereka langsung duduk dilantai.
Jervi menghela napas kasar. "Ada impostor ternyata."
"Gue minta tolong sama kalian, cepat kumpulkan semua anggota!!" perintah Sakha.
Ruang tengah yang biasanya ramai dengan suara dan tawa. Kini dihiasi rasa tidak percaya. Mereka saling menatap, entah sedang mencurigai atau takut dicurigai.
Sakha mengedarkan pandangannya menatap wajah-wajah anggota Razvider. Sakha hanya mencoba menelisik sepasang mata mana yang takut akan tatapannya.
"Gua rasa kalian tau pasti apa yang paling gua benci." Wajah Sakha terlihat sangat serius. Seperti Sakha yang dulu kembali, dengan tatapan yang seakan-akan dapat membunuh orang yang di tatap.
"PENGHIANAT!" tekan Sakha. "Gua paling benci sama yang namanya penghianat, kalian semua ingat itu kan?"
Beberapa dari mereka mengangguk pelan. Elzar yang berdiri di samping Sakha, cukup gelisah. Bagaimana jika memang ada penghianat? Entah apa yang akan Sakha lakukan, karena hal ini berkaitan dengan Calista.
"Galih, Romi, Rasya, Nazi, Liam, Fergi, Bryan, Endri, Gima, Hesa, Avian, Isal Kenzi, dan Dafi gue mau kalian ikut ke ruangan interogasi."
Sebanyak empat belas anggota yang disebutkan oleh Sakha segera memasuki ruangan interogasi. Anggota Razvider yang tersisa segera bernapas lega saat Sakha meninggalkan ruangan tengah. Elzar menoleh melihat mereka yang akan Sakha interogasi. Sekejap pertanyaan langsung banyak dipaparkan.
"Kenapa mereka semua disebut, Zar?"
"Apa salah satu dari mereka pelakunya?"
"Apa yang bakal Sakha lakukan ke mereka?"
"Mereka orang-orang yang gak ada di markas saat suara rekaman itu terekam, kalau memang peneror itu salah satu dari anggota kita, pasti dia gak ada di markas sore itu," jelas Elzar.
"Dan apa yang Sakha bakal lakukan, gue gatau. Jujur, gue juga takut sama kaya kalian. Tapi yang namanya penghianat memang gak pantas dimaafkan, mereka bersikap baik di depan dan jahat saat dibelakang, terlebih kali ini melibatkan nyawa."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAKHALISTA
Teen FictionTeror berkepanjangan pada Calista membuat Sakha-ketua geng Razvider di Bandung terus khawatir. Gadis dari London itu telah mencuri kembali hati Sakha, dan bagaimana pun Calista harus tetap aman bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa pelaku...